ALKALI #13

38 3 0
                                    

Semenjak kepulangan mereka dari kediaman orang tua Altaf. Kalila lebih banyak diam. Bahkan, Altaf sampai bingung dengan perubahan sikap istrinya. Seperti sekarang, kedua pasangan tersebut hanya saling diam selama perjalanan menuju ke apartemen mereka. Sesekali Altaf mengajak Kalila berbicara, tetapi hanya di balas singkat oleh Kalila. Mungkin, saat di apartemen nanti Altaf akan menanyakan langsung pada istrinya.

Saat tiba di apartemen, Altaf langsung mengajak istrinya menuju kamar mereka. Kalila yang ditarik oleh Altaf hanya membuntuti suaminya dari belakang. Di dudukannya Kalila di pinggir kasur, sementara Altaf ia berjongkok di hadapan Kalila. Menggenggam telapak tangan istrinya, menatap lekat mata Kalila.

"Sayang, aku ada salah sama kamu? Aku perhatikan, sejak tadi kamu diam terus." tutur Altaf selembut mungkin.

Kalila mengehembuskan napasnya secara perlahan. Apakah dia harus menceritakan ke gelisahannya  belakangan ini pada Altaf? Ia sedikit ragu untuk menceritakkannya pada Altaf, tapi jika dia pendam membuat hatinya tidak tenang.

"Mas! Kalila minta maaf ya." Kalila membalas tatapan mata suamianya dengan mata berkaca-kaca.

"Sayang, kenapa tiba-tiba minta maaf. Kamu kenapa? Cerita sama aku ya."

"Kalila bakal cerita sama mas. Tapi kita cerita di atas kasur ya biar enak." ajak Kalila.

Keduanya merubah posisi mereka. Sekarang Altaf dan Kalila sudah duduk saling berhadapan.

"A-aku minta maaf ya mas, sebagai istri kamu aku be-belum memberikan HAK aku pada kamu." Dengan nada bergetar menahan tangis. "Umma kemarin menanyakan tentang anak padaku, tapi aku tahu niat umma hanya bercanda. Aku merasa bersalah sama mas, karena belum bisa memberikan HAK ku kepada mas. Mas, mau bantu aku untuk menghilangkan rasa trauma itu tidak? Aku capek mas, ketika teringat dengan kejadian tersebut. Itu yang membuat aku takut mas. Kamu gak salah mas, tapi rasa traumaku yang belum hilang hiks..." tangis Kalila pecah, dadanya terasa sesak jika mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu, saat ia hampir saja di lecehkan.

Mata Altaf memerah, karena menahan tangisnya. Dadanya terasa sesak, ketika melihat istrinya yang sedang menangis di hadapannya. Dia menggenggam tangan Kalila, mengucup tangan Kalila berulang kali. " Mas janji sayang! Mas janji akan membatu kamu menyembuhkan trauma kamu. Soal perkataan umma mas minta maaf ya sayang. Kamu jangan menangis, hati mas sakit melihat kamu yang menangis seperti ini. Kita jalani semuanya bersama ya. Kamu mau kan?"

Kalila menganggukan kepalanya, berhambur ke dalam pelukkan Altaf. Suara tangisnya semakin kecang. Ia bersyukur mempunyai suami seperti Altaf, Altaf selalu sabar dalam menghadapi dirinya.

Altaf membalas pelukkan Kalila tak kalah erat. Di usapnya punggu Kalila dengan pelan, agar istrinya sedikit tenang.

Karena saking nyaman di pelukkan suaminya, Kalila tanpa sadar tetidur. Efek kelelahan saat menangis.

Altaf yang medengar napas teratur istrinya, mengubah posisi istrinya menjadi terlentang. Altaf menatap sendu wajah Kalila. Mencium kening istrinya dengan penuh kelembutan. Lalu, menutupi tubuh Kalila dengan selimut, hingga sebatas dada.

***

Satu bulan berlalu, pagi ini kedua pasangan tersebut tengah bersiap-siap. Altaf yang berangkat bekerja, sementara Kalila akan pergi ke kampus. Hari ini, Kalila akan melaksanakan sidang skripsi.

"Sayang sudah siap belum?" tanya Altaf pada istrinya.

"Sudah mas, ayo berangkat." ajak Kalila.

Altaf menggandeng tangan Kalila menuju besment apartemen. Saat sampai di besment keduanya segera menaikki mobil milik Altaf. Altaf melajukkan mobilnya menuju kampus Kalila.

ALKALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang