Chapter 40

2K 117 3
                                    


Cucu bunda, anak Nara tidak bisa diselamatkan nak".

Deg!

Bagaikan dikasih uang, eh salah,bagaikan disambar anak panah rasanya hati Rayyan sangat sakit mendengar kabar pilu itu.

"Bunda bohong kan?ngak baik tau Bun,bohongin anak sendiri" jawab Rayyan menggoyang-goyangkan bahu bundanya.

Bella menggeleng pelan,"bunda ngak bohong nak,hiks"

"Ponakan Ray!" Rayyan berlari menuju pintu UGD dengan air mata yang mulai keluar.

"Ngak! Ngak mungkin!" Lirihnya memegang pintu UGD itu.

"Gimana perasaan Nara kalok dia tau anaknya tidak bisa diselamatkan" batinya.

Di dalam ruangan UGD terlihat kantong infus sama kantong darah mengalir kedalam tubuh Gus Faza yg masih setia tertidur disamping brankar istrinya.

Oett.

Suara pintu kaca UGD terbuka terlihat kyai junan berjalan menyamperi brankar tempat putranya terbaring lemas.

"Nak, harus sampai kapan Abi sama keluarga yang lain menunggu kesadaran kalian, udah 5 Minggu loh" lirih kyai junan duduk disamping sang putra.

Saat kyai junan mencium kening Gus Faza tangan kyai junan merasakan gerakan dari tangan Gus Faza yang ia pegang.

"Nak?".

Perlahan mata Gus Faza terbuka mukanya yg semula pucat menjadi seperti biasa.

"I-istr-tri f-faza d-diman-na bi?" Tanya Gus Faza pertama kali.

"Istri kamu ada disana" kyai junan menunjuk kesebelah brangkar nya.

Gus Faza menoleh dengan raut wajah sakitnya.

"Na-nara".

"Bi,anak sama is-istri fa-za sel-lamat k-kan ?" Tanya Gus Faza berbatah batah.

Kyai junan hanya membalas dengan senyuman dan matanya mulai berkaca-kaca namun ia tahan untuk tidak mengeluarkan air mata.

"Abi panggil dokter dulu, kamu tunggu disini" kyai junan segera pergi sebelum air matanya lolos.

Gus Faza menoleh kearah Nara yang masih tertidur tak sengaja matanya menatap kearah perut sang istri yg udah merata kembali.

Akhh..

Gus Faza memegang kepalanya yg terasa sangat sakit.

"Naraaaa".

"M-maaf kan mas ya sayang, mas ngak bisa jaga kamu, kamu seperti ini gara gara mas, mas jahat," Gus Faza memukul mukul dirinya sebelum darah dari kepalanya kembali keluar.

"Awww. Sakit".

"Kamu harus kuat sayang,kamu ngak boleh kayak gini" ujar Gus Faza dengan suara lemahnya mencoba memegang tangan sang istri.

"Permisi"

Suara itu mengalihkan pandangan Gus Faza kearah pintu dan terlihat dokter zira sama abinya berjalan mendekat.

"Dok,tolong cek keadaan putra saya".

"Baik pak" dokter zira mulai mengecek keadaan Gus Faza dengan sangat baik.

"Alhamdulillah pak,keadaan beliau semakin membaik,darahnya mulai normal,pak Faza cuma butuh istirahat dan jangan terlalu mikir,karna akan berpengaruh terhadap perkembangan otaknya" jelas dokter zira.

Zaujatynya Gus FazaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang