20. Avoid

7.2K 651 13
                                    

Selamat membaca. Jgn lupa vote dan komen.

***

Eroz memalingkan wajahnya dengan canggung dan tertekan. Jujur saja, walau kekuatan sucinya banyak, ia tetap merasa kewalahan dengan aura Archduke yang mencekik ini. Ia sudah berjanji pada Archduchess sehingga ia tidak bisa bilang. Tapi, bukankah Archduke juga pada akhirnya sudah memiliki kesimpulannya sendiri? Nyonya Urania juga sudah menggunakan kekuatannya pada suaminya ini. Jadi, dengan menghela napas panjang, Eroz mengangguk.

"Anda sudah merasakannya sendiri." ucap Eroz. Ini bukan dirinya yang membongkar rahasia, tapi Urania sendiri.

Zione menjauh dari Eroz. Lalu menundukkan kepalanya. "Coba ceritakan lebih detail, semua yang kau ketahui."

Malam itu, Eroz menceritakan semua yang ia ketahui beserta rumor yang ia dengar. Tentang Urania yang mengkonsumsi racun seperti meminum air, dan tentang Urania yang juga tak mengetahui adanya kekuatan suci dalam dirinya. Kekuatan suci yang terbelenggu akibat racun yang ia minum. Eroz tak tahu mengapa Urania meminum racun. Jika untuk bunuh diri sepertinya bukan. Tapi seorang Archduke seperti Zione yang sudah hidup seorang diri sejak masih kecil hingga menjadi seseorang yang seperti iblis medan perang, tentu saja mengetahui maksud Urania.

Lalu, Urania juga merupakan putri Marquess. Ia anak pertama Marquess yang memiliki seorang adik laki-laki dengan jarak usia yang jauh. Sudah jelas maksud Urania adalah, ia ingin menjadi seorang penerus.

Zione pergi dari kuil setelah mendapatkan informasi itu. Eroz meminta Zione merahasiakan ini karena sepertinya akan sulit jika kekuatan suci Urania sampai terdengar luas. Zione juga tak memiliki niatan untuk mengungkapkan ini pada siapapun. Ia hanya berkata pada Raja bahwa Urania dilukai oleh Leticia sehingga kini gadis itu terbaring sakit.

Tiba di istana, Zione berbelok di lorong istana dan menyusuri lorong-lorong sepi untuk sampai di kamar yang ia tempati.

Ia masuk ke dalam kamar, mendapati sosok Soria yang yang duduk di sisi Urania. Soria sedikit terkejut melihat Tuannya berdiri tak jauh dari ujung ranjang. Tuannya datang tanpa suara. Sedikit menyeramkan.

"Soria, kau istirahatlah."

Zione kemudian menuju ruang ganti setelah Soria pergi. Ia melepaskan pakaiannya dan menggantinya dengan yang lebih nyaman. Saat melihat dirinya di cermin, pantulan tubuh sempurnanya dengan otot-otot kencang dan kuat yang tercetak di perutnya seperti sebuah hadiah dari Tuhan. Zione memegangi perut dengan delapan kotaknya yang terlihat menggoda dari sisi manapun itu. Tapi bukan itu poinnya sekarang. Bukan. Melainkan, luka-luka sayatan yang ia dapat selama berada di medan perang, luka dalam yang tentu saja menimbulkan bekas yang buruk, semua itu lenyap bersamaan dengan luka baru yang ia dapatkan tadi.

Tubuhnya jadi bersih dan semakin tidak bercela.

Zione segera memakai baju tidurnya dan melepas ikatan rambutnya. Rambut panjangnya kini tergerai indah di balik punggung kokohnya yang lebar. Pria itu kemudian berjalan ke arah ranjang. Ia sama sekali tak bisa tidur. Memikirkan betapa bodohnya Urania menyelamatkannya. Apa gadis ini tidak memiliki keegoisan sedikit saja?

Dari cerita Eroz, kemampuan penyembuhan Urania belum maksimal. Tubuhnya masih lemah dan rentan tumbang akibat kelelahan. Mengeluarkan kekuatan suci atau kekuatan apapun memang butuh banyak energi. Terlebih, kekuatan Urania juga belum stabil. Meski tahu dirinya akan jadi seperti ini, kenapa Urania menolongnya.

Ah, Zione juga tidak akan langsung mati hanya dengan satu luka tusukan sebetulnya. Hanya saja memang ia tidak akan bisa mengendalikan darah yang terus keluar. Jika Urania memilih untuk pergi mencari bantuan, Zione tak akan mempermasalahkannya.

The Villainess Just Want to Die PeacefullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang