3 bulan kemudian.
Kini kandungan Kalila memasuki usia empat bulan. Perutnya semakin membesar dari sebelumnya. Apalagi Kalila sedang mengandung bayi kembar, otomatis perutnya lebih besar seperti hamil enam bulan. Di kehamilan bulan keempat ini, Kalila sudah tidak merasakan morning sick lagi. Malah belakangan ini Kalila lebih banyak makan dan mudah lapar. Terkadang, Kalila suka sekali mengeluh tentang sakit di pinggangnya pada Altaf. Altaf sebagai suami, tentu siap siaga saat Kalila membutuhkannya.
"Mas ayo! Nanti keburu siang olahraganya." teriak Kalila, sambil mengelus perutnya. Posisi wanita tersebut sedang dudu di atas sofa.
"Iya sayang ayo!" balas Altaf, saat sudah berada di hadapan istrinya.
"Kamu jalan aja sayang, jangan lari!" peringat Altaf.
Keduanya hanya berjalan-jalan kecil di sekitar area komplek perumahan. Lebih tepatnya Altaf menemani Kalila olah raga. Karena Ibu hamil juga harus olah raga, agar badan Ibunya dan bayi di dalam kandungannya sehat.
"Mas, kita ke taman yuk!" ajak Kalila, menarik lengan suaminya.
Saat sampai di taman keduanya segera memutari lapangan. Karena disana memang terdapat lapangan khusus untuk berolah raga. Altaf terus setia mendampingin istri, ia mengenggam jari jemari milik Kalila. Di putaran ke dua Altaf memberhentikan langkahnya. Membawa Kalila duduk di bangku yang terdapat di taman.
"Duduk dulu yah sayang. Pasti kamu capek." Altaf mengelap keringat di pelipis istrinya. "Kamu diam sini dulu ya! Mas mau beli minum dulu untuk kita." sambung Altaf, mengusap kepala Kalila.
"Iya mas, jangan lama-lama yah." balas Kalila tersenyum ke arah Altaf.
Kalila terus mengusap perutnya, ia jadi gemas sendiri karena perutnya sudah membuncit. Itu tandanya bayi yang ada di kandungannya sehat. Saking asyiknya mengelus perut, ia tak sadar ada seorang pria di hadapannya.
"Permisi kak!" sapa laki-laki yang sepertinya terlihat lebih muda darinya.
Kalila mendongakkan kepalanya, saat menyadiri ada seseorang yang menyapanya.
"Maaf kak, aku di kasih challenge sama temenku untuk minta nomor kakak. Kira-kira kakak bolehin gak?" kata pemuda tersebut, memberitahu tujuannya.
"Boleh, sini handphone kamu."
***
Usai membeli minum Altaf buru-buru ke tempat istrinya berada. Hatinya tidak tenang meninggalkan Kalila sendirian di taman. Dari kejahuan Altaf melihat istrinya yang sedang berbicara dengan pria lain. Entah siapa pria tersebut, sebab Altaf tidak mengenalnya. Sejenak Altaf mengamati interaksi keduanya. Awalnya ia biasa saja, tapi semakin lama hatinya menjadi panas. Karena melihat pria tersebut, menyerahkan handphonenya kepada Kalila.
Dengan langkah cepat, Altaf menghampiri istrinya. "Udah minta nomor istri saya nya!" ketus Altaf, menatap dingin pria yang berani menggangu istrinya.
Pria tersebut terkejut, karena tiba-tiba ia kepergok langsung oleh Altaf. Jantungnya berdebar kencang, karena merasa takut. "A-nu a, sa-saya cuma mau minta nomor istri aa. Ka-karena challenge dari teman saya." balas pemuda tersebut dengan terbata-bata.
Kalila yang merasa suasana semakin memanas mengusap lengan suaminya. "Mas Altaf, jangan gitu. Kasian dia jadi takut. Dik, maaf kamu kan sudah dapat nomor saya. Kamu sudah boleh pergi kok." ujar Kalila, memahami situasi. Takut-takut suaminya semakin emosi.
"Kalau gitu sa-saya permisi ya kak, a." pamit pria tersebut.
Saat pria tersebut sudah pergi, Kalila mengajak suaminya untuk duduk terlebih dahulu.
![](https://img.wattpad.com/cover/247724997-288-k731668.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKALI
SpiritualBacalah My Imam Until Jannah lebih dulu, agar tidak bingung! *** Muhammad Altaf Khair Wijaya seorang pembisnis muda. Ketampanan yang di milikinya di warisi dari sang Ayah. Dia pria yang memiliki sifat di...