48. Affair

5.9K 486 23
                                    

Selamat membaca. Jgn lupa vote dan komen.

Klo ada yg typo tolong tandain ya

***

Zione panik karena tiba-tiba Urania mengalami kejang-kejang. Padahal, tadi tak ada masalah saat ia baru datang. Zione hendak menyeka tubuh Urania dengan air hangat seperti biasanya, akan tetapi Urania mendadak kejang. Tubuhnya juga terasa lebih panas dari sebelumnya. Ia buru-buru memanggil dokter. Dan ketika dokter tiba, Urania segera diberikan sebuah ramuan untuk menghentikan kejangnya.

"Maaf Yang Mulia, kondisi Nyonya saat ini sedang kritis."

"Apa maksudmu? Kau tidak bisa membuatnya stabil kembali?"

"Yang Mulia, hanya keajaiban yang mampu membuat Nyonya kembali kepada kita." Zione melempar handuk yang ada di tangannya. Ia memutar otak, bagaimana caranya menyembuhkan Urania. Dokter tidak kompeten seperti ini memang tidak berguna.

"Hugo, panggil seorang priestess atau siapapun. Aku ingin mereka datang secepatnya."

"Baik, Yang Mulia."

"Ah, orang bernama Eroz Verichi. Panggil dia." kata Zione tergesa-gesa.

Saat ini dokter hanya dapat memberikan obat untuk menurunkan demam Urania. Tapi untuk memulihkan kondisinya, memang benar-benar di luar kuasanya.

Zione duduk di sofa kamar Urania ketika malam semakin larut. Di depannya ada Luca. Keduanya saling berhadapan, dimana Luca terlihat menatap Zione dengan tatapan datar. "Aku sudah mengatakannya bukan?"

Yang Zione sapa di lorong waktu itu adalah Luca. Entah bagaimana caranya, Luca mengetahui bahwa Urania kembali ke mansion Viontine. Mungkin ini termasuk keajaiban Garthera juga.

"Aku tidak percaya kau adalah titisanku."

"Anda terlalu berlebihan."

"Kenapa jadi anak itu yang hampir mati?"

"Ini memang kesalahan saya."

"Syukurlah kau paham."

Karez menjelaskan semua yang telah ia lewatkan. Yaitu saat ia tak sadarkan diri akibat tusukan pedang dari musuh yang ada di belakangnya. Saat itu, ia memang sedang bertahan dari racun yang terdapat pada anak panah yang menancap di punggungnya. Jika bukan Zione, tentu saja orang itu pasti sudah mati beberapa menit setelah terkena racun. Namun sekali lagi, ini adalah anugerah titisan Garthera, Zione dapat menahan racun itu lebih lama. Akan tetapi hal itu tetap membuatnya lemah hingga tak menyadari seseorang mengincar punggungnya.

Ia pikir memang ia sudah mati saat itu. Dan ketika membuka mata, yang ia lihat justru wajah Urania. Ia bahkan tidak tahu bagaimana bisa ada Urania. Namun ketika Ash berkata bahwa seseorang yang berperang bersama mereka itu ternyata Urania, barulah ia akhirnya bisa menghubungkan beberapa titik yang tidak saling bersinggungan. Dan akhirnya juga, ia mengetahui alasan mengapa ia merasa familiar dengan gadis bernama Irania itu.

"Anda bisa menyembuhkannya?"

"Sayangnya tidak. Apa yang akan kau lakukan?"

"Saya akan menemukan orang yang bisa menyembuhkannya."

Luca menghela napas. "Aku bisa mencium rasa penyesalanmu. Sejak awal, aku sudah berkata kalau anak ini tidak seperti yang kau kira. Tidak semua orang jahat kan?" Zione melirik ke arah lain.

Ini adalah peristiwa yang terjadi ketika ia masih kecil. Ketika kedua orang tuanya meninggal, Zione hanya sebatang kara di mansion megah ini hingga Raja Andres memutuskan untuk merawatnya. Kedua orang tua Zione meninggal karena kecelakaan. Namun ketika Zione beranjak remaja, ia mulai menyadari bahwa kedua orang tuanya tidak mati begitu saja. Karena semakin hari, ia semakin merasakan tekanan dan ancaman dari berbagai arah. Ternyata, tujuan mereka yang tamak, adalah dirinya.

The Villainess Just Want to Die PeacefullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang