Si Kilat Merah || Naruto [CERPEN] (END)

PART 08 || Naruto Uzumaki

Rumah sakit Konoha dipenuhi oleh pasien-pasien yang terluka. Mereka kebanyakan adalah korban dari serangan Kyubi kemarin malam. Bahkan, Korban yang meninggal duniapun tidak bisa dihitung sedikit setelah kejadian itu. Bukan hanya para warga sipil, Hokage ke-4 beserta istrinya pun turut menjadi korban serangan Kyubi.

Di salah satu ruangan VIP dengan satu ranjang, Narumi tertidur dengan jejak air mata di dekapan Kakashi. Tak lama dari itu, seorang perawat mendorong kereta bayi yang didalamnya terdapat bayi Naruto kedalam ruangan yang di tempati oleh Narumi selama perawatannya.

Kakashi mengusap kepala Narumi dengan lembut, berharap jika gadis itu akan sedikit santai dengan apa yang ia lakukan saat ini. Bayi Naruto terlihat tertidur dengan nyaman setelah dibersihkan dan mendapatkan perawatan setelah kelahirannya.

Alasan bayi Naruto dibawa ke ruangan rawat Narumi adalah karena Narumi sendiri yang histeris dan mengamuk setelah sadar. Tidak mendapati keberadaan sang Adik, Narumi mengancam dengan keras kepada Kakashi yang sedang menunggunya di ruangan untuk membawa Naruto kepadanya atau gadis itu akan melukai dirinya sendiri.

Jadi, setelah Narumi tenang, Kakashi menyuruh perawat rumah sakit untuk membawa Naruto ke ruangan rawat Narumi dan merawat bayi itu khusus disini.

Tok... tok... tok...

“Permisi.”

Kakashi menoleh kearah pintu, “Silahkan masuk.”

Pintu itu terbuka dan menampilkan Mikoto yang sedang menggendong Sasuke.

Melihat hal itu, Kakashi langsung berdiri dan membungkuk sedikit kepada wanita itu. Bagaimanapun, Mikoto masih tetap istri kepala klan Uchiha yang harus dihormati, “Nyonya Uchiha.”

“Hatake san, tidak perlu seperti itu.”

Mikoto masuk ke ruangan dan duduk di kursi. Seorang anak lelaki mengikuti di belakang. Kakashi melihatnya dan mengenal anak itu. Itachi langsung mendekat kearah ranjang Narumi dan memegang tangan gadis itu yang saat ini sedang tertidur karena efek obat.

“Narumi, maafkan aku karena tidak ada di sisimu saat itu.” Lirih Itachi yang membuat Kakashi memperhatikannya.

Kakashi tau tentang hubungan Narumi dan Itachi. Dan lagi, bukan lagi rahasia jika Narumi selalu menjadi kelompok tiga orang bersama Itachi dan Shisui jika mereka sedang bermain atau berlatih. Kakashi tau jika Narumi berteman dekat dengan anak klan Uchiha karena gadis itu hampir setiap saat pergi ke distrik Uchiha.

Mikoto menimang Sasuke dalam dekapannya sembari matanya menatap bergiliran antara Narumi dan juga bayi Naruto. Wajahnya menunjukkan raut sendu dan hatinya berduka atas kematian sahabatnya, Kushina.

“Kushina san.” Panggil Mikoto dengan lirih.

Itachi masih setia berada di sisi Narumi dan sesekali menoleh untuk melihat Naruto dengan penasaran. Setelahnya, anak itu memandang kearah Narumi yang tertidur, “Narumi, Adikmu sudah lahir. Dia dan Sasuke akan benar-benar berteman.”

“Hatake san, bagaimana kondisi Narumi saat ini?” Mikoto menatap Kakashi dengan kedua mata yang terlihat sendu.

“Secara fisik, dia tidak terluka, Nyonya Uchiha. Tapi, aku pikir mentalnya lah yang tidak baik-baik saja. Dipaksa menyaksikan kematian orang yang kamu sayangi di depanmu, pasti Narumi sangat terkejut.” Jelas Kakashi.

“Walau Narumi seorang Kakak, dia tetap lah masih anak-anak.”

“Saya akan membantu Narumi, Nyonya Uchiha. Ini adalah wasiat Hokage ke-4 padaku.”

Mendengar itu, Mikoto tersenyum kecil. Ada sedikit kelegaan saat mendengar jika Narumi tidak akan sendirian menjalani hidupnya dalam mengurus Naruto, “Lalu, bagaimana dengan Naruto?”

“Untuk menjaga kerahasian atas insiden kemarin malam, Hokage ke-3 memutuskan untuk memakai marga Kushina san pada Naruto. Beliau akan mengambil alih kebutuhan Naruto dan Narumi.”

“Hm, Naruto Uzumaki ya.”

“Ibu, apakah nama Adik Narumi adalah Naruto Uzumaki?” Itachi langsung menoleh dan bertanya kepada Ibunya ketika telinganya tak sengaja mendengar.

“Benar, namanya adalah Naruto Uzumaki. Indah, bukan?”

“Indah, seperti nama Sasuke! Tapi, kenapa ‘Uzumaki’? Kenapa tidak sama dengan nama Narumi?”

Mikoto langsung mengusap surai Itachi dengan lembut, “Segala sesuatu ini sangat rumit jika dijelaskan sekarang. Tunggu kamu tumbuh besar nanti, Itachi.”

“Baiklah.”