BAB 27. Mantan Kekasih

22 1 0
                                    

“Sekarang kamu cepat kemasi barang -barang kamu Nda, kamu ikut ibu sekarang pindah kerumah ibu. Disini kamu mau sama siapa kalau gak ikut sama ibu. Lihat ayah kamu saja gak ada peduli kamu sekarang”.!

“Ayah ada bu, Sudah sebulan ini ayah dirumah bersama istrinya “.cicit Miranda pelan.  "Nda gak mau ikut ibu, Nda disini aja sama ayah.. Ada kak Rindi juga, Nda juga sudah terbiasa sendiri. Mau ada ibu atau ayah sekalipun Nda akan tetap sendiri.Ibu gak usah khawatir,Nda bisa jaga diri Nda sendiri.” Ucap Miranda yang kini sudah berusia 13 tahun dan akan masuk SMP.

Akhirnya setelah sekian lama, Miranda mampu berbicara, menolak yang dia tidak mau,karena biasanya dia akan selalu diam dan menurut begitu saja, tapi tidak untuk hari ini dia ingin tetap tinggal disini.

“Oh jadi sekarang isrti ayah kamu tinggal disini?”.. Ucap Maya seraya melihat keseluruh ruangan, mencoba untuk mencari keberadan istri mantan suaminya itu.

Seakan tau yang ada dalam pikiran ibunya, kembali Miranda berkata “ Ibu Lia gak ada, dia lagi keluar sama ayah kalau Ibu mencarinya”. Miranda menatap sang Ibu sungguh dia selalu teringat akan hari itu jika dia melihat ibunya ini.

Bayang bayang wajah lelaki itu seperti terekam jelas di ingatannya,juga saat ibunya pergi meninggalkan rumah Miranda selalu mengingatnya, hanya itu yang Miranda bisab ingat, tentang yang lainnya bahkan Miranda sama sekali tidak ingat sama sekali.

“Sepertinya kamu dekat dengan ibu tirimu itu Nda?”.Tanya Maya menatap wajah anak nya itu, Maya sangat terkejut saat pertama kali melihat anaknya yang kini tumbuh menjadi anak remaja yang sangat cantik.Ada rasa penyesalan di hati Maya karena tidak bisa merawat dan menjadi ibu yang baik yang selalu ada untuk Miranda. Bukan tanpa alasan dirinya dan Miranda tidak sedekat seperti ibu dan anak pada umumnya,itu karena Maya sendiri lah yang menciptakan jarak dengan Miranda, dari lahir bahkan Miranda hanya di urus oleh budenya,

Jadi wajar jika sekarang Miranda menjadi jauh dengan dirinya.

Perlakuan Maya pada Miranda pun menjadi penyebab Miranda benci pada ibunya itu.MIranda sama sekali tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya itu.

Dan sekarang ibunya datang dan ingin mengajaknya untuk tinggal bersama, tentu saja Miranda akan menolaknya.

“Tentu saja , Ibu Lia baik orangnya. Setidaknya aku ada teman sekarang dirumah ini.”

“Apa karena dia kamu gak mau ikut ibu?  Apa ayah mu yang melarang kamu untuk ikut Ibu?” Maya masih berusaha untuk membujuk Miranda supaya mau ikut dengannya.

“Menurut Ibu apa Ayah akan melakukannya? Ayah tidak seburuk yang ibu pikirkan, nyatanya ayah masih lebih baik dari pada Ibu”.

“Kamu sekarang sudah banyak bicara ya Nda, kamu pandai melawan kaa-kata ibu sekarang”.

“Aku tidak melawan , aku hanya mengatakan apa yang ingin aku katakan, aku bukan anak kecil lagi yang hanya bisa diam saat orang dewasa memperlakukan ku dengan seenaknya”.

Maya benar-benar tidak menyangka kalau anaknya sekarang memang sudah besar, dia bukan Miranda kecil yang manja dan selalu merengek pada budenya.

Bahkan dulu Miranda tidak pernah berani menatap padanya, tapi sekarang lihatlah Miranda berani menatap tajam pada ibunya itu.

Ternyata waktu sudah merubah segalanya, begitupun dengan Miranda. Namun begitu tidak ada yang tau kalau Miranda memiliki trauma dari masa kecilnya, mereka anggap masa kecilnya itu sudah terlewat begitu saja,nyatanya itu terbawa hingga dewasa.semuanya membekas dihati Miranda.

“Sudahlah, terserah kamu saja kalau memang kamu tidak mau ikut tinggal bersama Ibu.”.

“Ibu tidak akan memaksa “.Ucapnya lagi kemudian Maya pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Ada rasa kecewa saat Miranda memilih untuk tetap tinggal bersama ayahnya. Sungguh hatinya sakit saat ini. Tanpa sepengetahuan Miranda ternyata Maya menangis setelah keluar dari rumah. Sebenarnya Maya ingin memperbaiki hubungnnya dengan Miranda, dia ingin dekat dengan anaknya itu,dia juga takut kalau Miranda akan diperlakukan tidak baik oleh ibu tirinya itu.

Tapi sepertinya dugaannya itu salah, Miranda bahkan menyukai ibu tirinya itu dibanding Maya yang ibu kandungnya.

“Maaf kan aku Bu, tapi Nda masih ingin tetap disini.Aku masih benci sama ibu,”Lirih Miranda bulir bening dimatanya itu pun terjatuh, Dada nya sesak saat teringat hari itu.

Miranda terbangun saat mendengar pintu rumahnya diketuk. Rupanya tadi Miranda ketiduran dan lagi-lagi dia bermimpi tentang masa lalunya itu.Dia melirik pada jam dinding waktu menujukan pukul setengah sebelas siang, rupanya tadi sehabis Jodi beangkat kerja, Miranda ketiduran di sofa.

Buru-buru Miranda bergegas untuk membuka pintu karena sedari tadi pintunya terus saja diketuk dari luar.

“Siapa sih?” gumam Miranda ”Iya tunggu sebentar!!” Teriaknya dari dalam.

Saat pintu dibuka nampak seorang laki-laki bertubuh tinggi dan cukup tampan tak beda jauh dengan Jodi hanya saja dia berkulit sawo matang tidak seperti Jodi yang putih.

“Gala.. " Miranda menatap pada laki-laki dihadapannya kini.

“ Hai Nda… “ ucapnya tersenyum begitu manis pada Miranda menampakan lesung pipi di kedua pipinya. Mirip sekali dengan penyanyi yang bernama Afgan.

Buru-buru Miranda mau menutup pintunya lagi, tapi dengan cepat Gala menahannya.

“Tunggu dulu Nda, “

“Kamu mau apa?” tanya Miranda gugup , sungguh dia sangat tidak ingiin bertemu dengan nya.

“ Boleh aku masuk dulu?”

“Nggak, aku tidak menerima tamu laki-laki “.

“Waaw, ternyata kamu masih sama ya Nda. Tapi kamu makin cantik, aku suka. Menyesal dulu aku ninggalin kamu!”

Gala adalah mantan pacar Miranda saat SMA dulu. Di mata Miranda dulu Gala begitu baik sehingga dia mau menerima Gala menjadi pacarnya. Namun sayang karena hasutan dan fitnah dari Sarah, Gala memutuskan Miranda begitu saja, bahkan sebelumnya Gala menggantung hubungannya dengan Miranda selama satu tahun lamanya tanpa kepastian.

Miranda sudah mengubur semua kenangan nya bersama Gala, walau bagai mana pun Gala adalah cinta pertamanya.

“Sepertinya sekarang kita akan sering ketemu deh Nda, sekarang aku tinggal disana” Gala menunjuk rumah Sarah.

“Apa??”  Mira terkejut mendengar ucapan Gala barusan.

“Kenapa ? kamu terkejut?" Gala tersenyum menyeringai.  ”Sarah menyewakan rumahnya kalau kamu penasaran Nda kenapa saya bisa tinggal disana, jangan berpikiran buruk dulu.”

“Aku dan Sarah juga sudah lama putus, Tapi kemarin aku gak sengaja ketemu dia saat aku sedang mencari tempat tinggal disekitar sini karena sekarang aku bekerja d daerah sini." Ucapnya panjang lebar, seolah tau apa yang ingin Miranda tanyakan.

Padahal nyatanya Miranda sama sekali tidak peduli.

“Atau apa kamu memang ber pikir aku masih ada hubungan dengan Sarah?

“Ayolah Nda, apa gak bisa kita berteman baik, seperti aku dan Sarah masih bisa berteman”.

“ Nggak, Aku tidak ingin berteman dengan orang -orang yang sudah menyakitiku dulu, itu sama saja dengan aku membuka luka lama. Dan maaf aku bukan Sarah yang bisa berteman dengan siapa saja, termasuk dengan mantan pacarnya dulu.” Jawab Mira dan langsung menutup pintu tak lupa dia juga mengunci rapat pintu rumahnya itu.

Miranda berkali kali mengembuskan nafas kasar, dia jadi pusing kenapa pula mantan pacarnya sekarang bisa menjadi tetangganya. Kemarin Sarah, sekarang Gala besok siapa lagi? Dan kenapa Sarah menyewakan rumahnya pada Gala, apa dia sebenarnya sudah pindah dari sana, tapi kenapa?  Baru juga tinggal beberapa hari sudah pindah lagi, dan sekarang malah rumahnya itu disewakan kepada Gala mantan kekasihnya Mira dan Sarah…

Gimana reaksi bang Jodi ya kalau tau Miranda punya mantan pacar, dan sekarang tinggal berdekatan . Mana cakep pula mirip penyanyi Afgan apa ga cemburu tuh bang Jodi nanti.

The Secret Miranda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang