44. Deceived

5.3K 486 21
                                    

Selamat membaca. Jgn lupa vote dan komen.

***

Urania menatap Sidd ketika rombongan ekspedisi benar-benar berhenti di depan danau Perisch. Sidd kembali berbaur dengan prajurit lelaki lainnya. Dame Arin mengalihkan perhatian Urania. Wanita itu mengatakan mereka bisa mandi di danau, tapi tidak boleh terlalu ke tengah dan harus selesai sebelum makan malam tiba.

Urania tak serta merta melompat ke danau. Berpikir bahwa ia bisa saja tenggelam membuatnya agak ngeri. Bisa-bisa ia disangka bunuh diri. Ia duduk di atas sebuah batu, di bawah pohon rindang dengan pemandangan sisi danau yang lebih luas dan indah.

Karena matahari masih bersinar, Urania dapat melihat banyak kayu-kayu tumbang yang berserakan di bawah danau. Jika dilihat begini, memang kelihatannya tak dalam. Malah cenderung dangkal.

Tapi, perlu diketahui bahwa... Irania tidak bisa berenang. Entah dengan Urania. Maka dari itu, Urania tak ingin mengambil resiko. Ia memilih untuk membasuh wajah, kaki dan tangannya saja nanti. Asyik melamun, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak meminta tolong.

Urania berdiri dan melihat ke arah tengah danau dimana airnya bergolak berkecipak dengan seseorang di tengahnya. Ia berlari ke arah kerumunan prajurit yang berkumpul di pinggir danau.

Lalu tiba-tiba Dame Arin langsung masuk ke dalam air untuk menolong orang yang tenggelam tersebut. Beberapa orang lain menunggu di tepi termasuk Urania.

Ketika Dame Arin berhasil membawa wanita itu ke pinggir danau, Urania menerobos sedikit kerumunan dan berjongkok. Untunglah orang itu masih hidup.

"Sepertinya kakinya terkilir. Kalau ligamennya robek, maka dia harus tinggal." Perkataan Dame Arin membuat orang yang nyaris mati karena tenggelam itu panik bukan main.

"Dame, saya mohon... saya harus tetap pergi."

"Kau terluka! Memangnya kau mau apa?!" Dame Arin berubah menjadi keras. "Aku sudah memperingatkan supaya kalian tidak berenang terlalu jauh. Tapi kalian mengabaikan omonganku."

Urania paham kenapa wanita itu terkesan mengabaikan kata-kata Dame Arin. Mungkin, ini yang disebut bius oleh Sidd tadi. Siapapun pasti juga akan terlena dengan keindahan danau yang menakjubkan ini. Jadi Urania tidak akan menghakimi wanita ini.

Urania mendekat, "Dame, maaf jika saya lancang. Tapi sebaiknya kita menunggu hingga esok apakah ia bisa ikut atau tidak."

"Terkilir seperti ini butuh waktu untuk sembuh. Tidak hanya semalam." kata Dame Arin. Urania tersenyum.

"Seseorang pernah berkata bahwa danau ini mampu menghadirkan ilusi bagi siapapun. Membuat kita terlena hingga tanpa sadar berenang terlalu jauh. Saya mohon maafkan dia." ujar Urania.

"Baiklah... aku tidak akan memperpanjang ini. Aku maklum karena kalian baru pertama kali ke danau ini." Setelah itu Dame Arin kembali ke tendanya. Urania tersenyum ke arah wanita itu.

"Istirahatlah." ucap Urania sebelum meninggalkan kerumunan itu.

Saat itu, seseorang melihat Urania berdiri dan berjalan ke arah lain. Sementara wanita yang sebelumnya tenggelam karena tergelincir, dapat berdiri dengan baik. "Aku yakin tadi rasanya sangat sakit bahkan untuk diluruskan saja. Tapi sekarang sudah sembuh."

"Kau bisa ikut besok." Wanita itu mengangguk bahagia.

"Benar."

Di sisi lain, Urania menatap telapak tangannya. Polos tak memegang apapun. Semoga saja tidak ada yang melihatnya menyembuhkan wanita itu. Urania kemudian berjongkok di pinggir danau. Ia akan membasuh wajahnya dan segera bersiap makan malam.

The Villainess Just Want to Die PeacefullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang