54. Bump

5.2K 514 17
                                    

Selamat membaca. Jgn lupa vote dan komen.

***

Usai rapat, Zione mendapatkan kabar bahwa Urania meninggalkan mansion. Pria itu melihat ke kamar Urania, dan sangat terkejut saat gadis itu membenahi baju-bajunya yang ia bawa dari kediaman Marquess. Zione mencari Soria dan bertanya kemana Urania pergi.

"Nyonya ke ibu kota, Tuan."

Begitulah kata Soria.

Zione mengepalkan tangannya erat. Urania nekat ke ibu kota pasti hendak mengajukan permohonan cerai. Itu karena Urania pasti belum tahu bahwa raja memintanya untuk menyembuhkan ratu.

Zione memerintahkan Hugo untuk menunda jadwalnya besok. Lalu mengatakan pada Ash untuk menyiapkan kudanya. Ia akan mengejar Urania. Ia pasti bisa mencegah Urania sampai ke ibu kota saat gadis itu berhenti untuk istirahat.

Akhirnya Zione dan Ash pergi ke ibu kota dengan menunggang kuda di bawah hujan salju yang perlahan mulai lebat. Tak kunjung menemukan kereta kuda yang Urania naiki berhenti di pinggir jalan, Zione mengencangkan laju kudanya. Sementara Ash di belakangnya was-was seandainya terlalu cepat, kuda bisa tergelincir.

Zione dan Ash terpaksa berhenti beberapa kali selama perjalanan karena cuaca tidak memungkinkan. Ash juga meyakinkan Zione bahwa Urania saat ini mungkin sudah sampai ibu kota.

"Tuan, kemungkinan jalanan akan tertutup salju." kata Ash.

"Aku akan memerintahkan orang untuk menyingkirkan saljunya."

"Tapi ini sudah hampir tengah malam."

"Bukankah semakin cepat semakin baik?"

Ash menghela napas. Tidak bisa menahan Zione. Mereka melanjutkan perjalanan setelah salju cukup reda dan jalanan sedikit bersih dari salju.

Tiba di ibu kota, Zione segera memacu kudanya ke istana kerajaan. Di sana penjaga gerbang segera membuka gerbang setelah melihat Zione datang menunggangi kudanya bersama dengan pengawalnya, Asher. Zione meninggalkan kudanya begitu saja dan Ash dengan sigap meraih tali kekang kuda itu supaya tidak pergi kemana-mana. Di kondisi seperti ini Ash cukup bingung. Pasalnya baru kali ini Zione uring-uringan karena seorang wanita, dan wanita itu adalah istrinya sendiri.

Zione menghentikan seorang pelayan dan menayakan dimana Urania berada. Karena merasa terintimidasi dengan tatapan Zione, pelayan itu mengantarkan Zione ke kamar tamu Urania dengan gugup. Takut sekali dengan aura gelap milik Archduke itu.

Brak!

"Urania?" panggil Zione. "Ayo kembali." Urania berdiri dan menggeleng cepat. "Maafkan aku, yang Rezeef bilang memang benar, tapi itu dulu. Dulu saat aku masih diliputi perasaan curiga dan emosi. Aku mohon kau percaya padaku." Zione mendekati Urania. Tapi Urania enggan melihat ke arah Zione. Takut jika ia goyah atau luluh.

"Katakan sesuatu, aku tidak akan membiarkan siapapun membawamu kemanapun." kata Zione lagi.

"Anda membohongi saya lagi?" tanya Urania dengan alis bertaut. "Anda bilang akan menceraikan saya setelah 1 tahun. Anda bilang saya yang harus meminta izin bercerai pada Baginda Raja. Saat ini saya sedang melakukan itu, kenapa Anda mendadak berubah pikiran? Apa lagi-lagi Anda mempermainkan saya?"

Zione menggeleng. Ia tidak bisa membela diri karena semua memang salahnya.

"Salahkan aku atas semua yang terjadi, tapi aku tidak setuju dengan perceraian ini."

"Baginda Raja sudah mengetahuinya. Anda terlambat. Dan besok saya akan menghadap Beliau lagi." Urania memalingkan wajahnya. Mengabaikan Zione. Pria itu terlihat lusuh dan frustasi, tapi tetap saja Urania mengabaikannya. "Tolong Anda keluar dari sini. Saya ingin istirahat."

The Villainess Just Want to Die PeacefullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang