10. Ignored

7.8K 727 18
                                    

Selamat membaca, jgn lupa vote dan komen.

***

Kabar tentang pernikahan antara Zione dan Urania memang hanya santer terdengar di ibu kota. Dan mungkin jika di Viontine, hanya orang-orang yang tinggal di mansion yang mengetahui tentang pernikahan  itu. Jadi wajar jika para ksatria bahkan belum mengetahui bahwa Zione telah menikah. Zione sendiri tak ingin repot-repot memperkenalkan sosok Urania. Padahal, itu adalah hal mendasar yang harusnya dia lakukan setelah menikah dan membawa istrinya untuk tinggal di kediamannya. Nampaknya, Zione berpikir, semakin sedikit yang mengetahui tentang pernikahan mereka, semakin baik.

Hari kedua ujian dan evaluasi, makin mengerucut jumlah ksatria yang tersisa. Tidak main-main, mereka mengerahkan kemampuan hasil berlatih mereka selama satu bulan ini. Mereka adalah orang-orang pilihan yang sangat bangga menyandang status sebagai ksatria Viontine dan ksatria kerajaan.

Zione duduk di kursinya. Ujian sudah dimulai sejak satu jam yang lalu. Ia mengamati teknik dan pergerakan dari para ksatria dengan teliti. Setiap ada kesalahan, ia akan mengingatnya untuk bahan evaluasi.

Di sisi lain, Rezeef menatap dengan malas para ksatria yang akan mulai ujian hari ini. Baginya, tidak akan ada artinya ujian ini jika nantinya saat dalam situasi perang yang sesungguhnya, mereka tidak menggunakan semua kemampuan yang mereka bisa. Mereka adalah garis pertahanan sekaligus pengerang awal yang akan maju paling depan, jika baru ujian saja sudah gentar, bagaimana saat di medan perang nanti?

Maka dari itu, Rezeef sering berbuat di luar nalar hingga membuat para ksatria tertekan dan tak jarang mereka merasa seperti berada di ambang maut, itu semua Rezeef lakukan untuk melatih mental mereka. Menjadi ksatria yang tangguh dan pemberani. Bukan seorang pengecut dan beban.

"Kalau kalian merapal sihirnya selama ini, kepala kalian akan lebih dulu meledak!" teriak Rezeef kesal.

"Ma-maaf Master!"

"Ulangi lagi!"

"Baik."

Rezeef memutar bola matanya jengah.

Nanti, pukul 10 mereka akan istirahat selama satu setengah jam sebelum mulai lagi. Tapi Rezeef ingin, pukul 10 itu mereka sudah selesai. Atau paling lambat pukul 11 mereka sudah selesai. Ia ingin cepat-cepat bersantai di menaranya. Menara yang Zione bangunkan untuknya sebagai tempat tinggal sekaligus mengembangkan ilmunya.

***

"Paul, kau pasti kerepotan kan?" tanya Urania.

Tidak membutuhkan jawaban, karena Urania sudah tahu jawabannya. Urania hanya merasa tidak enak saja. Pria ini pasti kadang juga merasa kesal karena harus bolak balik. Sementara jarak antara ruang kerja Urania dan Zione cukup jauh.

"Sudah menjadi tugas saya, Nyonya." ucap Paul.

Karena Zione harus mengawasi ujian dan evaluasi, jadi Paul menggantikan pria itu di ruang kerjanya. Belum lagi ketika Paul harus menyampaikan laporan para Urania yang sebelumnya tentu saja laporan itu ditujukan pada Archduke.

Namun tidak masalah, dengan begini Paul bisa mengawasi cara kerja Urania juga. Banyak hal yang perempuan ini lakukan, dan semua itu asing baginya. Paul sempat ragu dengan apa yang Urania lakukan, namun ternyata hasilnya membuatnya tercengang. Lalu saat ini, untuk masalah itu Paul sudah tidak akan terlalu mengawasi lagi. Ia hanya akan mengawasi Urania pada gerak gerik perempuan itu.

"Nyonya bisa istirahat sekarang." kata Paul. Ke depannya, Urania tak perlu lagi datang ke ruang kerja ini setiap hari karena Urania sudah selesai mempelajari semua dokumen.

Urania mengangguk paham. Ia melihat kepergian Paul setelah memberinya salam, lalu menatap ke arah dokumen yang baru saja ia rapikan. Ini tidak sulit. Selama hampir seminggu ia belajar, dan tidak ada kendala.

The Villainess Just Want to Die PeacefullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang