Malam ini, suasana dunia sangat mencengkram. Setiap desa hanya diselimuti oleh ketakutan dengan keberangkatan Kage dan pasukan elit mereka menuju satu tempat. Tempat itu diantaranya adalah medan perang melawan Akatsuki yang baru-baru ini tersiar kabar terbaru jika pasukan aliansi shinobi tengah melawan seseorang yang dijuluki Dewa Perang.
Uchiha Madara.
Di rumah sakit Konoha, Narumi terduduk di ranjangnya dan seperti biasa menatap langit malam dari jendela. Ingatan baru miliknya baru saja muncul. Itu berisi tentang kesukaannya pada langit malam dan bintang-bintang yang bertebaran. Walau ia ingin tertawa karena baru mengingat itu, Narumi yang dulu memiliki harapan di hatinya.
Konoha lumayan sepi, sama seperti desa-desa lainnya di luaran sana. Mereka sedang berperang dan orang-orang terbaik dikirim ke medan perang. Narumi adalah salah satu orang yang tinggal di desa, bersama para orangtua dan anak-anak yang dilarang pergi ke medan perang.
Narumi sudah sendirian, tidak ada Kakashi ataupun Sakura yang menemaninya. Shizune dan Tsunade juga tidak ada di Konoha. Mereka semua pergi ke medan perang, meninggalkannya disini berharap ia aman dan terlindungi dari musuh-musuh.
Karena bosan, Narumi turun dari ranjangnya, keluar dari ruangan dan berjalan di sepanjang lorong rumah sakit. Langkahnya ringan dan ia mengikuti kemanapun langkah kakinya berjalan. Hingga hembusan angin malam yang terasa dingin menyadarkan Narumi. Ia sudah berada di luar rumah sakit.
“Malam ini dingin.” Ucap Narumi lirih.
Penampilan Narumi masih sama seperti biasanya. Rambut merah panjangnya di kepang longgar dan tubuhnya di balut dres putih selutut yang tidak menutupi kedua bahunya.
Mengabaikan angin malam yang terasa dingin, Narumi kembali melanjutkan perjalanannya ke luar rumah sakit. Berjalan-jalan di sepanjang jalan Konoha dan memperhatikan lingkungan sekitar yang sepi. Mungkin karena ini sudah sangat malam, semua orang sudah tertidur lelap.
Langkah itu terus berjalan dan tanpa sadar Narumi sudah sampai di depan gapura besar dengan lambang kipas. Narumi ingat dalam ingatannya jika lambang itu adalah lambang klan Uchiha. Lambang kebanggan mereka dimana gambar kipas besar itu memiliki arti di dalamnya.
Api adalah yang terkuat.
Untuk menciptakan api, manusia membutuhkan kipas.
Pemilik mata hebat itu, sharingan, memilih kipas sebagai lambang mereka. Tekad api yang membara dan kakuatan hebat yang paling mereka miliki. Narumi cukup takjub dengan Uchiha dan tanpa sadar tersenyum kecil melihat lambang itu di gapura besar di depannya.
Tapi, sejak kapan Narumi mengetahui tentang sejarah itu?
Siapa yang menceritakannya?
“Sejak dulu aku penasaran, mengapa klan Uchiha mengambil kipas sebagai lambang mereka?” Narumi bertanya santai dengan remahan nasi di sudut mulutnya.
“Aku juga penasaran!” Sasuke mengangkat tangannya antusias.
“Kakak, aku ingin minum.”
Narumi segera memberikan Naruto air yang ia bawa dan mengusap sudut mulut anak itu dengan lembut. Naruto tersenyum sangat lebar kepadanya dan mengucapkan terimakasih. Kembali, Naruto memakan onigirnya dengan lahap dan sesekali bercanda dengan Sasuke yang berada di sampingnya.
“Aku tau sejarahnya. Mau mendengarnya?” Itachi menawarkan sembari memberi kode kepada Narumi jika di sudut mulutnya ada remahan nasi.
“Ceritakan, Kakak!” teriak Sasuke.
Narumi membersihkan sudut mulutnya dan berterimakasih kepada Itachi.
“Nah, sekarang kita akan mendengar sejarah Uchiha dari Itachi sensei. Kalian siap mendengarkan dan mengingatnya di hati kalian. Terutama bagi Uchiha, ini sangat penting.” Shisui merangkul Naruto dan Sasuke dan tersenyum lebar.
“Kami, Uchiha, mengakui jika kami adalah yang terkuat. Elemen yang paling kami kuasai adalah api dan menurut kami, api adalah sesuatu yang tidak dapat di tandingi.”
“Wow, api sangat hebat.” Naruto takjub mendengarnya.
“Tidak lama lagi, aku akan bisa menyemburkan api seperti Itachi nii dan Shisui nii.” Sasuke menepuk dadanya dengan bangga, mengejek kearah Naruto.
“Seperti naga?” tanya Naruto polos.
“Hah? Naga apa?” Sasuke balik bertanya.
“Kakak selalu menceritakan cerita kepadaku sebelum aku tidur. Aku ingat jika Kakak pernah menceritakan seekor naga yang bisa menyemburkan api.” Naruto lalu terkekeh, “Apakah Sasuke adalah naga?”
“Diam kau, dobe!” Sasuke berteriak dengan malu, wajahnya sudah memerah.
Ketiga orang yang lebih besar dari mereka hanya menggelengkan kepala mereka.
“Kami membuat api di hati kami sebagai kekuatan dan simbol. Lalu, untuk membuat api itu besar dan kuat, pada umumnya manusia membutuhkan kipas. Jadi sederhananya, lambang klan Uchiha adalah sesuatu yang bisa membuat api itu besar dan kuat.” Jelas Itachi.
“Kipas besar, itu lambang klan Uchiha.” Tambah Shisui.
“Uchiha.” Mata Sasuke berbinar.
“Ah, seperti itu. Cukup menarik untuk di dengar.” Narumi mengangguk dan menatap Itachi dengan senyuman, “Terimakasih atas ceritamu, Itachi.”
“Tidak masalah, Narumi.”
“Baiklah, cepat habiskan makan kalian dan kita akan kembali berlatih.” Timpal Shisui.
“Siap!” teriak mereka bersama.
Ingatan itu begitu saja muncul di kepalanya. Tiba-tiba, Narumi memegangi kepalanya yang kembali berdenyut nyeri. Tapi, berbeda seperti apa yang sudah dirasakannya selama ini, rasa sakit di kepalanya tidak ada tandingan. Narumi sampai harus mencengkram rambutnya dan meringis. Ia berlutut di depan gapura klan Uchiha dan mengerang.
Satu tetes darah jatuh dari hidung Narumi. Gadis itu memandang ke tanah dengan kabur. Otaknya kini tengah memberikan begitu banyak kenangan dan gambar yang seakan meledak di kepalanya. Itu berat dan menyakitkan, tapi Narumi baik-baik saja. Ia akhirnya bisa melihat ini, kenangan utuhnya yang sempat terkunci.
Dan setelah beberapa waktu berlalu, rasa sakit di kepalanya mulai mereda. Kenangan-kenangan yang tak terhitung jumlahnya itu mulai tersusun dengan rapi di kepalanya. Mereka begitu jelas menunjukkan bagaimana ia lahir, saat ia kecil, kebahagian, tawa, kebersamaan, aksi penculikan terhadap dirinya, pria bertopeng, dokter Zeno, penyiksaannya, rasa sakit, tahun yang berlalu, dan hingga sampai saat ini.
Narumi ingat, akhirnya. Gadis itu langsung menangis tersedu-sedu. Air mata tidak bisa berhenti untuk mengalir ke luar. Dalam kesepian malam, ia hanya meringkuk sendirian di depan gapura klan Uchiha yang sepi dan dingin. Walau darah di hidungnya masih menetes, gadis itu tidak peduli.
Hatinya sakit.
Lalu, Narumi mengangkat kepalanya perlahan, menatap kedalam pemukiman klan Uchiha yang sudah kosong beberapa tahun yang lalu. Dengan perlahan, Narumi berdiri dan menegakkan tubuhnya. Butuh waktu beberapa saat untuk Narumi mengambil keputusan sebelum ia berjalan masuk ke pemukiman klan Uchiha.
Tertatih-tatih, berjalan, berjalan cepat, berlari. Narumi terus masuk lebih dalam ke pemukiman klan Uchiha. Melihat sekitar dimana rumah-rumah itu kini terlihat kosong, rusak, dan berdebu. Seperti telah di tinggalkan beberapa tahun dan tidak pernah di tinggali lagi oleh orang-orang.
“Itachi, Shisui nii, Ibu, Ayah... Naruto...” ucap Narumi lirih dengan putus asa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Kilat Merah || Naruto [CERPEN] (END)
Fiksi PenggemarNamikaze Narumi adalah anak sulung dari pasangan Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina. Ia berteman dengan anak-anak Uchiha dan membangun hubungan yang baik dengan murid-murid yang di bimbing Ayahnya di dalam sebuah tim. Tapi dengan berbagai tragedi y...