ALKALI #15

58 4 0
                                    

Malam ini hujan begitu deras membasahi bumi. Kalila yang sedang menunggu ke pulangan suaminya, merasa khawatir. Karena Altaf tak kunjung datang. Apalagi tadi pagi suaminya itu berangkat ke kantor menggunakan motor. Kata suaminya ia ingin naik motor, sebab motornya sudah lama tidak digunakan.

"Assalamualaikum sayang, mas pulang."

Akhirnya orang yang Kalila tunggu sedaritadi sampai. Kalila buru-buru menghampiri suaminya. Menyalami tangan Altaf.

"Waalaikumsalam, alhamdulilla mas sampai juga. Aku khawatir tau! Langsung mandi aja ya, baju kamu basah semua ini!"

"Makasih yang. Aku mandi dulu ya. Maaf buat kamu khawatir." Altaf mengecup kening istrinya sekilas. Dia menuju ke kamar mandi. Membersihkan dirinya yang sudah basah kuyup, akibat hujan-hujannan.

Kalila menyusul Altaf ke dalam kamar. Dia menyiapkan pakai untuk suaminya. Lalu, dia menuju dapur untuk menghangatkan makanan yang menjadi menu makan malam hari ini. Saat makanan sudah matang, Kalila menuangkan ke dalam mangkuk. Lalu, dia menyajikannya di atas nampan. Sebab, Kalila akan membawa makanan tersebut ke dalam kamar.

Saat pintu kamar di buka, Kalila tersenyum melihat suaminya yang baru saja selesai mandi. Kalila meletakkan nampan yang ia bawa di atas meja nakas. Menghampiri suaminya dan mengambil alih handuk yang berada di tangan Altaf.

"Sini mas, biar aku yang keringkan rambutnya."

Tentunya dengan senang hati Altaf memberikan handuknya pada Kalila. Altaf menarik tangan Kalila duduk di single sofa, sementara Kalila duduk di atas pangkuannya. Altaf menikmati setiap usapan yang di lakukan istrinya. Dia terus memandangi wajah Kalila, bahkan Altaf tidak pernah bosan memandang wajah cantik istrinya.

"Sayang, kamu wisuda kapan?" Tanya Altaf.

"Bulan depan Mas. Kenapa memangnya?"

"Nggak mas nanya aja. Nanti kalau mau beli baju untuk wisuda bilang ya. Biar mas temani." Altaf mengelus rambut istrinya yang tergerai.

"Udah selesai mas! Sekarang kamu makan ya." Ucap Kalila, dia bangkit dari pangkuan Altaf membawa makanan yang ia siapkan untuk Altaf tadi.

"Suapin yah yang..." Manja Altaf, kembali mendudukan istrinya di atas pangkuannya.

Kalila tersenyum seraya menganggukan kepalanya. Mengelus rahang kokoh milik suaminya, lalu mencium pipi Altaf. "Suami aku manja banget sih."

"Nggak papa dong! Kan manja sama istri sendiri." tutur Altaf memeluk pinggang istrinya.

"Iya-iya nggak papa kok. Yasudah sekarang kita makan dulu ya." Kalila menyuapkan nasi dan lauk pauk ke mulut Altaf. Dia terkekeh karen suaminya seperti anak kecil yang di suapin oleh ibunya.

Altaf menerima suapan dari Kalila dengan senang hati. Memakan lahap masakkan yang di buat oleh istrinya. Masakan Kalila itu seperti masakan ummanya. Sama-sama enak!

"Kamu sudah makan?"

"Belum, nanti aja! Aku lagi gak napsu makan. Mas dulu aja yang makan."

"Harus makan dong! Sini gantian aku yang suapin." ujar Altaf mengambil alih piring yang berada di tangan Kalila. "Buka mulutnya sayang, aaa..."

Kalila menghembuskan napasnya perlahan. Entah belakangan ini napsu makannya menurun. Mau tak mau Kalila membuka mulutnya. Makan dalam satu piring bersama Altaf.

***

Jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Kalila terbangun dari tidurnya, saat tenggorokannya terasa kering. Mengubah posisinya menjadi duduk, sekejap dia melamun karena tubuhnya belum sadar sepenuhnya. Saat nyawanya sudah terkumpul, Kalila turun dari kasur. Menuju dapur, karena stok persedian air di kamar sudah habis. Saat tiba di dapur Kalila menyangkan air ke dalam gelas. Lalu meneguknya hingga tandas. Setelah itu, ia kembali masuk ke dalam kamar.

Sebelum memutuskan untuk tidur kembali, Kalila memandangi wajah suaminya sebentar. Dia tersentak kaget kala melihat dahi suaminya berkeringat dan bibirnya pucat. Kalila naik ke atas kasur, memegang kening suaminya. Alangkah terkejutnya Kalila, saat suhu tubuh Altaf sangat panas. Bahkan bibir suaminya bergetar, seperti orang sedang menggigil.

"Mas, kamu demam!" gumam Kalila, di bergegas mengambil alat untuk mengompres kening Altaf. Agar suhu tubuh suaminya membaik.

Sampai di kamar, Kalila buru-buru mengompres kening suaminya. Jantungnya berdetak kencang, karena khawatir dengan kondisi suaminya. Jika besok belum sembuh juga Kalila akan membawa suaminya ke rumah sakit.

"Sayang dingin." Lirih Altaf, sebenarnya dia sudah gelisah sejak tadi. Karena tubuhnya terasa panas dan menggil.

"Aku kompres ya mas! Mas tidur lagi ya, istirahat." kata Kalila, mengelus rambut suaminya.

"Sayang peluk..." pinta Altaf pada istrinya.

Kalila menuruti perintah suaminya. Dia memeluk Altaf. Sekarang posisi suaminya berada di dalam pelukkannya. Mengusap punggung suaminya agar kembali tertidur.

Altaf meletakkan lehernya di ceruk leher Kalila. Dia semakin erat memeluk istrinya. ia kembali terlelap, karena merasa nyaman dengan usapan tangan istrinya.

"Cepet sembuh mas." lirih Kalila, mencium kening suaminya.

***

Satu jam sudah Altaf bermanja-manja dengan Kalila. Laki-laki itu tidak ingin melepaskan pelukkannya dari Kalila sejak tadi. Saat sedang sakit, Altaf seperti anak kecil yang tak ingin lepas dari ibunya. Kalila sampai kewalahan dengan sikap Altaf, tapi dia dengan senang hati menjaga suaminya.

"Sayang, jangan pergi! Di sini aja sama aku."

Kalila menghembuskan napasnya pelan. "Mas aku mau ambil obat kamu dulu. Udah waktunya buat minum obat." tutur Kalila dengan nada sedikit tinggi.

Altaf cemberut karena istrinya memarahinya. Dia melapaskan pelukkannya dari Kalila. Lalu, membelakangi istrinya.

Kalila yang melihat tingkah Altaf hanya menggelengkan kepala. Dia turun dari kasur, menuju dapur. Mengambil segelas air untuk Altaf minum obat. Kalila kembali lagi ke dalam kamar. Dengan gelas serta obat yang berada di tangannya. Kalila terkekeh saat melihat posisi suaminya yang masih merajuk.

"Mas minum obat dulu ya." bujuk Kalila. "Nanti setelah itu boleh peluk aku sepuasnya deh." Tawar Kalila.

Altaf yang mendengar tawaran dari Kalila membalikkan badanya. "Oke, janji!"

"Janji mas. Sekaramg minum dulu obatnya."

Altaf menerima obat dan air yang diberikan istrinya. Lalu segera meminumnya. Setelah obat tersebut di minum. Altaf menagih janjinya. "Udah, cepet sini sayang."

"Iya-iya."

Altaf tersenyum senang, kembali membawa istrinya ke dalam pelukkannya. Di kecupnya seluruh wajah Kalila. Sampai sang empunya kegelian. " Sayang! Dede bayi kapan tumbuh di sini ya." Ujar Altaf mengelus permukan perut istrinya.

"Sabar ya, berdoa saja semoga cepat di percayakan oleh Allah." balas Kalila mengelus lengan suaminya. Sejujurnya Kalila juga ingin sekali mempunyai anak. Tapi Allah belum berkehendak. Mungkin ke depannya Allah akan memberikan kepercayaan tersebut. Kalila harus banyak bersabar dan berusaha.

"Bikin dede bayi yu sayang!" Dengan semangat Altaf mengucapkan kata tersebut.

"Ih mas! Kamu lagi sakit ya." Pekik Kalila memukul lengan Altaf. Bisa-bisanya suaminya itu masih sempat modus.

Altaf tertawa, mengecup tangan istrinya. "Ayolah, gapapa kok! Siapa tahu aku sembuh." Ajak Altaf.

Tanpa jawaban dan dari sang istri tangan Altaf sudah bergeliyaran kemana-mana. Kalila yang di perlakukan seperti hanya bisa menuruti sang suami. Dasar Altaf modu! Untung sayang. Kedua pasutri tersebut saling menikmati. Altaf memperlakukan Kalila sangat lembut. Keduanya saling menghangatkan satu sama lain.

ALKALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang