46. Wonder

5.3K 549 26
                                    

Selamat membaca. Jgn lupa vote dan komen.

***

Saat ini yang ada di benak Karez maupun Asher adalah sosok Urania yang ternyata memiliki kekuatan Ilahi. Bahkan, bukan hanya keduanya, melainkan para ksatria yang saat ini melihat kondisi pemimpin mereka yang terlihat mengkhawatirkan. Biar bagaimanapun, Zione adalah sosok pemimpin yang sangat mereka hormati dan mereka idolakan. Tapi melihat ada seseorang dengan kekuatan Ilahi menakjubkan yang baru pertama kali mereka lihat tengah mencoba menyembuhkan Zione, tentu saja mereka mulai memikirkan banyak hal. Urania adalah istri Zione. Tapi orang-orang internal Viontine tahu bahwa Urania menghilang setelah diculik oleh Viscount Hemilnov. Setidaknya beberapa ksatria dan Asher mengetahui kenyataan itu. Lantas, bagaimana bisa orang yang diperkirakan sudah tewas setelah hanyut di sungai itu kembali, bahkan ikut berada di medan perang bersama mereka?

Asher menggeleng perlahan. Urania masih hidup. Artinya itu anugerah untuk Viontine. Bukankah selama ini Zione juga terus mencari Urania meski tak yakin wanita ini masih hidup? Terlebih, Urania adalah salah satu pemilik kekuatan suci penyembuhan. Ini adalah karunia besar untuk Viontine. Jadi ia berdoa, semoga Zione dapat pulih kembali.

"Urania, hentikan." kata Rezeef tak tahan.

"Asher, cabut panahnya."

Urania mengabaikan kata-kata Rezeef.

"Urania?!"

"Cepat Ash!"

Asher tergagap dan buru-buru membantu Urania mendudukkan Zione. Ia mencabut dua panah yang menancap di punggung Zione. Urania mengerutkan dahinya. Panah berwarna keunguan itu pasti bukan panah biasa.

"Ada racunnya?" tanya Urania.

Ash mengangguk. "Jika saya lihat, ini racun dari darah binatang gurun. Sedikit saja masuk ke aliran darah, nyawa pasti akan melayang." Karez juga turut melihat anak panah itu, dan ia mengangguk menyetujui.

"Baiklah."

Urania memejamkan matanya, berusaha mengontrol aliran energi dan kekuatan sucinya, memusatkannya lebih banyak dan mengeluarkannya lebih banyak pula. Kini dalam tubuhnya terasa perlahan semakin panas. Terutama di bagian jantungnya. Panas menjalar hingga ke bagian dadanya yang lain.

Ketika merasakan energi prana Urania semakin besar, Rezeef mengerutkan alisnya. "Kau mau mati ya?!"

"Diam Rezeef." gumam Urania. Ia tidak punya banyak waktu lagi. Jika racunnya tidak segera keluar, Zione pasti akan mati. Jadi, saat ini Urania tengah berusaha mengeluarkan racun yang ada di tubuh pria itu.

Urania memejamkan matanya supaya bisa lebih berkonsentrasi lagi. Hingga tak lama kemudian, Zione memuntahkan darah masih dengan matanya yang terpejam. Beberapa orang terkesiap melihat hal itu. Jika itu racun ular gurun, maka seharusnya sudah tak ada harapan lagi. Namun, nampaknya racunnya sudah keluar.

Hingga lebih dari tiga kali Zione memuntahkan darah yang terkontaminasi racun. Urania mendesah lega. Artinya, sekarang tinggal mengobati luka Zione. Sedikit lagi. Sebentar lagi. Urania tersenyum kecil.

"Urania, hentikan. Apa kau mendengarku?" Rezeef hendak menarik Urania, namun karena energi prana Urania yang besar, Rezeef tak dapat mendekat. Pria itu frustasi melihat Urania seperti bunuh diri di depan matanya. Sementara itu, Ash dan Karez juga tak bisa banyak berbuat apa-apa. Karez menelan ludah gugup saat melihat Urania terus mencoba membuat Zione sadar.

"Bibi, anu... apakah ini tidak masalah?" tanya Karez. Ia agak canggung saat memanggil Urania dengan sebutan Bibi. Tapi Urania adalah istri pamannya, jadi begitulah seharusnya ia memanggil Urania.

The Villainess Just Want to Die PeacefullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang