41. Fierce

5.5K 501 14
                                    

Selamat membaca. Jgn lupa vote dan komen.

***

Proses seleksi yang dilakukan Baron sangatlah ketat. Baron adalah seorang ahli pedang muda yang usianya tak jauh beda dengan Zione Viontine. Keduanya memiliki hubungan yang cukup akrab karena sering dipertemukan di medan perang. Berbeda dengan Zione yang merupakan bangsawan sejak lahir, Jean Silka lahir sebagai rakyat biasa. Kedua orang tuanya tewas saat ia masih kecil akibat serangan para pemberontak yang ingin menguasai daerah pinggiran Barat Rehimione. Ia kemudian dibesarkan oleh pamannya dan dilatih berpedang sejak usia muda. Setelah memasuki usia remaja, Jean meninggalkan desa tempat tinggalnya dan mengembara bersama beberapa orang untuk disewa jasanya sebagai prajurit bayaran.

Saat itu, entah takdir macam apa yang menemukannya dengan seorang Zione Viontine. Zione yang melihat kemampuan berpedangnya, kemudian memintanya bergabung dengan Grand Duchy secara pribadi. Tentu saja, Jean tak menyia-nyiakan kesempatan baik ini. Awalnya, mereka hanya bertemu jika Zione memanggilnya untuk bergabung dalam ekspedisi dan peperangan mewalan kaum bar-barian. Dari sanalah keduanya cukup akrab. Semakin lama, Zione melihat bakat Jean yang seharusnya tak disia-siakan kerajaan begitu saja. Akhirnya ia merekomendasikan Jean untuk diangkat menjadi ksatria kerajaan secara resmi. Jean tak menolak. Hingga sampai pada tahap ini, dimana beberapa tahun lalu, Raja memberinya sebuah gelar Baron atas jasa-jasanya.

Melihat tekad Baron Silka sejak muda, pantas memang jika seleksi yang akan Urania jalani tidak mudah. Mulai dari kemampuan pertahanan hingga keahlian berpedang, harus dikuasai dengan baik. Tapi... Urania benar-benar tidak menyangka jika ia bisa sampai di tahap ini. Setelah melakukan ratusan push up hingga puluhan kali berlari mengelilingi arena seleksi, Urania lolos dengan wajah memerah karena letih. Ini gila, ia bahkan sempat berpikir untuk kabur saja dan enggan meneruskan seleksi, namun entah kenapa sejak tadi Sidd terus tersenyum padanya seperti orang bodoh.

"Kau berhasil." kata Sidd dengan cengiran khasnya.

"Kau juga." kata Urania membalas.

Sungguh, ia tidak tahu harus menghadapi orang seperti Sidd yang kelewat ekstrovert ini seperti apa. Menghadapi Fiona dan Cassy saja Urania sudah kewalahan.

"Sebentar lagi tes menggunakan pedang. Aku dengar mereka menggunakan pedang kayu, jadi harusnya tak masalah." kata Sidd santai.

Urania hanya menanggapi sekenanya saja. Ia juga tak terlalu pandai berkata-kata, terlebih di depan seseorang yang ekstrovert seperti Sidd ini.

Setelah istirahat, para peserta yang lolos ke seleksi berikutnya dikumpulkan di tengah arena. Sidd berbisik di telinga Urania, "tes ini penting, tapi ketika kau bisa bertahan, kau pasti akan lolos."

Satu persatu para peserta diadu dalam skill berpedang. Hingga tiba giliran Urania untuk maju ke arena. Tak banyak yang memiliki ekspektasi terhadap Urania. Tubuhnya kecil, dan terlihat dapat tumbang kapanpun. Terlebih, lawannya adalah laki-laki. Dalam tes ini, tidak dibedakan antara perempuan dan laki-laki. Karena nantinya, di medan perang pun kita tak dapat memilih musuh yang ingin kita hadapi.

Ketika pertarungan dimulai, Urania tak merasa yakin betul ia dapat menang. Hanya saja, ia tak ingin terpukul oleh lawannya. Ia maju dengan mempertaruhkan segala kesempatannya dan menyerang lebih dulu karena ia diminta demikian. Lawannya yang semula meremehkannya kini pun berubah lebih serius, akan tetapi sepertinya ia agak terlambat karena Urania lebih dulu mengenai pinggangnya dengan sebilah pedang kayunya. Keduanya terus bertarung, dan saling menghindari serangan lawan, kemudian Urania merunduk dan maju untuk menyerang titik lemah dari lawannya.

"Uhk!" Lawan Urania terdorong ke belakang. Namun tidak sampai jatuh. Ia kemudian menegakkan tubuhnya dan menatap Urania dengan tatapan tak terbaca. "Kau, lumayan juga Nona." Pengawas pertandingan menyudahi pertarungan mereka berdua.

The Villainess Just Want to Die PeacefullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang