BAB 17. Adilkah ini Semua

29 1 0
                                    

Suara isakan tangis terdengar begitu menyayat kini terdengar lagi. Jodi yang sedang tertidur terbangun ,dia mengucek matanya lalu melihat jam weker yang ada diatas nakas samping tempat tidurnya, waktu masih menujukan pukul 02.00 dini hari. Jodie menoleh ke arah istrinya Miranda, lagi lagi dia dikejutkan dengan Miranda yang menangis tapi dengan mata yang terpejam.Dia segera mendekatkan badannya pada mira, lalu dia menepuk nepuk pipi Mira..

“Mir, sayang bangun kamu kenapa?”

Tak ada jawaban, sepertinya Mira memang sedang bermimpi, berkali-kali Jodi membangunkan Miranda tetap saja istrinya itu tidak bangun, malah kini isakan tangis itu terdengar semakin keras, Jodi langsung membalikan tubuh Mira yang tidur dengan posisi memebelakangi nya, kini sudah berbaring menghadapnya. Di lihatnya mata Mira masih terpejam,

Bukan hanya menangis , tiba-tiba saja Jodi merasakan tubuh Mira gemetar, menggigil.

Jodi seketika langsung duduk dari tidurnya, dan mengguncang bahu Mira pelan,

“ MIra. bangun hei kamu kenapa yang, bangun !!”.

Seketika Mira berteriak… “ Jangan pergi!! dan langsung dia bangun dan terduduk dari tidurnya .

Keringat membasahi kening Mira, nafasnya terengah naik turun.Dia menoleh pada suaminya Jodie yang kini sedang menatapnya.

Mira langsung memeluk Jodie erat, “Bang!!”..

Jodi membalas pelukan Mira dia mengusap punggung Mira pelan, “Kamu kenapa MIr, coba cerita sama abang, Abang gak cuma sekali ini melihat kamu seperti ini “. ucapnya lembut di telinga Mira.

Mira melepas pelukannya . lalu dia menundukan kepalanya,dia tidak ingin Jodie tau tentang masa kecilnya yang menurut Mira begitu sangat menyedihkan, Dia trauma dengan masa kecilnya. Trauma ditinggalkan oleh orang yang paling dia sayang, trauma dari perceraian orangtuanya, yang tiba-tiba sudah memiliki kelurga masing-masing. Trauma karena selalu diabaikan, merasa tidak diinginkan,apapun yang Miranda inginkan tak pernah bisa Miranda dapatkan. Tentang rasa kekecewaannya terhadap orangtua nya sendiri. saudaranya , bahkan oleh teman-temannya.Miranda selalu merasa sendiri , dan terabaikan.

“ Apa yang harus aku katakan sama bang Jodi, aku gak mau dia tau, aku punya masa lalu yang menyakitkan, aku gak mau bang Jodi ninggalin aku, “

Air matanya kini menetes membasahi pipinya,hidungnya terlihat memerah karena menahan tangis dari tadi, dia tidak mau Jodi melihatnya menangis lagi.

“Mira, sayang!!”. ucap Jodi lembut, sebisa mungkin Jodi menahan diri untuk tidak membuat Mira merasa terbebani dengan permintanya untuk mengatakan apa yang terjadi padanya.

“Mira… mira.. ucapnya terbata.

Jodi melihat Tangan Mira yang tiba-tiba gemetar, dengan tangannya yang masih gemetaran, Mira mulai memegangi kepalanya , rasanya kepala Mira berdenyut sangat nyeri, sekelebat ingatan tentang masa kecinya ,ketika dia melihat seorang laki-laki dikamar ibunya, ketika Miranda menatap kepergian ibunya dan juga saat ditinggallkan oleh budenya untuk selamanya, seperti berputar putar di kepala Mira.

“Kamu kenapa sayang!!”, ucap jodi panik melihat Mira seperti kesakitan. Dia memeluk erat Mira. Miranda berontak dia melepas pelukan suaminya dan kini dia malah menarik narik rambut panjangnya,sesekali dia memukuli kepalanya itu.

“Mira.. Mira gak mau sendiri”.. Miranda terus saja mengatakan itu.

“Astagfirullah, Mira . Tolong jangan seperti ini lagi, kamu kenapa Mira?”..

Jodi jadi teringat tentang perkataan Feri sore tadi, apa memang Miranda mempunya trauma dimasa kecilnya?”. Jodie memegangi bahu Mira “ Mira, lihat abang Mir, lihat Abang!!”.

The Secret Miranda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang