ALKALI #4

75 4 0
                                    

Sinar mentari masuk kedalam celah jendela kamar seorang gadis. Gadis tersebut nampaknya tidak terusik sama sekali dari tidurnya. Yap, gadis itu adalah Kalila. Padahal waktu sudah menunjukkan jam 06:00 WIB, tetapi belum ada tanda-tanda dari gadis tersebut untuk membuka matanya. Tenang saja Kalila tidak bangun terlalu pagi, sebab ia sedang tidak sholat. Maka dari itu, saat ini Kalila belum bangun dari tidurnya.

Luna yang sedang menata sarapan di meja menghentikan kegiatannya. Kala belum melihat anak perempuannya. Biasanya pagi-pagi sekali Kalila sudah membantunya di dapur. Luna memutuskan untuk kekamar Kalila. Sepertinya putrinya belum bangun. Saat sampai di kamar Kalila, benar saja. Ternyata Kalila masih tertidur dibawah selimutnya. Luna melangkahkan kakinya menuju ranjang kasur Kalila, duduk di pinggir ranjang putrinya. Perlahan ia mengusap pipi Kalila, agar putrinya itu segera bangun.

"Kalila sayang, bangun yuk! Sudah jam 6 pagi loh ini." ucap Luna lembut, agar putrinya tidak kaget.

Kalila yang merasakan tangan seseorang mengelus pipinya. Mengerjapkan matanya perlahan. Lalu ia segera membuka matanyan.

"Umi." Panggil Kalila tersenyum kearah Uminya.

"Iya sayang, bangun yuk! Memangnya kamu tidak ke kampus hmm?" tanya sang Umi.

Kalila menggukan kepala, merubah posisinya menjadi duduk. "Maaf Umi Kalila bangun siang, soalnya Kalila sedang tidak sholat dan hari ini Kalila kan libur, sampai sebulan ke depan." jelas Kalila terkekeh kecil ke arah Luna.

Luna tersenyum, pantas saja Kalali bangun agak siang. Karena memang tidak ada kegiatan hari ini. "Yasudah, mandi gih! Habis itu kita sarapan bareng. Umi tunggu di bawah ya nak!" kata Luna mengelus rambut putrinya.

"Oke Umi, kalau begitu Kalila mandi dulu." balas Kalila segera bangkit dari duduknya menuju kamar mandi.

Sementara Luna, segera munuju ruang makan lagi untuk melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi.

Setelah sarapan bersama Kalila membantu Uminya untuk menyiram taman di halaman depan rumahnya. Memang dia dan Umi, sangat suka sekali mengoleksi tanaman.

"Adik, nanti kamu mau ikut Abangmu pindahan tidak? Sekaligus membantu membersikan rumah baru abangmu?" tanya Luna pada putrinya.

"Bang Shazid pindah sekarang Umi? Kok cepat banget." wajah Kalila berubah menjadi murung. Siapa yang tidak sedih jika sang Kakak sudah tidak tinggal di rumah. Tapi, rela tak rela Kalila harus menerima itu. Karena bagaimanpun sekarang Kakaknya itu sudah berumahtangga. Jadi sewaktu-waktu bisa pindah kapan saja.

Luna yang melihat wajah murung Kalila , berheti menyiram tanaman. Dia segera menghampiri putrinya. Luna tahu pasti Kalila sedih, saat Shazid pindah rumah.

Luna mengelus kepala putrinya yang tertutup dengan hijab. "Jangan sedih dong sayang, walaupun abangmu pindah rumah, kamu kan bisa sesekali bermain kerumahnya nanti. Kan ada Umi! Umi akan selalu menemani kamu." tutur Luna mencoba untuk memberikan pengertian pada putrinya.

Kalila mengangguk kepala, lalu tersenyum pada Uminya. "Iya Umi, makasih ya. Kalila sayang Umi!" balas Kalila, memeluk tubuh Uminya. Keduanya segera melepaskan pelukkan.

"Yasudah, hayu kita masuk. Kita bantuin abangmu dan kakak ipar kamu buat mengemas barang-barang yang harus mereka bawa." ajak Luna pada putrinya.

ALKALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang