PART 13 || Saling Melindungi

1K 127 0
                                    

“Aku akan mengalahkan mu!”

“Tidak akan, karena aku akan menjadi Hokage!”

“Aku yang akan mengalahkan Hokage!”

“Dasar teme!”

“Dobe!”

Itachi dan Narumi yang melihat pertengkaran adik-adik mereka hanya bisa menghela nafas lelah. Berbeda dengan Shisui yang sudah tertawa lepas. Naruto dan Sasuke mencoba bertarung dengan tangan mereka yang kecil. Mereka saling menjambak rambut lawan masing-masing.

Tiga kelompok yang diantaranya adalah Narumi, Itachi, dan Shisui seperti biasa berkumpul untuk berlatih dan bermain sedikit. Mereka kembali ke kediaman kepala Uchiha untuk makan siang hanya untuk melihat Naruto dan Sasuke bertengkar.

Sepertinya, Naruto dan Sasuke tidak bisa seperti Itachi dan Narumi.

Shisui berjalan menghampiri kedua anak lelaki itu dan menarik belakang baju mereka untuk di pisahkan. Dengan senyuman manisnya, ia melihat kearah mereka secara bergantian, “Apa yang sedang kalian ributkan? Apakah kalian tidak bisa berteman dan bekerja sama?”

“Dia mengatakan jika Itachi nii lebih lemah dari pada Rumi nee.” Adu Sasuke sembari menunjuk kearah Naruto.

Tidak ingin kalah, Naruto juga ikut menunjuk kearah Sasuke, “Kamu juga mengatakan jika Itachi nii lebih hebat dari pada Kakakku! Itu tidak benar! Kakakku lebih hebat!”

“Itachi nii paling keren!”

“Rumi nee paling baik!”

“Itachi nii membantuku berlatih!”

“Rumi nee mengajariku memasak!”

“Pokoknya Kakakku paling keren!”

“Kakakku paling baik!”

Shisui menoleh pada Itachi dan Narumi dengan wajah sedih, “Aku iri pada kalian karena mempunyai Adik selucu mereka. Aku bahkan tidak pernah dibangga-banggakan oleh seseorang.”

Itachi dan Narumi hanya bisa terdiam dengan kedua pipi yang memerah. Mereka berdua malu karena mendengar perdebatan Adik mereka tentang siapa yang lebih baik dan keren diantara Kakak mereka. Bahkan Shisui hanya bisa menjadi pajangan disana.

Sore harinya, Narumi dan Naruto izin pulang.

“Kakak, si teme itu menyebalkan.” Adu Naruto yang saat ini berada di gendongan Narumi.

“Sasuke adalah temanmu, jangan katakan itu.”

“Tapi dia benar-benar teme.”

“Dimana Naruto mendengar umpatan itu?”

“Shisui nii.” Jawab Naruto dengan polos.

Narumi menghela nafas lelah, “Jangan dengarkan Shisui nii lain kali. Kata-kata itu tidak baik, apalagi ditunjukkan kepada temanmu. Naru mengerti?”

“Tapi Sasuke juga memanggilku ‘dobe’.”

“Kakak akan berbicara pada Itachi untuk menasihati Sasuke lain kali.”

“Baiklah.” Naruto menyembunyikan wajahnya di bahu Narumi.

Mereka berdua seperti biasa berjalan di jalanan Konoha untuk menuju apartemen mereka. Banyak orang yang berlalu lalang disana, sesekali melirik mereka dengan tatapan tajam. Narumi membalas tatapan mereka dan mengeluarkan niat membunuh bagi siapapun yang berani mengganggu mereka.

Para warga biasanya menahan diri untuk tidak mengejek Naruto jika anak itu sedang bersama dengan Narumi. Tapi tak ayal jika Narumi adapun, tatapan para warga desa masih sama tajamnya jika melihat Naruto. Narumi tidak menyukai itu dan ia juga membenci para warga desa.

Suara bisik-bisik terdengar dari pendengaran Narumi. Gadis itu juga yakin jika Naruto mendengarnya walau anak itu tengah menyembunyikan wajahnya di bahu miliknya. Dengan lembut, Narumi mengusap kepala Naruto dengan lembut. Tangan itu terasa hangat bagi Naruto dan hanya Narumi lah yang menjadi satu-satunya yang Naruto punya.

Tiba-tiba, sesuatu yang lembut menyumpal kedua telinga Naruto. Naruto mengangkat kepalanya dan menatap Narumi. Gadis itu memberikan Naruto penutup telinga dan tersenyum dengan sangat manis ketika Adiknya sedang menatapnya.

“Jangan dengarkan mereka. Naru tidak bisa menutup mulut mereka satu persatu dengan kedua tanganmu. Tapi, Naru bisa menutup telingamu untuk tidak mendengarkan apa yang mereka katakan.” Jelas Narumi lembut.

Kedua tangan kecil Naruto terulur dan menutup kedua telinga Narumi. Anak itu menganggukan kepalanya dan tersenyum dengan polos, “Kakak juga tidak boleh mendengarkan mereka. Naru akan membantu Kakak menutup telinga.”

“Naruto...”

Tanpa sadar, air mata langsung jatuh dari mata Narumi. Gais itu menyipitkan matanya dan tersenyum kearah Naruto. Kepalanya mendekat dan menyatukan ujung hidung mereka dengan lembut. Naruto terkekeh bahagia mendapatkan hal itu.

“Kakak akan melindungi mu, selalu.” Bisik Narumi.

“Naru juga akan melindungi Kakak. Setelah Naru kuat di masa depan dan menjadi Hokage.”

“Adikku adalah yang paling kuat.”

Naruto tertawa senang.

Para warga masih menatap mereka berdua dengan tajam. Tapi, Narumi mengabaikan hal itu dan menikmati momen kebersamaannya dengan sang Adik. Narumi tidak pernah memasukkan para warga kedalam matanya. Saat ini, dunia hanya ada dirinya dan Naruto. Mereka berdua, akan selalu bersama untuk hari ini, besok, dan selamanya.

Si Kilat Merah || Naruto [CERPEN] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang