The Villainess Just Want to Die Peacefully

59. Way

Selamat membaca. Jgn lupa vote dan komen.

***

Daerah yang tercemar energi iblis kian meluas. Hal ini tentu saja membahayakan para makhluk hidup lainnya. Sementara, yang dapat dilakukan adalah membawa para warga dan ternak ke tempat yang lebih jauh dari lokasi yang tercemar. Meski kini Ashilla sudah tak berada di hutan itu, namun jejak cemaran energi gelap yang mematikan makhluk hidup itu masih ada di sana, bahkan terus meluas. Belum diketahui akan sejauh apa persebarannya. Namun para ksatria, dipimpin oleh Karez, menanggulangi dampaknya dengan mengevakuasi warga ibu kota.

Sejauh ini, yang tersisa adalah jejak hitam Ashilla. Tidak ada tanda-tanda keberadaan wanita itu di ibu kota.

"Yang Mulia, sepertinya dia melarikan diri ke luar kota. Hutan ini berada di belakang deretan pegunungan Ryves. Apa mungkin..."

"Mungkin saja. Jika dampaknya seperti ini, tentu itu bukan iblis level rendah kan? Dan pasti kekuatannya juga tidak mudah untuk dihadapi. Teleportasi bukan hal mustahil." kata Karez.

Ia merasa semakin muak saja. Rasanya baru kemarin ia menangisi Ashilla, bahkan sudah berada pada tahap merelakan Ashilla untuk kakaknya. Ternyata Ashilla menggunakan cara kotor seperti ini untuk meluluhkan kakaknya dan bahkan hendak membunuh ibunya.

"Kalau begitu, sebaiknya kita kembali ke ibu kota dan melaporkan ini pada Yang Mulia Archduke." kata Aron.

"Kau benar. Deretan pegunungan Ryves terbentang hingga ke Viontine. Kita harus memperingatkan Viontine sebelum terlambat."

Bagai setengah cincin yang melingkar. Wilayah pegunungan Ryves di sisi barat laut membentang dari wilayah terluar ibu kota hingga ke Viontine. Pegunungan ini relatif lebih aman daripada gunung Argos yang banyak ditakuti warga. Mereka yang hendak ke Viontine memang akan lebih memilih melalui jalur ini daripada jalur bagian timur laut kaki gunung Argos. Meski nantinya akan memakan waktu yang relatif lebih lama.

Karez cemas jika Ashilla menciptakan banyak kerusakan di tempat lain saat ini. Wilayah yang tercemar butuh dimurnikan jika ingin dihuni oleh makhluk hidup. Dan biasanya, menurut pengalaman para leluhur, ini akan memakan waktu beberapa hari. Tergantung luas dan keparahannya.

Di sisi lain, Urania tengah duduk di sisi ranjang Killian. Pelayan menyediakan kursi untuk dirinya dan Baginda Raja yang berkunjung. Awalnya, Killian menolak kunjungan, namun setelah diyakinkan oleh asistennya, ia mengizinkan Raja dan Urania masuk.

Hanya keheningan di menit-menit pertama mereka datang. Killian juga terus memalingkan wajahnya.

Saat berada di alam bawah sadarnya, semua ingatan tentang dirinya dan Ashilla kembali nampak di depan matanya. Seolah ia tengah melihat pertunjukan opera romansa secara langsung. Ia tak mengerti mengapa semua itu muncul dalam penglihatannya. Akan tetapi, setelah tersadar dan kembali ke alam nyata, Killian baru menyadari bahwa semua itu bukan mimpi. Bukan juga halusinasi. Semua itu adalah jadian di masa lalu. Kejadian yang pernah terjadi dalam hidupnya.

Oleh karena itu, sekarang ia merasa malu. Merasa gagal menjadi putra mahkota. Ia juga sangat malu pada Urania. Tapi sungguh, ia tidak tahu mengapa ia dan Ashilla bisa memiliki hubungan seperti itu. Apakah mereka akan percaya jika ia berkata bahwa ia tidak mengingat semua itu secara nyata? Apakah mereka akan percaya jika ia berkata bahwa ia tak melakukan itu secara sadar?

"Putra Mahkota." panggil Raja Andres.

Raja pikir tadinya Killian mengalami semacam syok hingga tak sadarkan diri karena kekasihnya berusaha membunuh ibunya. Tapi ternyata setelah diperiksa oleh utusan menara sihir, Killian terkena pengaruh pengendali pikiran sihir hitam. Sihir yang membuat seseorang dapat mengontrol dan menempatkan orang lain di bawah kendalinya. Sihir itu akan terlepas jika kekuatan penyihirnya melemah. Ini bukan sihir yang mudah karena butuh banyak energi. Dan secara logika, Ashilla tidak akan mampu bila tidak mendapat bantuan iblis karena kemampuan sihirnya masih rendah.