Tandain typo karena belum direvisi. Ini aku sempetin up di HP ortu buat kalian jadi jangan lupa Vote.
Wanita paruh baya itu bangkit kemudian menggebrak meja dengan cukup kencang sehingga membuat mereka yang ada di meja makan itu berjengkit kaget. Tak terkecuali Viana yang telah menutup mulutnya.
"Ups, sepertinya aku membuat wanita tua ini marah," batin Viana.
"Apa yang telah kau lakukan, sialan!" pekik Malia kencang.
Arion terlihat ingin menghentikan istrinya, tetapi Viana yang menyadari lebih dulu, langsung memberi kode kepada Elio lewat kedipan mata. Elio yang paham segera menahan tangan ayahnya membuat Arion menoleh ke arah sang anak.
Gelengan pelan yang disampaikan Elio membuat Arion mengurungkan niatnya. Segera Viana mengacungkan jempolnya kepada Elio seolah mengatakan 'kerja bagus!'
Gadis itu berdiri kemudian tanpa disadari oleh siapapun, Viana menatap remeh ibu mertuanya "Ada apa Ibu? Kenapa kamu tampak marah?"
Emosi Malia semakin terpancing. Matanya melayangkan tatapan tajam dengan tangan terangkat menunjuk wajah Viana. "Kau?!"
Viana mengganti senyum remehnya menjadi raut penuh kekhawatiran. Ia melangkah menuju ibu mertuanya kemudian mengelus bahu wanita paruh baya itu. "Ibu kenapa, apa aku membuat masalah?" Perlahan Viana mendekatkan bibirnya di telinga wanita itu. "Jangan membuat masalah, kau tidak lihat di sini ada suamimu? Kamu tidak mau diusir dan diceraikan, bukan?" bisiknya.
Hal tersebut sontak membuat Malia menatap suaminya yang terlihat sudah memasang wajah datar, pertanda apa yang barusan ia lakukan tidak pria itu sukai. Mencoba menahan amarahnya, Malia kembali mendudukkan tubuhnya seraya hatinya mendumel. Ia menatap makanan yang ada di depannya tanpa minat. Mana mungkin makanan yang telah dimasukkan obat berbahaya akan ia makan. Dan lagi, Malia baru tahu menantunya ini sangat licik.
Kembali Malia melayangkan tatapan tajam ke arah Viana. Sekarang ia sadar, wanita yang menjadi menantunya itu bukanlah orang yang sederhana, terbukti dari kesadaran gadis itu terhadap obat yang ia berikan kepada anak tirinya, hanya dalam kurun waktu sebulan setelah gadis itu memasuki keluarga Adhias.
Awalnya, ia ingin menjadikan seorang Viana sebagai pionnya dalam menggulingkan Abimana, tetapi ternyata ia salah, rencananya gagal total. Orang yang ia anggap sebagai salah satu pion yang tidak berguna justru menusuknya. Malia menatap Viana yang telah duduk kembali di tempatnya. Ia sudah memutuskan, mulai sekarang, ia akan mengibarkan bendera perang kepada menantunya dan dia tidak akan pernah bersikap baik lagi.
Suasana yang sudah kembali tenang, membuat Arion melembutkan raut wajahnya. Ia menatap menantunya untuk meminta izin. "Via, saya izin ke toilet sebentar," pamitnya.
"Baik ayah, silakan. Ayah tahu 'kan, jalannya?"
Arion mengangguk seraya bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan menjauhi area ruang makan menuju toilet. Ia tidak menyadari tiga pasang mata memperhatikan punggungnya hingga akhirnya pria paruh baya itu benar-benar tidak terlihat lagi.
Viana mengalihkan pandangannya kepada Malia. Ia tersenyum tipis sembari menyantap makanannya. "Ibu tidak makan?"
"Kau sudah tahu, bukan?" Malia justru balik bertanya, tanpa menjawab pertanyaan dari Viana.
"Tahu apa?" tanya Viana pura-pura bingung.
"Jangan pura-pura, aku tahu kau sudah mengetahuinya. Katakan! sudah berapa banyak yang kau tahu?" ujar Malia dengan sorot mata tajam.
Perlahan Viana menghilangkan raut wajah kepura-puraannya menjadi raut wajah tanpa ekspresi. Jari-jari tangannya mengetuk-ngetuk meja seolah sedang berpikir. "Berapa, ya? Mungkin, semuanya?"
Kekehan sinis keluar dari bibir Malia. "Ternyata aku salah menilaimu. Kamu ternyata cukup licik juga, Viana."
Viana berdecih. "Tentu saja aku licik, bahkan lebih licik darimu yang hanya bisa mengandalkan obat sialan itu, bahkan membunuh orang yang tidak bersalah. Hal yang hanya dilakukan oleh seorang pengecut," sinisnya.
"Tahu apa kau gadis naif? kau memang licik dan bahkan bisa mengetahui semua yang telah aku lakukan. Aku cukup terkesan, karena kamu yang nyatanya orang baru dapat lebih dulu mengetahuinya dibanding dia," ucap Malia sembari menunjuk Abimana. "Tapi tetap saja, kamu hanyalah seorang gadis muda dengan pemikiran naif," lanjutnya.
"Lebih baik menjadi naif dari pada menjadi pengecut," ejek Viana.
Emosi Malia kembali tersurut karena ucapan dari gadis muda yang ada di depannya. "Lebih baik kau diam! Kau tidak tahu bagaimana rasanya menjadi aku!"
"Menjadi wanita yang haus akan harta, dan membunuh orang yang tidak bersalah?" balas Viana santai.
"Memangnya kenapa? Kanya, wanita itu hanyalah wanita lemah yang dilimpahi keberuntungan."
Kanya Arin Adhias adalah nama lengkap dari wanita yang telah melahirkan Abimana. Wanita yang memiliki sifat lembut dengan sejuta pesona membuat ia selalu dilimpahi cinta dan kasih sayang. Dulu Malia dan Kanya bersahabat baik, tetapi lambat laun rasa iri dari Malia membuat persahabatan itu merenggang.
Iri hati membuat rasa kebencian untuk Kanya memumupuk di hati Malia, sampai akhirnya wanita itu membayar seseorang untuk membunuh Kanya yang pada saat itu sudah menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki berusia sebelas tahun.
Apa yang telah Malia buat membuahkan hasil. Ia berhasil menggaet Arion dengan cara halus. Arion yang kala itu sedang berduka dan membutuhkan teman cerita akhirnya dimanfaatkan oleh Malia. Ia dengan liciknya menemani Arion melewati masa-masa sulit membuat pelan-pelan cinta tumbuh di hati pria itu.
"Jelas saja dia dilimpahi keberuntungan. Aku yakin Kanya memiliki sifat yang baik membuat Ia dipenuhi cinta. Tidak seperti kau." Viana tersenyum mengejek. "Wanita jahat yang haus harta."
"Diam sialan! Jangan bandingkan aku dengan wanita lemah itu!"
"Kau yang diam wanita tua! Mulut busukmu tidak pantas menyebutkan hal-hal yang buruk tentang ibuku." Abimana akhirnya membuka suara setelah sedari tadi menyaksikan istrinya berdebat. Ia tidak tahan karena ibunya dijelek-jelekkan oleh Malia.
"Kau dengar? Bahkan mulutmu tidak pantas menyebut nama nyonya Kanya yang terhormat," ucap Viana.
Emosi kian tersulut. Tangan wanita paruh baya itu terkepal. "Kalian! Kalian harus mati!" Malia meraih pisau buah yang ada di atas meja Ia bersiap menusuk Viana tetapi Elio terlebih dahulu memegang tangannya.
"Sudah cukup ibu, jangan berbuat jahat lagi," ucap Elio namun Malia tidak peduli.
"Lepaskan aku, anak tidak berguna." Pikiran Malia telah di selimuti amarah. Ia memberontak sekuat tenaga sampai akhirnya pisau di tangan Malia justru melukai lengan Elio.
"Sepertinya sudah cukup, Nyonya. Waktu bermain-main telah habis," ucap Viana sembari bertepuk tangan.
Bertepatan dengan itu, beberapa pria berjaket hitam keluar dari persembunyian mereka, membekuk Malia agar berhenti memberontak. "Nyonya Malia, Anda kami tangkap atas pembunuhan dan kekerasan yang telah Anda akui sendiri," ucap seorang di antara mereka yang ternyata adalah polisi.
Abimana menatap tak percaya. Ia tidak menyangka istrinya telah menyiapkan pertunjukan yang sangat luar biasa. Entah kapan Viana meminta polisi untuk datang tetapi yang pasti segala upaya yang telah gadis itu lakukan harus diberi apresiasi.
"Ada apa ini? Kenapa ada polisi di sini?" tanya Arion yang baru saja kembali dari toilet.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Gangguan Jiwa (TERBIT)
FanfictionDiana Anggita Dwitama, gadis dengan kondisi tubuh sakit-sakitan bahkan untuk berjalan saja dia kesulitan. Kecewa pada diri sendiri ditambah dengan kedua orang tua serta saudaranya sudah tidak peduli lagi, Diana akhirnya memutuskan untuk mengakhiri s...