“Sepertinya aku tidak terlambat.”
“Tidak sama sekali, Ayah. Kau tepat waktu.” Naruto membalas dengan senyuman.
Area di sekitar mereka langsung hening dengan kemunculan orang asing yang tiba-tiba. Tapi melihat jubah dengan ukiran ‘Hokage ke-4', mereka semua tau jika orang itu adalah Hokage ke-4 yang telah di edo tensei. Tak lama dari itu, para pendahulu Hokage lainnya menyusul, diikuti oleh Sasuke juga.
“Kau terlambat, teme.”
“Diam kau, dobe.”
Narumi menepuk pundah Minato, memberi isyarat untuk menurunkannya. Naruto dan Sakura melihat itu. Gadis dengan rambut merah panjang yang di kepang longgar dan dres putih selututnya yang tidak menutupi bahu. Tapi walau begitu, dres putih itu sudah agak kotor oleh tanah dan warna-warna lain.
Sakura mengerutkan keningnya, “Rumi nee, kenapa kau ada disini?”
Gadis itu berjalan mendekat kearah Naruto dan Sakura berada. raut wajahnya terlihat lembut dan sayu. Ada senyuman kecil yang terbentuk. Langkahnya ringan dengan sapuan angin halus yang menerbangkan rambut serta dres nya yang lembut. Naruto balas tersenyum melihatnya.
“Lama tidak bertemu, Kakak.”
Narumi berhenti tepat di depan Naruto. Ia langsung berlutut dan memeluk Adiknya itu yang sudah tumbuh besar. Sama seperti Sasuke, mereka berdua bukan lagi anak-anak nakal yang bisa dijahili atau di tipu olehnya lagi. Sudah bertahun-tahun berlalu, Adiknya tumbuh dengan sehat dan tampan.
Hatinya merasa bangga.
Di sisi lain, Minato tersenyum teduh melihat anak-anaknya bersatu kembali. Ia menyesal di hatinya karena tidak bisa ada di sisi mereka. Narumi sudah sangat menderita selama ini, begitu juga dengan Naruto. Mereka berdua menderita dengan jarak yang jauh. Tanpa tau apapun dengan hati yang merasakan kesepian.
“Maafkan aku. Maafkan aku, Naru. Kakak tidak bisa melindungimu. Kakak tidak bisa ada bersamamu. Kakak bahkan membuatmu kesepian.” Narumi menangis kembali, untuk yang kesekian kalinya.
Naruto membalas pelukan itu dan membenamkan wajahnya di bahu sang Kakak, “Tidak, Kakak tidak salah apapun. Kakak adalah Kakak terbaik bagi Naru. Terimakasih. Naru yang salah karena melupakan Kakak dan tidak bisa menyelamatkan Kakak. Maafkan Naru, Kak.”
Mendengar itu, Narumi menggelengkan kepalanya pelan. Ia melepas dekapannya dengan sang Adik dan memandang wajah Naruto yang sama-sama juga dialiri oleh air mata. Narumi tersenyum melihatnya dan perlahan, menyatukan ujung hidung mereka untuk bersentuhan.
“Tadaima, Naruto.” Ucap Narumi lirih.
“Okaeri, Kakak.” Balas Naruto lirih.
Pertemuan haru mereka berlangsung singkat di tengah suasana perang itu. Juubi sepertinya siap untuk kembali bertarung setelah melemparkan serangan bola ungu yang sangat padat. Setelah Naruto pulih, tim tujuh kembali terbentuk dan bersiap untuk perang yang sesungguhnya.
Keempat Hokage mulai menyebar dan membentuk segel tangan untuk membuat penghalang merah. Hashirama membuat klon kayunya dan membuka penghalang merah itu seukuran empat pintu untuk dimasuki para shinobi. Tujuan mereka saat ini adalah mengalahkan Juubi dan menang.
Narumi tanpa persiapan apapun yang memadai untuk perang, ikut maju ke depan.
“Narumi!” seru Minato dengan khawatir.
“Kakak, itu berbahaya!” Naruto berusaha mencegah Kakaknya ikut berperang sebelum Kakashi menghentikan aksi muridnya itu.
“Apa yang kau takutkan, dobe?” Sasuke bertanya kepada Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Kilat Merah || Naruto [CERPEN] (END)
FanfictionNamikaze Narumi adalah anak sulung dari pasangan Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina. Ia berteman dengan anak-anak Uchiha dan membangun hubungan yang baik dengan murid-murid yang di bimbing Ayahnya di dalam sebuah tim. Tapi dengan berbagai tragedi y...