Maaf ngaret rencananya mau up tadi malam jam 8 tapi cape banget. Jadi aku up sekarang.
2k vote aku Up next bab.
"Sekarang jelaskan ada apa dengan wajahmu?" Sekarang giliran Abimana bertanya. Pria itu sudah cukup tenang karena bisikan-bisikan lembut dari Viana--sang istri.
Viana menghela napas sejenak. Tangannya terangkat untuk menyentuh pipinya yang masih berdenyut. "Karena pria sialan itu," geram Viana.
"Siapa?" tanya Abimana dengan nada rendah. Ia sendiri merasa sangat geram kepada orang yang telah meninggalkan bercak lima jari di wajah istrinya. Lihat saja, ia akan membalas pria itu bahkan lebih kejam dari hanya sekedar tamparan.
"Fariz..." lirih Viana menatap wajah sang suami.
"Fariz? Pria yang pernah kamu suka?" ucap Abimana membuat Viana memandang tak suka.
"Jangan sebut sebagai orang yang pernah aku suka! Lagi pula itu bukan aku yang menyukainya," sergahnya.
"Bukan kamu? Lantas siapa?" tanya Abimana bingung.
"Lupakan. Yang pasti jangan pernah menyebutnya seperti itu lagi."
"Baiklah-baiklah, sayang. Aku tidak akan menyebutkannya lagi." Abimana memilih untuk tidak mempertanyakan ucapan aneh sang istri.
"Sayang, sepertinya kita harus cepat ke mobil. Kakiku sepertinya mulai mati rasa," celetuk Abimana.
Seketika Viana baru menyadari jika suaminya sedari tadi bisa berjalan. Jujur saja, dia benar-benar melupakan kelumpuhan suaminya sehingga langsung menarik pria itu ke sini. Beruntung Abimana sedang dalam keadaan bisa berjalan mungkin karena sebelum berangkat ke sini, pria itu telah meminum obat terlebih dahulu.
Viana bangkit kemudian menarik tangan sang suami. "Ayo cepat sebelum kakimu benar-benar mati rasa."
Gadis itu menarik Abimana menuju rumah atau klinik tempat Abimana melakukan konsultasi beberapa menit yang lalu, dikarenakan pria itu mengatakan sopirnya menunggu di halaman klinik psikiater tersebut.
Benar saja, mobil yang digunakan untuk pergi ke rumah sakit tempo hari, sedang terparkir di halaman klinik membuat sepasang suami istri itu langsung masuk ke dalam mobil dan mendudukkan tubuh mereka di kursi penumpang bagian belakang.
"Langsung pulang?" tanya Abimana.
"Tidak, kita ke rumah sakit untuk periksa kakimu. Pasti rekan Dokter Alan sudah menunggu kita," ujar Viana. "Jalan ke rumah sakit, pak," titah Viana pada sang sopir.
"Baik Nyonya."
Mobil melaju membelah jalan menuju rumah sakit hingga akhirnya mobil itu tiba di tempat tujuan. Sang sopir dengan sigap memarkirkan mobil di kawasan rumah sakit itu kemudian seperti sebelumnya.
Ia akan membantu sang Nyonya untuk memindahkan tuannya ke kursi roda karena tampaknya kaki dari pria yang menjadi majikan itu sudah kembali lumpuh karena efek obat yang sudah habis.
Setelah Abimana telah duduk dengan nyaman di kursi rodanya, Viana mulai berjalan sembari mendorong kursi roda Abimana, menuju ruangan dokter Alan. Viana mengetuk pintu sebentar saat mereka telah tiba di depan ruangan sang dokter.
"Masuk!" titah suara yang terdengar seperti milik Alan.
Karena telah mendapat instruksi, Viana membuka pintu ruangan tersebut kemudian melangkah masuk bersama dengan sang suami. Saat kakinya menginjakkan kaki di lantai yang ada di dalam ruangan itu, Viana bisa melihat seorang pria yang mengenakan jas berwarna putih, persis seperti milik Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Gangguan Jiwa (TERBIT)
FanfictionDiana Anggita Dwitama, gadis dengan kondisi tubuh sakit-sakitan bahkan untuk berjalan saja dia kesulitan. Kecewa pada diri sendiri ditambah dengan kedua orang tua serta saudaranya sudah tidak peduli lagi, Diana akhirnya memutuskan untuk mengakhiri s...