Boneka Pembawa Petaka

144 5 0
                                    

"Jauhi anak saya."

Amplop yang kemungkinan berisi uang itu disodorkan ke hadapan gadis berambut panjang.

"Ambil uang itu dan tinggalkan Bima."

Tangan dengan jari-jari yang lentik itu menggeser kembali amplop di hadapannya. "Saya gak bisa, Tante. Saya mencintai Bima."

Demi uang yang pasti berjumlah banyak itu, Rachel tidak akan menukar Bima dan cintanya dengan uang atau apapun. "Saya dan Bima saling mencintai, Tante," ujar Rachel mencoba bersikap tenang.

"Bima dan kamu tidak mungkin bersama, Rachel. Saya tahu kalian saling mencintai, tapi kalian tidak seharusnya bersama." Hani— ibunda dari Bima berkata terus terang. "Kasta kalian berdua berbeda. Bima itu ibaratnya Raja di sebuah istana, dan kamu hanya seorang pelayan di istana tersebut."

Namun, Rachel pernah membaca cerita jika seorang pelayan bisa membuat pemimpin kerajaan jatuh cinta. Di drama yang pernah ia tonton pun, Rachel melihat kisah seperti itu. Jadi, bukankah tidak masalah jika Bima Raja dan dirinya hanya seorang pelayan?

"Saya akan tetap bersama Bima, Tante."

Hani menggeram pelan. Ia memandang Rach tidak suka. "Ambil uang itu, Rachel. Saya tahu kamu hanya butuh uang dari Bima."

Bahkan Rachel tidak pernah tahu jika Bima seorang anak dari pengusaha kaya raya. Dirinya baru tahu fakta ini dua bulan yang lalu dan kenyataan itu cukup membuatnya terkejut.

"Ada cek kosong yang sudah saya tanda tangani. Kamu bisa mengisi jumlah nominal sesuai yang kamu inginkan." Kali ini Hani melempar pelan selembar kertas pada Rachel. "Sekalian ambil uang itu dan ingat perkataan saya untuk menjauhi Bima," katanya, lalu beranjak meninggalkan Rachel sendirian.

Rachel pernah berharap jika dirinya akan mendapat uang dari keluarga laki-laki kaya raya dengan alasan agar menjauhi putra kesayangannya. Sekarang harapan itu terwujud. Akan tetapi, Rachel tidak bahagia seperti dalam angannya.

Sebab, Rachel mencintai Bima. Laki-laki baik hati yang ia temui di tempat dirinya bekerja.

Helaan napas lelah lolos dari celah bibir Rachel. Ia menarik amplop dan kertas di dekat tangannya. Detik berikutnya, ia memasukan pemberian Hani ke dalam tas berwarna putih tulang miliknya.

"Biar nanti aku berikan uang dan kertas cek ini pada Bima," gumamnya kemudian pergi dari kafe bergaya klasik tersebut.

Dengan tujuan mengembalikan pemberian Hani, Rachel menaiki ojek online untuk segera sampai ke apartemen kekasihnya. Setelah membayar ongkos, perempuan yang mempunyai lesung pipi itu lantas bergegas secepat mungkin. Jadwal kerjanya sebentar lagi akan dimulai, ia harus segera bertemu Bima.

Sudah beberapa kali Rachel datang ke apartemen Bima. Ia sudah hapal kata sandi pintu apartemen itu sehingga tidak perlu repot menghubungi Bima terlebih dahulu. Rachel yakin kekasihnya sedang ada di dalam dan sedang asyik menonton tayangan sepak bola.

Begitu masuk Rachel dikejutkan dengan suara tawa yang ia hapal pemiliknya adalah Bima. Apa kiranya yang sedang Bima tonton sampai membuat tertawa begitu hebat?

"Aku minta maaf! Iya, iya aku menyerah."

Minta maaf? Rachel mulai curiga jika Bima bukan sedang menonton film atau sejenisnya.

"Bima," panggil Rachel mencoba tidak menerobos langsung ke dalam kamar. "Sayang, kamu gak apa-apa? Ini aku, Rachel."

Tawa Bima mendadak berhenti. Diganti suara gaduh yang semakin membuat Rachel penasaran setengah mampus.

"Eh, kamu kok gak bilang-bilang mau ke sini?" Akhirnya Bima menampakan diri dengan kemeja biru langit yang berantakan.

Rachel menaikan sebelah alisnya. "Kamu gak apa-apa? Aku dengar kamu ketawa keras, abis itu kamu bilang minta maaf."

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang