"Assalamualaikum Umma, Abi. Kalila pulang." salam Kalila. Gadis itu memang suka membuat suasana rumah menjadi ramai.
Shahzid yang berada di belakang sang adik hanya menggelengkan kepala. Karena dia memang sudah biasa sekali mendengar teriakkan Kalila setiap harinya.
Luna yang sedang memasak di dapur menggelengkan kepalanya, menjawab salam dari Kalila. Melihat kelakuan anak gadisnya. Pasti setiap ada anak gadisnya itu rumah menjadi ramai.
Rafi yang sedang menikmati kopi yang di buatkan oleh Luna;Istrinya, merespon dengan santai teriakan anak gadisnya itu, karena memang sudah biasa.
"Eh ada abi ternyata!" cengir Kalila menghampiri Abinya. Lalu, menyalimi tangan sang Abi. Di ikuti dengan Shahzid.
"Anak-anak Abi sudah pulang ya, sini Kalila duduk dulu." balas Rafi, menyuruh Kalila duduk di sampingnya.
"Bi Shahzid izin pamit ke kamar ya." pamit Shahzid pada sang Abi.
Sementara, Kalila duduk di samping Rafi. Kalila langsung memeluk abinya dari samping. Karena, memang itu sudah menjadi kebiasaanya untuk bermanja-majaan dengan Abinya.
"Gimana, kuliahnya lancar nak?" tanya Rafi sambil mengelus pucuk kepala putrinya.
"Alhamdulillah lancar Abi. Walaupun tadi, ada satu mata kuliah yang Kalila sedikit bingung tapi aman kok." cerita Kalila. Sambil menikmati elusan di kepalanya. Kapan lagi dia bermanja-manjaan dengan sang Abi. Karena biasanya Abinya itu suka sibuk bekerja. "Oh iya Bi. Umi mana? Kok Kalila gak liat Umi dari tadi." tanya Kalila, karena dia belum melihat Uminya sejak pulang kuliah.
"Ada, Umi mu sedang masak." balas Rafi.
"Pantesan Adik gak lihat Umi dari tadi. Kalau gitu adik ke dapur dulu ya Abi. Mau bantuin Umi masak." ujar Kalila. Karena memang belakangan ini Kalila sedangan senang membantu Uminya memasak. Hitung-hitung sambil belajar agar terbiasa masak nantinya.
"Yasudah, gih samperin Umimu." Rafi melanjutkan acara menonton TV nya.
Kalila bergegas kedapur, menghampiri Uminya.
"Umi, adik mau bantu boleh?" tanya Kalila. Sebelum membantu Uminya, ia terlebih dahulu menyalimi tangan Luna.
"Eh, putri Umi sudah pulang ternyata. Tentu boleh dong! Kamu bantuin Umi motong sayurannya ya." ujar Luna tersenyum pada putrinya.
Kalila mengangguk, Lalu membantu sang Umi memasak.
***
Hari ini adalah hari minggu, dimana semua orang yang biasanya sibuk dengan pekerjaannya beristirahat dan waktunya menikmati kebersamaan bersama keluarga. Seperti keluarga Wijaya saat ini, mereka tengah menikmati makan siang di sebuah saung yang terdapat di halaman belakang rumah. Fathur memang sengaja membuat saung tersebut, agar sewaktu-waktu ia berkumpul bersama dengan keluarga kecilnya. Untuk makan siang kali ini, sudah pasti yang membuatnya adalah Anantha dibantung dengan Syafeera. Kali ini mereka memakan berbagai macam makanan. Ada ikan bakar, tumis kangkung, ayam kecap, dan jus jeruk sebagai pelengkap. Walapun, makanan yang mereka makan terlihat sederhana tetapi rasanya sangatlah enak.
"Gimana abi, Altaf masakannya enak tidak?" tanya cemas Anantha pada suami serta putranya. Takut-takut maskannya kali ini tidak enak.
Fathur memakan masakan istrinya dengan sangat lahap, masakkan Anantha tak pernah diragukan lagi, selalu saja enak. "Masakan Umi selalu enak, abi sangatlah suka!" puji Fathur pada sang istri.
"Betul kata abi, masakan umma tidak pernah gagal! Altaf selalu berdoa semoga dikasih istri yang pinter masak kayak umma." timbrung Altaf dengan kekehan kecil di akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKALI
SpiritüelBacalah My Imam Until Jannah lebih dulu, agar tidak bingung! *** Muhammad Altaf Khair Wijaya seorang pembisnis muda. Ketampanan yang di milikinya di warisi dari sang Ayah. Dia pria yang memiliki sifat di...