"Jadi, kalian berdua ngapain datang kerumah gue?" tanya Shazid dengan tatapan mengintimidasi. Menatap adik dan sahabatnya secara bergantian.
Kalila yang ditatap seperti itu oleh abangnya, bersembunyi di balik tubuh suaminya. Ia mengelus perutnya yang sedikit buncit. Pasalnya, Kalila sudah tidak sabar ingin memakan ikan kuah kuning.
"Mas! Kebiasaan deh, kasian kan adik kamu jadi takut!" ucap Annisa mencubit pinggang suaminya. "Ayo silahkan masuk." sambung Annisa mempersilahkan adik iparnya masuk ke dalam rumah.
Shazid yang di cubit oleh istrinya, meringis kecil. Cubitan Annisa itu tidak main-main sangat sakit. Laki-laki itu mengusap pinggang bekas cubitan istrinya. Ia menggerutuh kesal!
Altaf dan Kalila masuk ke dalam rumah kakak ipar dan sahabatnya.
Pemilik rumah tersebut mempersilahkan tamunya untuk duduk terlebih dahulu.
"Jadi Nis, istriku ngidam ingin di buatkan ikan kuah kuning sama kamu." kata Altaf to the point.
"MasyaAllah, jadi kamu sedang ngidam ingin dibuatkan sama teteh. Boleh banget bakal teteh bikinin." Kekeh Annisa mengusap perut buncit Kalila. Karena memang kedua perempuan tersebut duduk bersebelahan.
Kalila mengganggukan kepalanya sambil tersenyum. "Makasih ya teh, Ila udah ngebayangi dari tadi. Soalnya Ila pernah makan itu dan waktu itu teteh yang masak. Terus kebayang-bayang deh. Oh ya ini ada kue buat teteh dan bang Shazid." Kata Kalila memberikan bingkisan yang ia bawa.
"Yang kok kamu iyain aja sih! Kamu lagi hamil gede loh. Kamu juga dik, kenapa harus istri abang yang buat." Protes Shazid. Memang benar, Annisa sedang hamil besar usia kandungannya sudah memasuki 8 bulan. Maka dari itu Shazid kurang setuju, takut istrinya ke lelahan. Maklum saja Shazid tak ingin terjadi apa-apa pada istrinya.
Kalila yang mendengar ucapan abangnya menundukkan kepala. Bahkan, matanya berkaca-kaca. Memang dia salah ya? Padahal ia tengah mengidam.
"Gak usah tinggiin nada bicara lo sama istri gue Zid. Padahal adik lo lagi ngidam!" kesal Altaf pada Shazid.
"Sudah-sudah kenapa jadi berantem gini! A aku cuma hamil, jadi aku masih bisa masak." ujar Annisa menengahi kedua laki-laki yang sedang berdebat. "Yasudah La, yuk kita buat ikan kuah kuningnya! Untuk kuenya makasih ya La." lanjut Annisa mengusap punggu adik iparnya sambil tersenyum.
Kalila menjawabnya dengan senyuman. Lalu mengikuti Annisa dari belakang, menuju dapur.
Sementara kedua laki-laki tersebut hanya saling diam. Karena masih mengontrol emosinya masing-masing.
Satu jam berlalu, akhirnya masakan yang mereka buat sudah matang. Lebih tepatnya sih Annisa yang membuatnya, karena Kalila hanya memperhatikan saja. Untung saja Annisa mempunyai stok ikan. Jadi ia tak perlu repot beli ke supermarket terlebih dahulu. Annisa segera menuangkan ikan tersebut ke dalam mangkuk. Lalu, menyajikannya di atas meja makan.
Kalila yang melihat asap mengepul dari makanan tersebut, matanya berbinar. Dia jadi tak sabar ingin mencicipi masakan kakak iparnya.
"Hayu dik, sini duduk! Pasti sudah tidak sabar ya?!" kekeh Annisa mengambilkan piring untuk Kalila yang sudah duduk dengan tenang. "Teteh panggil abang dan suami kamu dulu ya, kamu makan duluan saja." Sambung Annisa. Dia menuju ruang keluar untuk memanggil suami dan adik iparnya.
Kalila mengangguk dengan antusias. Ia segera mengambil lauk serta nasi ke atas piring lalu memakannya. Karena saking enaknya, Kalila sampai geleng-geleng kepala ke kanan dan kiri.
Tiba-tiba ada tangan yang mengelus pucuk kepalanya. Siapa lagi kalau bukan Altaf. "Enak banget ya sayang?"
Kalila menyengir lebar, lalu mengangguk antusias. "Banget mas!"
![](https://img.wattpad.com/cover/247724997-288-k731668.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKALI
SpiritualBacalah My Imam Until Jannah lebih dulu, agar tidak bingung! *** Muhammad Altaf Khair Wijaya seorang pembisnis muda. Ketampanan yang di milikinya di warisi dari sang Ayah. Dia pria yang memiliki sifat di...