ALKALI #16

48 4 0
                                    

Hoek!

Hoek!

Hoek!

Pagi ini Kalila sudah muntah sebanyak tiga Kalila. Tubuhnya terasa sangat lemas saat ini. Bahkan, dia bertopang pada wastafel yang berada di kamar mandi. Sejak jam 3 pagi Kalila terbangun dari tidurnya, akibat mual yamg tak kunjung berhenti.

Altaf yang samar-samar mendengar suara sesorang yang sedang muntah membuka matanya. Dia tersentak, kala sang istri tak ada di sampingnya saat bangun tidur. Perasaan Altaf menjadi gelisah. Atau mungkin orang yang sedah muntah tersebut adalah istrinya. Altaf turun dari kasur, bergegas menuju kamar mandi.

"Ya Allah sayang! Kamu kenapa?" Ucap Altaf khawatir. Melihat wajah dan bibir pucat istrinya.

Kalila yang sadar akan keberadaan Altaf. Langsung menubrukkan dirinya ke dada bidang milik Altaf. Sungguh ia sudah tak kuat untuk menopang tubuhnya sendiri.

"Mas, capek hiks... Mual." Isak Kalila.

Altaf segera membopong tubuh istrinya. Meletakkan istrinya di atas kasur. "Sayang, kamu sudah dari tadi muntah-muntah gini hmm?" Tanya Altaf sambil mengelus rambut istrinya.

"I-iya mas, aku sudah tiga kali muntah. Capek." Lirih Kalila, menatap sayu suaminya.

"Kita ke rumah sakit ya. Biar kamu di periksa." Ajak Altaf.

Kalila yang sudah lemas sekali hanya menganggukkan kepalanya. Dia benar-benar tak berdaya kali ini. Kepalanya terasa pusing dan tubuhnya lemas sekali.

Altaf membawa istrinya menuju rumah sakit. Dia takut terjadi sesuatu dengan kondisi Kalila kali ini. Sebab, mual yang di alami oleh istrinya tidak wajar. Bahkan sekujur tubuh istrinya pucat pasih.

Saat tiba di rumah sakit, Altaf menggendong istrinya ala bride style menuju UGD. Langkah kakinya semakin cepat, karena begitu khawtir dengan kondisi Kalila. Para suster langsung sigap begitu ada pasien yang akan di tangani. Altaf meletakkan tubuh istrinya di branker rumah sakit. Menggenggam tangan istrinya dengan erat.

"Pak maaf, sesuai dengan prosedur rumah sakit. Bapak di harapkan tunggu di depan." kata salah satu suster yang menangani Kalila.

Mau tak mau Altaf menunggu di ruang tunggu yang terdapat di depan UGD. Jantung Altaf berdetak kencang, baru kali ini ia melihat sang istri lemah tak berdaya. Altaf terus berdoa dalam hati, semoga istrinya baik-baik saja di dalam sana. Waktu berlalu, dua puluh menit sudah istrinya berda di dalam ruagan UGD.

Ceklek

Pintu UGD terbuka, Altaf menghampiri dokter yang menangani Kalila.  "Dok bagaimana keadaan istri saya?"

Dokter tersebut tersenyum ke arah Altaf, "sebaiknya kita ke ruangan saya lebih dulu. Ada yang ingin saya sampaikan." Ujar dokter tersebut, menepuk pundak Altaf.

Saat berada di ruangan dokter, Altaf merasa heran dengan senyuman yang diberikan oleh dokter tersebut. dengan tidak sabaran bertanya pada dokter yang menangani sang istri. "Jadi gimana dok? Istri saya kenapa? Kenapa dokter malah tersenyum?" Tanya Altaf.

"Baik pak, maaf membuat khawatir. Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat! Karena istri bapak dinyatakan positif hami. Jadi bapak tidak perlu khawatir. Istri bapak seperti itu karena efek kelelah saja. Sebab cairan di tubuh istri bakan berkurang karena di keluarkan terus menerus. Untuk selanjutnya istri bapak sudah di pindahkan ke ruang rawat inap. Karena harus di infus beberapa hari di sini." Jelas dokter tersebut.

Tentunya Altaf sangatlah bersyukur karena mendapatkan kabar yang membahagiakan. Altaf tersenyum, akhiranya Allah mempercayai Altaf dan Kalila untuk mempunyai keturunan.

ALKALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang