11. Throb

7.7K 775 15
                                    

Selamat membaca, jgn lupa vote dan komen.

Ih, aneh bgt. Perasaan udah aku upload td. 🤨

***

Rezeef berjongkok di depan tubuh Urania yang tergeletak. Rambut panjang keperakan milik gadis itu menutupi sebagian wajahnya. Darah yang keluar dari mulut Urania sudah berhenti, dan membasahi sedikit pakaiannya. Sambil menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Urania, Rezeef mengamati wajah yang pucat itu.

"Belum mati ternyata." Tapi ia bingung juga, kenapa Urania tak mengeluarkan kekuatannya. Harusnya kalau hanya terkena serangan seperti barusan, tidak akan membuatnya seperti ini.

"Siapa sebenarnya dirimu?" Rezeef memejamkan matanya sejenak. Ia tak merasakan aliran kekuatan apapun dalam tubuh Urania, namun seperti ada sesuatu yang bergejolak di satu titik dan tak kemana-mana. Energi yang putih dan bersih. Jauh dari energi sihir atau energi sihir hitam yang jahat. Tak asing menurutnya. Karena jika menurut usia aslinya, Rezeef sudah hidup hampir 100 tahun lamanya. Hanya saja, fisiknya tertahan di usia 28 tahun.

Rezeef menempatkan sebelah tangannya di bawah lipatan lutut Urania, sedangkan sebelah tangannya lagi di punggung atas gadis itu. Ia mengangkat tubuh Urania dengan mudahnya, "ringan sekali. Kurusnya." kata Rezeef tak habis pikir. "Kalau mau jadi mata-mata atau penyusup, setidaknya makan yang banyak." Pria itu membawa Urania ke arah mansion. Entah mau diapakan perempuan ini, yang penting ia tinggalkan saja di sana.

Saat hendak menuju ke teras, seseorang berlari dan berdiri dengan tiba-tiba di depan Rezeef. Rezeef memicing menatap pelayan tidak sopan itu dan hendak memarahinya sebelum pelayan itu menangis meraung-raung di depannya. "NYONYA?! APA YANG TERJADI?!"

"Bisa kah kau tutup mulutmu yang berisik itu?" kesal Rezeef.

Cassy mendongak, lalu segera menunduk lagi karena takut. Sorot mata Rezeef benar-benar membuatnya ngeri. "Ma-maaf... ta-tapi apa yang terjadi pada Nyonya?" tanya Cassy.

"Nyonya?" Rezeef menatap ke arah wajah Urania. Wajah yang putih terkena noda darah. Nampak kontras. "Wanita ini Nyonyamu?" tanya Rezeef balik.

"Benar Tuan. Beliau adalah Nyonya Archduchess Urania Viontine." Cassy tidak tahu mengapa Urania tadi tiba-tiba menghilang dari pandangannya, ia mencari Urania ke segala penjuru bahkan hingga ke dalam mansion. Namun Urania tak juga ia ketemukan.

Rezeef menatap Urania dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia tak pernah tahu jika Archduke menikahi seorang gadis. Dan dilihat darimanapun, wajah ini terlihat asing.

Tanpa memedulikan Cassy, Rezeef membawa Urania masuk ke dalam mansion. Pria itu juga mendapat tatapan bertanya dari para pelayan dan pekerja yang ia lewati. Hanya saja, yang namanya Rezeef tidak akan memedulikan sesuatu yang kecil seperti itu. Ia terus berjalan hingga bertemu dengan Hugo. Hugo langsung mengenali gadis yang ada di dalam gendongan Rezeef. Wajahnya jadi menegang. Mengapa Nyonya mereka bisa berada dalam gendongan archmage?

"Tuan Malrove, mengapa Archduchess..." Hugo tak dapat melanjutkan pertanyaannya saat melihat wajah Urania yang berdarah.

"Saya akan mengantarkan Anda ke kamar beliau." Hugo segera mengarahkan Rezeef ke lantai 3 sayap kiri mansion, tempat kamar Urania berada. Namun, entah mengapa... bahkan setelah sampai di sisi ranjang tidur Urania, Rezeef tak kunjung meletakkan tubuh Urania. Hal itu tentu saja membuat Hugo dan Cassy saling berpandangan. Hugo kemudian berdehem. "Tuan, saya akan memanggil dokter." Maksudnya, supaya Rezeef segera meletakkan Urania. Akan tetapi Rezeef malah mengeratkan gendongannya.

Hugo memang tak pernah bisa memahami Rezeef. Bahkan setelah hampir 5 tahun pria itu menatap di menara sihir Viontine. Saat Hugo sedang melamun, Rezeef menghela napas lalu meletakkan Urania dengan perlahan. Ia bahkan merapikan rambut Urania, "ambil kain dan air hangat." ucap Rezeef pada Cassy. Cassy mengangguk dan langsung keluar untuk mengambil semua yang diperlukan.

The Villainess Just Want to Die PeacefullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang