2k Vote, aku Up next Bab.
Makan siang yang Viana lahap tidak sepenuhnya terasa. Gadis itu tidak bisa fokus karena sedari tadi memperhatikan sebuah objek. Objek yang telah ia foto menggunakan ponsel Abimana. Sedangkan Abimana sendiri terlihat mengernyit tak suka melihat istrinya makan sedikit.
"Fokus sama makanan," tegur Abimana membuat Viana menoleh.
"Sebentar," ujarnya sembari kembali mengalihkan pandangannya.
Abimana mengikuti arah pandang sang istri. Mata rabunnya mencoba untuk melihat apa yang membuat perhatian istrinya teralih dari makan siangnya. Di tengah kerabunan matanya, Abimana dapat melihat seorang pria sehingga membuatnya menatap tak suka.
Pria itu jadi berpikir jika sang istri sedang memperhatikan pria lain. Tentu saja hal tersebut dadanya bergemuruh dan terasa panas. "Viana, jangan pandang pria lain!" ucap Abimana dengan nada yang tersirat akan ketidaksukaan.
Viana seketika mengalihkan pandangannya. Mata gadis itu menatap suaminya dengan penuh tanya. "Maksudnya?"
"Jangan pandang pria lain. Kamu hanya boleh memandangku," cetus Abimana.
"Aku tidak memandang pria lain," sangkal Viana dengan raut wajah kebingungan. "Memangnya kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?" lanjutnya bertanya.
Segera Abimana menunjuk orang yang tadi istrinya perhatikan membuat Viana membulatkan matanya. "Jangan ditunjuk!" ucap Viana.
"Tuh, kamu memandang pria lain," ujar Abimana merengut. "Bahkan kamu tidak memperbolehkan aku menunjuknya."
Viana menghela napas. "Coba buka ponsel kamu. Dan lihat foto yang tadi aku ambil."
"Buat apa?"
"Sudah, lihat saja!" titah Viana.
Abimana membuka ponselnya kemudian mencari foto yang tadi Viana ambil. Seketika mata pria itu melebar saat melihat orang yang ada di foto itu.
"Sudah 'kan?" tanya Viana yang diangguki Abimana. Gadis itu tersenyum bangga. "Kamu pasti terkejut melihat kelakuan ibu tirimu yang justru selingkuh."
Abimana mengangguk kemudian menggeleng. "Jika tentang wanita itu yang selingkuh aku sudah tahu karena aku sudah mempunyai banyak bukti tentang perselingkuhan wanita itu."
Viana bertepuk tangan. "Bagus-bagus. Kita bisa ungkit perselingkuhannya. Bagaimana?"
Jari Abimana mengetuk-ngetuk meja restoran. "Awalnya aku tidak mau mengungkapnya. Tetapi karena sekarang aku sudah mempunyai kamu, jadi baiklah. Kita ungkap kebusukan wanita itu bersama-sama."
"Nah, suamiku keren. Nanti aku akan bantu mencari lebih banyak informasi tentang ibumu. Ayo bekerja sama!" seru Viana.
"Tentu saja. Tapi..." Abimana menunduk dengan wajah murungnya.
"Tapi apa?" tanya Viana.
"Tapi tadi kamu memandang pria ini." tunjuk Abimana ke arah foto pria yang menjadi selingkuhan Malia.
"Astaga Abi. Kamu berpikiran seperti itu? Ya ampun," desah Viana frustrasi. Gadis itu meraih sebelah tangan Abimana untuk ia genggam. "Hei Abi-ku, sayangku. Kamu itu suami aku dan bagiku kamu laki-laki yang paling tampan. Untuk apa aku tertarik dengan laki-laki tua bangka seperti selingkuhan ibumu?"
Mendengar pujian Viana yang mengatakan dirinya tampan untuk kesekian kalinya, tak ayal perutnya terasa tergelitik. Wajah murungnya tadi sudah berubah menjadi secerah matahari. "Aku yang paling tampan?"
Viana mengangguk. "Ya, kamu yang paling tampan." Ingin rasanya Viana menekan-nekan wajah menggemaskan milik suaminya.
"Karena kamu bilang aku paling tampan, jadi aku maafkan," ujar Abimana sembari tersenyum manis.
"Maafkan? Memangnya aku salah apa?"
"Kamu memandang pria lain," ulang Abimana.
"Astaga!" Pekik Viana frustrasi. Ia rasanya ingin mencakar wajah dari suaminya.
~o0o~
Setelah kejadian beberapa jam yang lalu, sekarang Viana sedang duduk bersandar di ranjang dengan Abimana yang merebahkan kepalanya dipangkuan sang istri. Sepasang suami istri itu sedang menikmati cahaya temaram dari kamar mereka.Memang sengaja mereka mematikan lampu karena Abimana yang mengusulkan ingin bermanja-manja dengan istrinya dalam keadaan disinari cahaya bulan, Viana sendiri hanya menurut tanpa membantah. Sebenarnya masih ada niatannya untuk mencakar wajah tampan itu tetapi berhasil ia tahan.
"Besok malam wanita itu datang berkunjung," celetuk Abimana memecah keheningan malam.
Usapan tangan Viana pada rambut sang suami terhenti. "Sendiri saja?" tanyanya.
"Jangan berhenti! Elus-elus lagi," titah Abimana.
"Iya-iya. Jadi dia datang sendiri?" ulang Viana.
"Wanita itu datang bersama ayahku dan anaknya," tutur Abimana.
"Jadi besok malam kita akan ungkap semuanya? Buktinya juga cukup 'kan?"
"Cukup, sayang. Kamu tenang saja. Besok kita akan buat wanita itu malu," ucap Abimana.
"Baiklah." Viana mengangguk meski sang suami tidak akan melihat karena wajah pria itu sedang menelusup di perutnya. Tiba-tiba saja Viana jadi memikirkan tentang penglihatan Abimana yang sangat terbatas. Viana sangat yakin jika suaminya sekarang 'sedang' buta karena kondisi kamar itu sangat minim cahaya.
"Abi," panggil Viana.
"Hmm?" Sebuah gumaman membalas panggilan Viana.
"Bagaimana kalau besok kita ke rumah sakit untuk memeriksa matamu?" usul Viana.
"Kenapa? Kamu tidak suka punya suami buta?" gumam Abimana santai tetapi berdampak sangat buruk terhadap Viana.
"Jangan katakan kamu buta! Kamu hanya rabun. Dan jangan pernah mengatakan kalau aku malu memiliki pasangan sepertimu," tegas Viana.
Abimana terkekeh kecil. "Iya, sayang. Aku hanya bercanda."
Tanpa diberitahu pun Abimana sudah tahu Viana itu sangat tulus terhadapnya. Mana mungkin gadis itu akan malu jika dia buta. Bahkan Abimana rasa, gadis yang menjadi istrinya itu akan tetap bersama dirinya meski kelumpuhan permanen menggerogoti tubuhnya.
"Jangan bercanda tentang hal seperti itu! Aku tidak suka. Kamu pasanganku. Jika kamu lumpuh permanen sekalipun, aku akan tetap bersama kamu," ujar Viana menggebu-gebu.
Abimana tersenyum tipis. Dugaannya tidak salah bahkan sangat tepat. Walau begitu, tetap saja rasa menggelitik penuh kehangatan itu tetap hadir bahkan rasanya Abimana ingin tersenyum selebar mungkin.
"Iya sayangku, cintaku..." lirih Abimana.
Viana mengecup pelipis Abimana dengan tangan yang tidak berhenti mengelus rambut tebal itu. "Oh iya, besok pagi kakakku akan kembali ke negara tempat ia bekerja."
"Jam berapa?"
"Kata kakakku jam sembilan pagi pesawatnya take off," ucap Viana.
"Baiklah, besok akan aku temani kamu untuk berpamitan dengan kakakmu. Tapi, bukannya kamu akan kuliah?" tanya Abi.
"Besok libur Abi. Aku tidak memiliki mata kuliah," ungkap Viana.
TBC.
![](https://img.wattpad.com/cover/354694513-288-k970143.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Gangguan Jiwa (TERBIT)
FanfikceDiana Anggita Dwitama, gadis dengan kondisi tubuh sakit-sakitan bahkan untuk berjalan saja dia kesulitan. Kecewa pada diri sendiri ditambah dengan kedua orang tua serta saudaranya sudah tidak peduli lagi, Diana akhirnya memutuskan untuk mengakhiri s...