1,5k Vote, baru aku up next Bab.
Kaki jenjang milik Viana memasuki pusat perbelanjaan modern dengan mendorong kursi roda milik suaminya. Gadis itu tampak mencolok karena membawa seseorang melalui sebuah kursi roda. Tetapi bukan itu saja, Viana adalah orang terkenal yang akrab di sapa sebagai putri pengusaha dengan nama Dirham.
Memang keluarga Dirham cukup dikenal karena kekuatan dan kedudukan mereka di bidang bisnis tidak bisa diragukan lagi. Begitu pun dengan keluarga Adhias yang bahkan memiliki kedudukan lebih tinggi dari keluarga Dirham. Itulah sebabnya ketika perusahaan Dirham sedang berada di dalam sebuah masalah, mereka melakukan perjodohan bisnis antara kedua anak mereka.
Hal tersebut jugalah yang menjadi penyebab Abimana pernah menyinggung Viana sebagai alat 'pelunas hutang' diawal pertemuan mereka. Kenyataannya, Viana memang hanya digunakan sebagai alat pelunas hutang oleh kedua orang tuanya. Kendati demikian, Viana tidak menyesal karena baginya ini sebuah keberuntungan.
Meninggal sebagai Diana dan kembali hidup sebagai Viana, kemudian mendapat suami yang bagi gadis itu sangat baik seperti Abimana. Bukankah itu sebuah keberuntungan yang wajib disyukuri? Kekurangan fisik yang diderita Abimana sama sekali tidak menyiratkan rasa penyesalan, toh sedari awal dia sudah tahu jika pria yang menjadi suaminya adalah pengidap bipolar. Tentu saja pengetahuan itu ia dapat dari dunia novel.
Sepanjang langkah yang Viana lewati ada saja orang yang menggunjing Viana karena menurut mereka gadis cantik anak pengusaha seperti Viana seharusnya bersanding dengan pria yang memiliki status sosial yang setara. Mereka tidak mengetahui bahwa Abimana adalah putra kandung dari keluarga Adhias karena memang pria itu disembunyikan dari khalayak umum.
Yang mereka tahu, keluarga Adhias hanya memiliki seorang putra tiri. Anak Nyonya Malia hasil dari pernikahan pertama sebelum akhirnya menikah dengan Arion. Memang ada desas-desus tentang putra kandung keluarga Adhias lantaran Arion pernah mengajak Abimana untuk menyaksikan meeting pertama di usia lima belas tahun.
Tetapi setelahnya, kabar itu hanya berlalu layaknya angin tanpa adanya kepastian. Abimana sendiri tidak peduli dengan status yang ia miliki. Toh dia juga mempunyai perusahaan yang ia rintis sendiri walaupun belum sebesar perusahaan Adhias atau pun Dirham. Bahkan terlintas di benak pria itu untuk membuat marga sendiri untuk keluarga kecilnya. Ditambah lagi Abimana sekarang telah menemukan tempat hatinya berlabuh.
Langkah ringan Viana menyusuri lantai bawah dari pusat perbelanjaan tersebut. Ia seakan tuli dengan bisik-bisik mengenai dirinya dan sang suami. Gadis itu memasuki sebuah outlet dengan bagian atas terpampang sebuah brand pakaian yang cukup terkenal.
"Abi, kita beli baju couple ya," ujar Viana.
Abimana mendongak menatap wajah cantik istrinya. Jujur saja, ia takut Viana malu dengan gunjingan-gunjingan yang dilemparkan pada mereka. Namun sepertinya itu hanya prasangka buruknya karena gadis yang menjadi istrinya itu tampak tidak peduli dengan gunjingan-gunjingan itu.
Tak terasa senyum kecil terbit di wajah Abimana. "Pilih saja, sayang. Aku akan mengenakan apa saja yang kamu pilihkan."
Viana mengangguk. "Baiklah. Kamu tunggu di sini, aku mau ambil troli." ujarnya.
Gadis itu dengan cepat mengambil sebuah troli kemudian membawanya ke depan Abimana. Viana mengernyit saat menyadari dia tidak bisa membawa troli lantaran harus mendorong kursi roda sang suami.
"Kamu bawa troli saja, sayang. Aku bisa membawa kursi rodaku sendiri," celetuk Abimana saat menyadari raut wajah kebingungan dari istrinya.
Viana menggeleng. "Tidak, kalau kamu sendiri yang dorong, kamu bisa ketinggalan. Aku tidak mau meninggalkan kamu," ujarnya menolak. Mencoba berpikir keras, akhirnya sebuah ide muncul. "Abi, bisa telepon pengawal yang berjaga mobil kita?"
Abimana mengangguk kemudian dengan susah payah meraih ponsel yang ada di kantongnya. Sebenarnya Abimana tidak pernah menyentuh ponsel ini dikarenakan dia terlalu malas menyentuh gadget itu. Dulu dia lebih suka menyiksa pelayan yang sering menyiksanya pula. Tetapi setelah memiliki Viana di sisinya, rasanya tidak ada yang lebih menyenangkan selain bermanja dan menikmati kasih sayang dari gadis itu.
Abimana menekan menghubungi pelayannya yang langsung ditanggapi dengan cepat. Setelah pengawal itu menerima titah dari Abimana, sepasang suami istri itu akhirnya menunggu kedatangan pengawal itu. Beruntung mereka masih berada di lantai bawah sehingga tidak menunggu waktu lama, pengawal itu telah tiba.
"Bawa troli ini!" titah Viana seraya mengalihkan tangannya untuk menyentuh kursi roda sang suami.
"Baik, Nyonya."
Setelah mendapat persetujuan, Viana melangkah menyusuri outlet sembari mendorong kursi roda milik suaminya. Dari belakang, terlihat pengawal yang dengan setia mengikuti. Beberapa baju sudah gadis itu ambil termasuk dua pasang pakaian couple untuk dirinya dan Abimana.
Dirasa belanjaannya di outlet itu sudah cukup, Viana beralih menyusuri outlet-outlet lain. Banyak barang yang sudah dibeli Viana, mulai dari baju, alat rias, sampai alat pemijat portabel pun ia beli. Gadis itu berpikir alat pemijat portabel itu dapat digunakan Abimana untuk mempercepat rangsangan pada kakinya.
Sampai akhirnya, Viana memasuki outlet yang berisi banyak buku. Tujuannya tentu saja membeli novel untuk menyalurkan hobi di kehidupan sebelumnya. Gadis itu meraih beberapa buku yang dirasa menarik kemudian melemparnya ke troli dengan begitu saja.
Pengawal yang mendorong troli sudah tertekan karena majikannya sangat bar-bar. Bahkan alat rias yang terbuat dari kaca gadis itu lempar juga membuat pengawal itu harus ekstra cepat dalam menangkap kalau tidak, barang yang terbuat dari kaca begitu bisa pecah dan rusak.
Sebuah buku bercorak coklat kehitaman menarik atensi Viana. Ia meraih buku itu kemudian membaca sekilas. Setelah dilihat lagi ternyata buku itu hanyalah sebuah buku harian kosong yang siap digunakan sang pemilik untuk mencurahkan kisah hidupnya melalui coretan di buku itu.
"Buku harian? Sepertinya menarik. Aku akan menulis kisah hidupku bersama Abimana," batin Viana kemudian melempar buku itu ke dalam troli.
Asyik berjalan-jalan, bunyi perut dari Viana membuat kedua pria yang sedari tadi hanya melihat gadis itu memilih barang pun menoleh. Abimana mendongak dan melihat rona kemerahan yang samar dari wajah istrinya.
Abimana terkekeh kecil. "Kamu lapar? Mari kita makan siang terlebih dahulu."
Viana mengangguk kemudian mendorong kursi roda itu ke arah restauran yang ada di mall itu. Viana melangkah masuk kemudian memperhatikan suasana restauran yang tampak ramai. Tetapi seseorang yang tidak asing tertangkap lewat pupil mata Viana membuat gadis itu menyeringai.
"Abi, boleh aku pinjam ponselmu sebentar?" tanya Viana.
Abimana bingung tetapi tetap memberikan ponsel miliknya. "Tentu, ini ambil saja."
Dengan senang hati Viana meraih ponsel tersebut. Ia membuka kamera kemudian mengarahkannya pada seorang wanita yang tampak asyik bermesraan bersama seorang pria. Viana menekan tombol tangkap gambar sehingga foto itu langsung tersimpan di dalam ponsel.
"Waktunya balas dendam," batin Viana tertawa jahat.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Gangguan Jiwa (TERBIT)
FanfictionDiana Anggita Dwitama, gadis dengan kondisi tubuh sakit-sakitan bahkan untuk berjalan saja dia kesulitan. Kecewa pada diri sendiri ditambah dengan kedua orang tua serta saudaranya sudah tidak peduli lagi, Diana akhirnya memutuskan untuk mengakhiri s...