“Sudah selesai!" Ucap Jodi tersenyum hangat saat sudah mengobati lutut Miranda yang terluka.
“Ayo, sekarang Abang antar pulang! Naik bus gak apa-apa kan? Motor abang lagi di pinjam sama teman abang." Kata Jodi seraya mengelus lembut kepala Miranda.
“Gak apa bang, tiap hari juga Mira naik bus!”Jawab Mira tersipu saat Jodi mengelus kepalanya. "Kenapa rasanya malu sendiri ya kalau dekat dengan bang Jodi." Gumamnya dalam hati.
Jodi berdiri dan meraih tangan Miranda. ”Ayo abang gendong lagi sampai halte bis?”
“Eh, gak usah bang. Mira jalan aja, udah gak begitu sakit ko." Jawab Miranda, sebenarnya dia malu jika harus digendong oleh bang Jodi. Lihat saja wajahnya sekarang sudah seperti kepiting rebus.
Namun saat mulai melangkahkan kakinya, Miranda kembali meringis. Ternyata lututnya masih terasa sakit. Tanpa mengatakan apapun,
Jodi tiba-tiba berjongkok, “Udah Abang gendong aja lagi, itu baru selangkah kamu udah kesakitan. Ayo naik Mira..!!"Lagi Miranda tersenyum malu karenanya. Dan akhirnya, dia di gendong lagi oleh bang Jodi. Miranda bisa mencium wangi aroma tubuh Jodi yang maskulin, rasanya begitu menenangkan. Tanpa sadar Miranda mulai menyandarkan wajahnya di punggung Jodi, rasanya begitu nyaman. Apa karena selama ini Miranda tidak pernah mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari figur seorang ayah, makanya saat ada seorang laki laki yang begitu baik dan perhatian padanya, Miranda begitu sangat senang. Dan yang pasti Miranda suka dengan Bang Jodi. Di matanya Jodi seperti seorang pangeran berkuda putih yang datang untuk menolongnya.
“Duduk disini dulu ya." Ucap Jodi saat mereka sampai di halte bus, ia langsung mendudukan Miranda disana.
“Terimakasih ya Bang!!”
“Kamu sudah bilang terimakasih sama Abang lebih dari 10 kali Mira." Sahut Jodi mencubit gemas hidung Miranda.
Siapa yang tau, sikap Jodi yang seperti itu membuat hati Miranda gak karuan.“A-abang menghitungnya?” Tanya Miranda tak percaya.
Jodi hanya terkekeh dan lagi ia mencubit hidung Miranda.
“Gemas Abang sama kamu?" Jawabnya terkekeh kecil. "Abang boleh tanya sesuatu gak sama kamu?” Ucapnya tiba tiba.
“Tanya apa bang?” Miranda menatap serius Jodi.
“Nanti di dalam bus saja, itu busnya sudah ada." Jawab Jodi berdiri dan membantu Miranda untuk naik kedalam bus.
Akhirnya mereka berdua sudah duduk di dalam bus. Miranda terlihat cemas dan berkali kali dia melihat jam tangannya.
“Kamu kenapa Mir, kenapa gelisah seperti itu?” Tanya Jodi penasaran.
“Itu bang, anu Mira… Mira takut, kalau adik Mira nungguin Mira bang. Kasihan di rumah gak ada siapa siapa soalnya " Jawab Miranda menunduk.
“Memangnya Ayah dan ibu kamu kemana?” Tanya Jodi lagi.
Lama Miranda terdiam seperti enggan untuk menjawab nya.
“Mira.." Panggil Jodi lagi,suara Jodi begitu lembut, terdengar di pendengaran Miranda.
“Ayah Mira.. udah gak ada bang. Ayah Mira udah lama meninggal.” Lirihnya pelan, suaranya nyaris tidak terdengar.
“Ma- maaf, maafin abang ya Mir.. Abang gak bermaksud. Kamu yang tabah ya?” Jodi menepuk bahu Miranda, sontak saja Miranda langsung menoleh sebentar pada tangan Jodi yang kini tengah memegang bahunya.
“Gak apa Bang, kalau Ibu Mira, Mira gak tau. Ibu pergi entah kemana, ibu cuma bilang, waktu itu kalau ibu mau pergi bekerja.” ucapnya kemudian.
Jodi menatap sendu Miranda, dia baru tahu kalau gadis yang dia sukai ternyata menyimpan kesedihan di hatinya. Jodi jadi merasa iba dan kasihan. Ia jadi ingin selalu berada disisi Miranda. Menjaganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Miranda [END]
No FicciónMiranda seorang wanita biasa yang selama hidupnya selalu merasa dirundung kemalangan... Dia selalu saja menyesali akan hidupnya. Padahal semua orang melihat Miranda hidup bahagia. Mempunyai suami yang tampan dan sangat menyayangi nya,. Miranda, d...