Sore hari ini cerah. Langit seakan melukis dirinya sendiri dengan menumpahkan berbagai warna yang di campur. Oranye, biru, dan ungu. Langit seakan menjadi kanvas yang sangat indah dengan corak yang abstrak. Aoi memandang kearah Langit dari jendela yang terbuka, terduduk di atas futonnya yang hangat.
Surai merahnya masih terlihat panjang dan di kepang dengan longgar. Aoi masih memakai dres putihnya yang selutut. Wajahnya tanpa ekspresi dan kedua mata berwarna biru miliknya masih tampak kosong. Tapi, keadaan Aoi benar-benar terlihat aneh saat ini. Ia terlihat seperti robot yang tanpa hati dan emosi.
Mungkin Aoi setiap hari bersikap seperti itu, tanpa emosi dan tidak memiliki hati layaknya manusia biasa. Tapi sejak berinteraksi dengan Sasuke, perlahan-lahan Aoi bisa mengubahnya sedikit. Menjadi agak lembut dan bisa tersenyum kecil sesekali.
Tapi sekarang, Aoi seperti kembali kepada dirinya yang dulu. Keadaan dimana saat ia belum bertemu dengan Sasuke. Masih menjadi orang yang tidak bisa bersikap lembut dan tersenyum kecil walau sedikit. Semua ini terjadi saat Aoi mulai terbangun dari demam panjangnya.
Tiba-tiba, pintu geser yang terlihat sangat besar itu bergerak. Aoi tidak menoleh dan sudah tau siapa orang itu. Sejak orang itu datang kesini, Aoi sudah merasakan cakranya dan tidak merasa waspada terhadap serangan musuh. Ia hanya disana terdiam, menunggu sesuatu yang tidak pasti.
Satu pelukan hangat langsung di rasakan oleh Aoi. Orang itu terisak dan semakin memeluk Aoi dengan erat. Aoi melihat orang itu dan tidak berekspresi apapun. Ia hanya mengangkat tangannya dan menepuk kepala Sasuke dengan lembut.
Mendapati hal itu, Sasuke semakin menangis dan berteriak, menumpahkan segalanya kepada gadis yang berada di pelukannya itu. Aoi kembali mengalihkan pandangannya untuk menatap kearah langit. Sudah hampir gelap dan memasuki malam. Cahaya di langit mulai meredup. Kening Aoi berkerut dan entah mengapa, ia tidak suka dengan langit gelap malam.
“Maafkan aku, Rumi nee, maafkan aku.”
“Maaf karena melupakanmu. Aku sangat bodoh.”
“Sekarang aku ingat. Aku ingat semuanya.”
“Pertarunganmu dengan lelaki bertopeng itu saat aku kecil. Aku ingat bagaimana kau melindungiku saat itu. Aku ingat bagaimana kau terluka saat itu. Maafkan aku, Kakak.”
“Aku sangat mencintaimu.”
Aoi tidak mendengarkan ocehan Sasuke dan masih fokus untuk melihat ke langit. Kedua matanya kosong dan otaknya tidak berfungsi cukup baik. Sasuke akhirnya merasa lelah karena menangis dan rasa bersalah pada dirinya sendiri sebelum tertidur di pangkuan Aoi.
Gadis berambut merah itu kembali menatap Sasuke saat merasakan gerakan lelaki itu. Ia cukup lama menatap Sasuke dengan matanya yang kosong sebelum menarik selimut untuk menyelimuti Sasuke. Tangannya kembali terulur untuk mengusap rambut Sasuke yang lembut. Hatinya entah mengapa terasa sangat nyaman melakukannya.
Sekarang Sasuke mendapatkan kebenaran. Ingatakannya kembali setelah lama terkunci beberapa tahun. Ingatan itu adalah ingatan tentang pertarungan yang terjadi di hutan distrik Uchiha saat dirinya kecil dan ingatan tentang seseorang yang ia lupakan. Seseorang yang sangat Sasuke sayangi seperti ia menyayangi Itachi.
Namikaze Narumi.
Atau Sasuke mengenalnya sebagai Aoi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Kilat Merah || Naruto [CERPEN] (END)
FanfictionNamikaze Narumi adalah anak sulung dari pasangan Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina. Ia berteman dengan anak-anak Uchiha dan membangun hubungan yang baik dengan murid-murid yang di bimbing Ayahnya di dalam sebuah tim. Tapi dengan berbagai tragedi y...