22. Culprit

7.1K 615 8
                                    

Selamat membaca. Jgn lupa vote dan komen.

***

Para ksatria langsung memasang formasi melingkar untuk melindungi Archduke dan Archduchess. Semuanya bersiaga dengan mengeluarkan pedang mereka dari sarungnya. Zione menatap orang-orang yang kini mengepung mereka. Tidak ada yang ia kenali karena mereka memakai penutup wajah dan jumlahnya ada banyak. Mereka bukan hanya mengepung pasukan ksatria saja, namun juga mengepung dua kereta kuda yang ada di belakang.

Urania menutup mulutnya rapat. Ia tidak boleh banyak bergerak atau bersuara sekarang.

"Sepertinya mereka sudah mempersiapkan semua ini." kata Ash.

Zione mengangguk. Mereka sengaja membuat tebing longsor dan menutupi jalan tepat sebelum rombongan kereta kuda Archduke melewatinya. Jika begitu, mereka pasti orang suruhan. Perampok yang biasa tak akan berbuat sejauh ini dan cenderung tidak akan terpikirkan untuk menghancurkan tebing.

"Habisi mereka, tapi sisakan beberapa orang untuk tetap hidup." titah Zione.

"Baik, Yang Mulia." Ash dan para ksatria mulai menyerang. Pertarungan tak bisa dihindari karena para pembunuh bayaran itu membekali diri mereka dengan senjata. Jika Zione tidak salah menduga, mereka pasti ada hubungannya dengan para musuhnya. Entah yang membakar lumbung-lumbung selama ini, atau musuh yang telah berhasil ia kalahkan.

Para pemberontak tentu saja sangat bernapsu untuk memenggal leher Archduke Zione Bavaria Viontine. Siapapun tidak akan bisa melakukan kejahatan seperti melakukan penyelewengan hingga memperkaya diri jika ada Zione Viontine. Zione tahu bahwa dari sekian banyak bangsawan yang mendukung Viontine, ada orang-orang yang berniat untuk menyingkirkannya. Bahkan mereka mungkin saja sedang menyiapkan penggantinya sebagai Archduke Viontine. Archduke boneka yang bisa dikendalikan sesuka hati. Mereka tahu itu sulit karena dari garis keturunan langsung, Zione adalah anak tunggal Archduke Viontine.

Maka dari itu, terkadang mereka membawa isu bahwa Archduke terdahulu memiliki simpanan hingga melahirkan seorang putra. Zione hanya menanggapinya dengan dingin.

Kini, mereka mulai melakukan perlawanan secara terang-terangan setelah gagal membuatnya turut serta dalam perang melawan suku barbarian dari gurun. Sungguh di luar dugaan Zione memang.

Suara pedang beradu membuat suasana kian mencekam. Terlebih para pembunuh bayaran itu juga terus berdatangan meski lawannya berhasil ditumbangkan. Menyewa pembunuh bayaran sebanyak ini tentu saja membutuhkan dana besar. Zione ingin tahu, dana mana yang berhasil mereka curi untuk menyewa pembunuh bayaran ini.

Saat Zione tengah berkonsentrasi menghabisi musuh-musuh di depannya, ekor matanya menangkap seorang pembunuh bayaran tengah menghunuskan pedang ke dalam kereta kuda tempat Urania berada.

Trang!

"Sial." Gara-gara itu, hampir saja Zione ditebas dari samping. Ia berhasil membunuh assassin yang menargetkan lehernya itu, lalu bergegas ke arah kereta kuda. Belum sempat ia sampai di sana, pembunuh bayaran yang ia lihat barusan jatuh terlempar ke belakang. Dalam hitungan detik, Urania melompat ke arah tubuh si pembunuh bayaran dengan sebilah pedang di tangannya.

Crassh!

Darah terciprat hingga ke sisi wajah Urania. Gadis itu menoleh menatap Zione yang tengah menatap ke arahnya juga. Namun hal itu hanya berlangsung selama beberapa detik karena setelahnya, Urania segera berpaling. Gadis itu berlari ke kereta belakang. Melihat keadaan Cassy dan Soria. Dengan cepat Urania mengayunkan pedangnya dan membunuh siapa saja yang menghalangi jalannya.

"Keukkh!" Seorang pembunuh bayaran tumbang setelah Urania menusuk dadanya, lalu menebas perutnya.

"Tolong pergi ke tempat yang lebih aman, Madam. Bawa Cassy dan yang lainnya." ucap Urania.

The Villainess Just Want to Die PeacefullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang