Chapter 31

5.5K 250 33
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم



(Happy Reading 🖤)

Sore hari yang begitu ramai, karna banyak-nya anak-anak kecil yang sedang bermain dilingkungan depan rumah Ning Nara dan Gus Faza.

Terdengar suara anak kecil yang meminta ice cream ke mamanya.

Dari atas balkon rumah, Nara terus memandangi anak yang sedang menarik-narik lengan baju sang mama.

"Huwaaa,"

Tiba-tiba suara tangis anak kecil yang bernama Shaka itu mengema di telinga Nara yang sedang asyik memandangi mereka.

"Hehe, nak.. nanti kalok kamu dah lahir pasti kamu ganteng baget kayak anak itu, lucu baget, nanti kita jalan-jalan kayak gitu sama ayah juga ya" gumam Nara mengelus perutnya yang masih rata.

Tanpa sadar lehernya udah dilingkeri oleh tangan kekar sang suami.

"Bengongin apa hm?" Ucap Gus Faza menaruh wajahnya diatas pundak kanan sang istri.

"Ish!  Mas ngagetin Nara aja!"

"Hehe, Afwan sayang..."

"Iya.. mas liat tu" Nara menunjuk kearah anak-anak yang sedang bermain.

"Lucu bukan, kalok kita bisa gabung main disana" Nara menoleh kearah sang suami.

"Mau main hm?"

" Ngak "

"Trus,sayang mau apa?"tanya Gus Faza menatap kearah Nara sehingga keduanya. Saling pandang.

"Mau jalan-jalan pake sepeda" jawabnya.

"Yaudah let's go"

.......

Udara sore menyapa lembut wajah indah pasutri yang tengah menaiki sebuah sepeda berwarna hitam.

Gus Faza mengayuh sepeda itu dengan perlahan sambil menikmati pemandangan sekaligus pelukan dari sang istri tercinta.

"Lebih erat sayang" tutur lembut Gus Faza sambil mengeratkan tangan sang istri di perutnya.

"Emang mas bisa nafas?"

"Iya bisa dong sayang".

"Hmm.. mas Faza"

"Dalem sayangku"

"Kapan kita kasih tau Bunda sama papah, umi sama Abi, dek suci sama bangray sama Abang Rafkha?" Tanya Nara menyebut semua orang.

"Ntar malam mau?" Jawab Gus Faza fokus ke depan tanpa menatap kearah sang istri.

"Mau, kita ke ndalem aja sekarang,biar ntar malem ke rumah bunda".

"Yaudah ayok"

Gus Faza mengayuh sepeda itu menuju ke kawasan pesantren.

******


Para santri yang sedang bersantai sambil menunggu waktu magrib, tiba-tiba menjadi heboh kala melihat sang Gus dan ningnya naik sepeda.

Zaujatynya Gus FazaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang