52. Scramble

5.4K 478 18
                                    

Selamat membaca. Jgn lupa vote dan komen.

***

Flash back.

"Anda ingin mendengar apa?"

Setelah tiba di kamar Urania, Zione segera menurunkan istrinya itu di atas ranjang. Kaki Urania menjuntai ke bawah. Ia tak tahu harus mulai darimana, jadi apa yang ingin Zione ketahui darinya?

"Pertama, aku tidak bisa mengelak bahwa kau tak dalam posisi aman di mansion ini setelah beberapa orang mengalami alergi akibat sabun beracun itu. Itu juga salahku dan aku ingin meminta maaf. Kedua, aku ingin tahu kenapa kau mengikuti ekspedisi padahal kau sudah berada di tempat yang aman." ujar Zione.

Zione ingin percaya bahwa ini adalah takdir. Urania yang kembali setelah menghilang adalah sesuatu yang ia harapkan. Namun, ia masih tak mengerti mengapa Urania harus mengikuti ekspedisi itu.

"Saya pikir kita akan menghadapi serangan kaum bar-barian." Entah mengapa itu yang pertama kali keluar dari bibir Urania.

Zione tercengang mendengarnya.

"Kita kan tidak tahu apakah mereka akan menyerang atau tidak." kata Zione bingung.

Urania mengusap bagian belakang lehernya. Ia terlihat bodoh pasti saat ini.

"Saya mengharapkan itu. Saya minta maaf."

"Mengapa? Bagaimana jika benar-benar ada serangan?" Zione tak mengerti dengan maksud Urania. Gadis ini punya pemikiran yang aneh.

"Saya baru sadar kalau apa yang saya pikirkan itu jahat saat kita benar-benar diserang. Awalnya saya pikir saya bisa mati."

"Urania, kau sedang membicarakan apa? Jangan membuatku bingung."

"Saya hanya ingin mati, Zione. Anda penasaran kan kenapa saya tidak memanggil Luca saat itu? Saya sengaja. Anda juga penasaran kenapa saya mau mengorbankan nyawa saya untuk menyelamatkan Anda? Karena saya memang sengaja, ingin mati." Zione mematung setelah mendengar penuturan Urania. Nada bicara yang terdengar pasrah itu membuat Zione bertambah bingung.

"Kenapa?"

Urania meremat jari jemarinya. Zione mana percaya dengan ceritanya. Ia yang aslinya bukan Urania. Ia yang hidup kembali setelah mati. Dan ia yang berasal dari dunia lain. Zione mana percaya kalau dunia yang mereka pijak ini adalah dunia di dalam novel.

"Haa... ini karena..."

"Kau tidak perlu menceritakan alasannya." Zione memejamkan matanya.

"Anda jangan khawatir... saya tidak akan melakukannya lagi. Lagipula Anda lihat sendiri kan saya tidak mati. Saya ini tidak bisa mati tahu." Suasana di antara keduanya mendadak berubah. Zione mengerutkan alisnya penasaran.

"Kau tidak bisa mati? Kau selalu membuatku pusing."

"Hehe... ini untuk meyakinkan Anda bahwa saya tidak akan mati walaupun saya ingin. Anda ingin membuktikannya?" Zione langsung menggeleng.

"Jangan gila. Saat di medan perang--"

"Ya itu juga termasuk ternyata. Saya tidak bisa mati walaupun sudah sekerat seperti itu kan? Saya berkali-kali bunuh diri." Atmosfer di antara mereka kembali berubah. Tapi Urania justru tersenyum, "saya minum racun, saya melukai diri saya sendiri, dan yang terakhir adalah saat saya memaksa untuk menyembuhkan Anda. Tapi semuanya sia-sia. Saya masih hidup. Itu adalah alasan mengapa saya ingin mencoba cara kematian yang lain di medan perang."

The Villainess Just Want to Die PeacefullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang