Malam ini, hujan besar mengguyur desa Konoha. Angin di sertai petir yang terus menyambar membuat warga desa berlindung di rumah mereka masing-masing. Sama seperti mereka, apartemen yang ditempati Narumi dan Naruto terlihat tenang.
Ruangan yang tak luas itu gelap saat ini. Cahaya satu-satunya yang meneranginya adalah sebuah lilin yang di simpan di atas meja. Di salah satu ranjang individu, seorang anak lelaki tertidur dengan nafas yang panas. Wadah berisi air di letakan di sisi ranjang.
“Kakak...” racau Naruto.
Kain yang sudah di rendam air dingin itu di simpan di kening Naruto.
Malam ini, Naruto mengalami demam. Tidak terlalu parah hingga sampai harus dibawa ke rumah sakit, tapi demam Naruto saat ini masih membuat Naruto tidak nyaman dan sulit untuk tidur nyenyak. Tubuhnya panas, begitu juga dengan nafasnya.
Narumi dengan giat terus merawat Naruto malam itu. Bahkan raut wajah yang ia tunjukan saat ini sangat sulit diartikan. Ada rasa sedih, kekecewaan, kemarahan didalamnya. Dalam situasi saat ini, Narumi merasa sangat tidak berguna sebagai seorang Kakak ketika melihat Adiknya sakit seperti ini.
“Kakak...sakit...”
“Kakak disini, Naruto. Bertahanlah.”
Tangan yang terasa panas itu tidak pernah lepas dari genggaman Narumi. Gadis itu senantiasa berada di samping sang Adik untuk menjaganya. Matanya tanpa sengaja melirik kearah jendela yang menampilkan langit malam yang terlihat gelap dengan petir yang terus menyambar. Hujan bahkan tidak memberikan tanda-tanda akan berhenti.
Keningnya langsung berkerut dan kedua matanya menunjukkan sesuatu yang rumit. Setelah tragedi penyerangan Kyubi dan kematian kedua orangtuanya, Narumi tidak lagi menyukai langit malam. Karena langit malam adalah salah satu saksi bagaimana harapan yang ada di hati Narumi menghilang dalam sekejap dengan kematian orangtuanya.
Langit malam menyaksikan bagaimana tangisan Naruto terdengar saat dijadikan objek jinchuriki oleh orangtuanya sendiri. Bintang-bintang yang selalu Narumi anggap sebagai harapan walau sekecil apapun itu, nyatanya tidak pernah benar-benar menjadi harapan untuknya.
Entah sejak kapan Narumi jadi tidak menyukai langit malam dan bintang-bintang yang terang itu. Mereka seolah tengah menatap kebawah dan mengejek kearah Narumi tentang arti dari mereka. Mengejek bahwa takdir lebih kuat dan kekejaman lebih kental daripada harapan.
Narumi tidak pernah mengadah ke atas lagi untuk menatap langit.
Tidak ada lagi pantulan bintang-bintang di kedua matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Kilat Merah || Naruto [CERPEN] (END)
FanfictionNamikaze Narumi adalah anak sulung dari pasangan Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina. Ia berteman dengan anak-anak Uchiha dan membangun hubungan yang baik dengan murid-murid yang di bimbing Ayahnya di dalam sebuah tim. Tapi dengan berbagai tragedi y...