50. Contra

5.6K 502 11
                                    

Selamat membaca. Jgn lupa vote dan komen.

***

Makanan datang secepat mungkin, karena memang Zione memperingatkan koki dan pelayan dapur untuk membuat makanan secepat mungkin. Urania sudah tidur selama hampir 2 bulan, jadi pasti saat ini ia merasa sangat lemas.

Melihat krim sup yang gurih dan lembut tak membuat selera makan Urania meningkat. Gadis itu melirik ke arah lain dan hanya meminta air minum saja. Namun Zione tak serta merta menurutinya. Pria itu dengan telaten menyuapkan krim sup ke mulut Urania hingga gadis itu mau membuka mulutnya.

"Anda tidak perlu sampai begini, saya baik-baik saja." kata Urania berusaha menolak suapan dari Zione.

"Katakan itu pada seseorang yang baru terbangun setelah koma selama 7 minggu." balas Zione.

"Tapi Anda jadi repot karena saya. Anda kan harus bekerja." Urania merasa tangannya memang masih lemah, jadi ia pikir ia akan makan nanti saja. Pemikiran bodoh.

"Aku sudah bekerja. Aku bekerja meskipun sesekali berada di sini."

"Anda sering ada di sini?" Tentu saja Urania terkejut. Tipikal Zione yang tak memedulikan Urania dulu. Entah kenapa sedrastis ini perubahannya. Apakah benar bukan karena ingin balas budi? Terang saja Urania merasa ragu. Sejak kecil tak pernah merasakan kasih sayang dan perhatian seperti ini. Jika dengan Soria, Cassy dan Lina, tentu itu berbeda. Mereka adalah orang-orang yang bekerja untuknya. Tapi Zione, pria ini bebas memilih. Untuk mengabaikannya maupun memedulikannya.

"Aku ada di sini karena kau juga ada di sini. Bagaimana mungkin istriku sakit dan aku tidak menjenguknya."

"Uhuk!" Urania terbatuk, padahal ia belum makan sesuap pun. Zione meletakkan piringnya dan mengambilkan minum.

"Jangan bicara dulu, ayo makan." Tak banyak kata lagi, Urania akhirnya mau memakan krim supnya. Ia terus memikirkan pria di depannya ini, seolah Zione tak ada di hadapannya sekarang.

Urania memang telah mengatakan bahwa ia ingin menjadi berani dan tangguh seperti Zione. Tapi ia tak memikirkan kemungkinan Zione berlaku sebaik ini padanya. Apa pria ini akan berubah lagi nantinya?

"Sudah habis, kau mau makan apa lagi?" Urania menggeleng.

"Saya ingin istirahat."

"Baiklah. Panggil penjaga di depan jika butuh sesuatu." kata Zione. Dibalas anggukan oleh Urania.

***

Setelah Urania siuman, tentu saja para pelayan bersuka cita. Bahkan Soria yang sengaja meninggalkan Urania bersama Zione saat itu pun tak menyangka. Harusnya ia meminta Zione memandikan Urania sejak dulu. Barangkali Urania akan siuman lebih cepat. Ia pikir, ini adalah kekuatan cinta.

Sekarang sudah seminggu sejak Urania sadar. Dan saat ini, Urania tengah berada di luar mansion. Menyambut indahnya musim dingin di balik punggung Zione. Ini karena... Urania yang bersikeras untuk ke danau, tapi Zione tak mengizinkan karena udara di luar sangat dingin. Salju baru saja turun dan taman mulai memutih.

Karena Zione tak tahan dengan keras kepalanya Urania, akhirnya ia mengizinkan. Namun syaratnya, Urania harus mengenakan pakaian hangat yang tebal, dan tak boleh berjalan. Urania yang terlalu antusias tak menangkap maksud Zione, barulah saat ia disuruh naik ke punggung Zione, ia mematung beberapa detik.

Tapi kemudian ia naik juga akhirnya. Mau tak mau, suka tak suka. Menyusuri taman yang bersalju sembari memeluk leher Zione Viontine. Ini sama sekali tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Anda akan lelah jika menggendong saya terus." Urania berkata di sisi telinga Zione. Membuat pria itu sedikit meremang. Bibir wanita mana yang pernah sedekat ini dengan telinganya, kecuali ibunya tentu saja.

The Villainess Just Want to Die PeacefullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang