“Narumi, apakah kamu bahagia saat Adikmu lahir?” Minato bertanya pada putrinya yang saat ini berada di pangkuannya.
“Tentu saja, Ayah. Aku akan menjadi Kakak yang baik yang akan menjaga Adikku!”
Kushina terkekeh sembari memegangi perutnya yang besar. Tidak seperti saat Narumi lahir, Kushina merasakan firasat buruk untuk kelahiran keduanya. Wanita itu takut terjadi sesuatu selama proses melahirkannya karena ia adalah jinchuriki. Bahkan untuk kelahiran pertamanya, Kyubi mencoba membuat masalah untuk lepas dari kurungan.
Narumi beranjak dari pangkuan Minato dan berjalan mendekat kearah Kushina. Tangannya yang kecil mengelus-elus perut besar Ibunya. Minato tersenyum hangat dan ikut beranjak dari kursinya untuk memeluk dua orang yang paling ia sayangi itu. Dan mungkin satu bayi kecil di dalam perut istrinya saat ini.
“Namanya adalah Naruto.” Ucap Kushina dengan lembut.
Mata Narumi berbinar, “Naruto, Namikaze Naruto! Narumi dan Naruto!”
“Benar. Narumi dan Naruto.”
“Nama Adikku sangat indah, Ibu.”
“Benarkan? Ayah dan Ibu mendapatkannya dari Kakek Jiraiya. Bagaimana menurutmu, Rumi?” Minato tersenyum kearah Narumi.
“Sangat bagus, Ayah. Terdengar lucu! Seperti toping dalam ramen, hihi.” Narumi terkikik di akhir kalimatnya yang membuat Minato dan Kushina yang melihat itu ikut tertawa.
“Jaga Naruto untuk kami ya, Rumi nee.”
“Aku akan menjaganya, Ibu!”
“Kita akan menjaganya bersama-sama.” Ucap Minato sembari memeluk mereka semua.
“Namikaze Naruto, Kakak akan melindungimu apapun yang terjadi. Kamu bisa mengandalkan Kakakmu ini karena aku adalah Namikaze Narumi, Kakakmu.” Lirih Narumi sembari bersandar pada perut besar Ibunya dengan lembut.
Narumi terpaku di tempat sembari mendekap bungkusan selimut berisi bayi Naruto yang tengah menangis. Penampilan gadis itu sudah berantakan sedari tadi. Wajahnya kusut dan dipenuhi jejak air mata. Bahkan saat inipun air mata masih mengalir keluar dari matanya.
Di depan Narumi, Kushina dan Minato sudah terengah-engah dengan mulut mereka yang mengeluarkan darah. Kuku Kyubi yang tajam tengah bersarang di perut pasangan itu, menancap mereka bagaimana potongan daging kecil. Narumi tahu jika kedua orangruanya melakukan itu untuk melindungi Naruto dari serangan Kyubi.
Setelah pesan Kushina yang panjang keapada Naruto, wanita itu masih menangis dengan air mata yang mengalir. Minato di belakangnya memeluk Kushina dengan senyuman yang masih terasa cerah walau ada darah di sekitar mulutnya.
“Ibu... Ayah....” panggil Narumi.
Semua momen itu terekam jelas di ingatan Narumi. Ia ingat bagaimana Minato membawanya dan bayi Naruto kesini untuk mengadakan ritual. Narumi menyaksikan segalanya hingga keadaan orangtuanya mengerikan seperti ini. Tubuhnya bahkan tidak bisa berhenti bergetar untuk saat ini.
“Kushina, katakan sesuatu pada Narumi.” Ucap Minato dengan lambat.
Waktunya hampir habis.
“Narumi.” Kushina menatap putrinya dengan sayang, “Sayang, kau ingat janjimu... pada Ibu kan? Putri Ibu akan menjaga Adiknya...hah hah hah. Narumi sayang... Ibu dan Ayah menyayangimu.... hah hah. Maafkan Ibu... Rumi... maafkan aku.”
“Kushina.” Panggil Minato.
Kushina menangis lebih kencang. Nafasnya mulai terasa berat untuk diambil. Ia tidak menginginkan ini. Kushina tidak pernah memikirkan hal ini akan terjadi. Tidak terpikirkan di kepalanya bahwa suatu hari ia akan meninggalkan anak-anaknya. Kushina tidak pernah ingin ini terjadi pada keluarga kecilnya.
“Jaga dirimu... Narumi... dan jada Adikmu... Naruto... dia... hah hah hah.”
Minato semakin mengeratkan pelukannya pada Kushina dan menatap Narumi dengan senyum manis, “Sayang... jaga diri kalian... baik-baik.”
Entah apa yang terjadi, pandangan Narumi tiba-tiba menjadi gelap setelahnya.
Penghalang langsung menghilang dan Kyubi berhasil di segel ke dalam diri Naruto. Bayi kecil yang bahkan tidak tau dunia ini seperti apa, akan menanggung beban yang sangat berat. Simbol yang terukir di perutnya akan menjadi tanda bahwa dia akan menanggung sesuatu yang berat di masa depan. Bayi kecil yang bahkan baru lahir ke dunia ini.
Hiruzen dengan pasukannya sampai di tempat kejadian bersamaan dengan Kakashi yang nafasnya tidak teratur. Mereka segera berjalan kedalam dan mengurus jenazah Minato dan Kushina untuk segera dikuburkan dengan hormat.
Hiruzen mengambil alih Narumi dan bayi Naruto yang ternyata sedang menangis keras saat ini. Kakashi memilih mendekap Narumi yang tak sadarkan diri. Kedua tangannya gemetar dan kedua matanya menunjukkan sesuatu yang berantakan di dalamnya. Raut wajahnya terlalu rumit untuk diartikan.
Rumi, jangan meninggalkan aku. Batin Kakashi dengan ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Kilat Merah || Naruto [CERPEN] (END)
FanfictionNamikaze Narumi adalah anak sulung dari pasangan Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina. Ia berteman dengan anak-anak Uchiha dan membangun hubungan yang baik dengan murid-murid yang di bimbing Ayahnya di dalam sebuah tim. Tapi dengan berbagai tragedi y...