"Hiks... Hiks... sakit."
Sayup-sayup Altaf mendengar suara seseorang sedang menangis. Ia terjaga dari tidurnya, mencoba membuka matanya walau masih mengantuk. Saat membuka matanya, suara tangisan tersebut semakin terdengar jelas. Altaf mencari sumber suara tersebut, saat menemukkannya ia terkejut bahwa suara tersebut berasal dari istrinya. Altaf mengubah posisinya menjadi duduk. Mendekatkan dirinya pada Kalila.
"Sayang, kamu kenapa hmm?" tanya Altaf khawatir.
Kalila yang sedang menangis sesegukkan merubah posisinya menghadap ke arah Altaf. "Hiks... Pe-perutnya sakit." cicit Kalila, sambil meremas perutnya.
Altaf membuka selimut yang dikenakan oleh Kalila. Saat membuka selimut tersebut, alangkah terkejutnya dia melihat noda darah di sprei yang begitu banyak. "Sayang kamu berdarah!" panik Altaf.
Kalila yang melihat wajah panik milik Altaf, menenangkan suaminya itu. Patas saja perutnya terasa sakit, ternyata sudah waktunya ia datang bulan. Kalila menjadi malu pada Altaf, ia memberhentikan tangisannya. "Kakak jangan panik... Aku gapapa, itu noda haid. Huwa malu!!!" rengek Kalila, menutu wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Altaf berfikir sejenak, mencerna ucapan Kalila. Ia mengusap wajahnya, karena terlalu panik sampai-sampai berfikir sedikit lama. "Astagfirullah sayang, aku kira kamu kenapa-kenapa."
Altaf bangkit dari kasurnya menggendong Kalila ala bride style menuju kamar mandi.
"Kakak mau ngapain?" tanya Kalila saat Altaf tiba-tiba mengangkat tubuhnya.
"Ke kamar mandi sayang, kamu pasti gak nyamankan. Makanya aku angkat kamu, supaya kamu bisa bebersih di kamar mandi." ujar Altaf tak habis fikir dengan pertanyaan konyol sang istri.
Kalila terkekeh, ia mengalungkan tanganya ke leher milik Altaf. "Terimakasih kak." ucap Kalila, saat Altaf meletakkan Kalila di bathtub kamar mandi.
Altaf mengusap pucuk kepala istrinya, lalu mengecup kening Kalila. "Yasudah, kamu mandi dulu ya. Nanti biar kakak siapkan baju untuk kamu." Altaf segera pergi dari hadapan Kalila. Lalu, melepaskan sprei yang terkena noda darah tersebut tanpa rasa jijik, meletakkannya di keranjang cucian kotor dan menyiapkan pakaian istrinya.
Sementara Kalila memegang dadanya, merasakan jantungnya sangat berdetak kecang karena ulah Altaf. Suaminya itu selalu saja membuat Kalila semakin menyukai Altaf.
***
"Perutnya masih sakit gak sayang?" tanya Altaf mengelus punggung Kalila. Saat menunggu Kalila berbersih tadi, Altaf men-searcing google sekilas. Mencari tahu bagian apa saja yang sakit saat wanita mengalami datang bulan.
"Masih, maaf ya kakak jadi ikut repot karena Kalila kesakitan." lirih Kalila. Tubuhnya terasa remuk, jika sedang datang bulan tubuh Kalila memang suka sakit sekali, apalagi di bagian perut dan pinggang.
"Gapapa sayang, tidur lagi aja ya biar kamu istirahat."
Kalila menuruti perintah Altaf, ia mulai memejamkan matanya. Beberapa menit kemudian Kalila sudah terlelap dalam tidurnya, karena usapan tangan Altaf yang membuat Kalila lebih cepat tertidur.
Saat melihat istrinya yang sudah tertidur nyenyak, Altaf memutuskan untuk ke kamar mandi mengambil air wudhu. Karena memang sudah masuk waktu shubuh.
Usai sholat Altaf pergi menuju dapur. Altaf berinisiatif memasak sup untuk istrinya. Dia memutuskan untuk mengambil cuti kerja hari ini. Kerena tidak mungkin meninggalkan Kalila dengan kondisi yang sedang tidak sehat. Empat puluh menit Altaf berkutat dengan Alat dapurnya. Altaf menyiapkan sup tersbut ke dalam mangkuk untuk Kalila. Sebelum ia memberikannya untuk Kalila, Altaf mencoba sup tersebut lebih dulu. Di rasa sudah pas, Altaf membawa sup beserta nasi untuk Kalila ke dalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKALI
SpiritualBacalah My Imam Until Jannah lebih dulu, agar tidak bingung! *** Muhammad Altaf Khair Wijaya seorang pembisnis muda. Ketampanan yang di milikinya di warisi dari sang Ayah. Dia pria yang memiliki sifat di...