21. Annoyed

7.1K 628 9
                                    

Selamat membaca. Jgn lupa vote dan komen.

***

Urania menoleh ke sumber suara. Di  jalan masuk gazebo, Ashilla tengah berdiri dengan tatapan terkejut. Lalu gadis itu membungkuk hormat dan tersenyum.

"Maaf jika saya mengganggu waktu Anda, Archduchess Viontine." ucap Ashilla sopan.

"Oh, tidak masalah. Saya tidak merasa terganggu. Apa Anda juga sedang mencari udara segar?" Ashilla mengangguk membenarkan.

Ia sedikit sedih karena Killian tak sekalipun meliriknya. Jadi ia memutuskan untuk jalan-jalan dan menikmati udara segar ibu kota di malam hari. Bintang di langit juga nampak cantik. Jadi tak ada salahnya menghabiskan waktu lebih lama di luar. Lagipula, esok ia juga akan segera diantar ke kediaman baru yang Raja Andres hadiahkan.

"Apakah saya boleh bergabung? Saya, sedikit kesepian. Jika Anda keberatan, saya akan mencari tempat lain." ucap Ashilla sembari mengusap sebelah lengannya.

Di sisi lain, Urania tak bisa berkata jika ia merasa keberatan. Ia sebenarnya hanya ingin sendirian. Ia juga tidak tahu harus bersikap seperti apa pada Ashilla. Di novelnya, Urania menusuk Ashilla dan berakhir diasingkan hingga mati. Lalu yang baru saja terjadi adalah tokoh lain, yaitu Leticia, yang menjadi pelaku penusukan. Dan orang yang ditusuk juga bukan Ashilla, tapi Zione. Ah, tapi bukankah Leticia menyukai Zione?

Atau jangan-jangan, yang menjadi target Leticia adalah Urania sendiri?

"Yang Mulia?" panggilan Ashilla membuat Urania tersadar dari lamunannya. Ia terlalu jauh melamun sepertinya.

"T-tentu saja, silakan Nona." kata Urania.

Ashilla duduk di depan Urania. Gadis itu tak mengatakan apa-apa hingga keduanya terjebak dalam keheningan. Yang jelas, Urania merasa Ashilla tak akan hanya diam saja ketika dia meminta izin untuk duduk bersamanya.

Ashilla di dalam novel adalah seorang gadis yang baik hati. Tidak heran kalau dia dengan sukarela membantu Karez di medan perang hingga mengorbankan nyawanya. Ashilla punya kepribadian yang ceria dan tangguh. Itu juga poin klise yang membuat para tokoh pria tertarik padanya. Sedangkan di sisi lain, Urania terlihat memiliki segalanya karena ia putri seorang Marquess. Namun nyatanya ia adalah gadis paling menyedihkan yang tak pernah mendapat pengakuan. Ia haus akan pujian, pengakuan, dan kasih sayang. Mati mengenaskan tanpa bisa membuktikan apapun.

Ashilla dan Urania bagai bumi dan langit.

Urania menundukkan kepalanya. Ia tidak tahan jika mengingat penderitaan Urania. Terlalu mirip dengan penderitaannya dulu.

"Saya tidak menyangka jika Ibu Kota adalah tempat yang sangat ramah. Membuat saya yang hanya rakyat biasa ini merasa seperti menjadi bagian dari para bangsawan. Saya sadar itu adalah pemikiran dan perasaan yang lancang. Menurut Anda, apakah saya pantas mendapatkan semua ini, Nyonya?" Entah apa maksud Ashilla bertanya seperti itu. Urania tak terlalu memikirkannya. Ia hanya menjawab sesuai dengan apa yang ia lihat saja.

"Baginda adalah seseorang yang bijaksana, Nona. Sudah tentu jika Baginda memutuskan untuk memberi Nona sesuatu, maka Nona pantas menerimanya." kata Urania bijak.

"Ah, maafkan saya. Karena saya berasal dari desa yang sangat jauh di perbatasan. Dan karena saya tidak pernah belajar secara formal, saya terdengar sangat tidak sopan dan bermartabat." Ashilla menunduk sedih. Membuat Urania menautkan alisnya. Ia tak tahu harus merespon seperti apa, jadi lagi-lagi ia hanya menanggapi sekenanya.

"Itu bukan masalah jika Nona tidak mengetahuinya." kata Urania mencoba menghibur. Semoga saja Ashilla tidak salah paham.

"Tapi Nyonya, saat itu saya melihat Anda berduaan bersama Yang Mulia Putra Mahkota." Deg. Urania menatap Ashilla penuh antisipasi, "saya sadar saya juga tidak bermartabat seperti yang baru saja saya katakan, namun apakah di ibu kota seseorang yang sudah memiliki suami boleh melakukan itu dengan pria lain? Karena jika di tempat saya, itu juga bukan tindakan yang bermartabat." Ashilla tersenyum kecil, lalu menatap Urania meminta penjelasan. Entah darimana keberanian itu datang, Ashilla mempertanyakan tindakan Urania yang bahkan baru ia temui tadi.

The Villainess Just Want to Die PeacefullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang