Hutang yang dimiliki ibunya sudah lunas. Uang yang diterimanya sudah diberikan secara langsung kepada Bu Meta. Rachel tersenyum seraya terus mengatakan terima kasih.
"Kamu gak nyuri, kan? Kalau uang ini hasil curian, saya gak mau nerima." Bu Meta melayangkan tatapan curiga. "Saya mau rumah kamu aja, Rachel. Uang ini pasti hasil curian kan?"
Jika dipikir memakai logika memang terasa aneh Rachel bisa mendapatkan uang dalam jumlah besar dalam waktu yang begitu singkat. Namun, Rachel tidak mencuri. Ia hanya menerima tawaran dan mendapat imbalan besar. "Ini uang saya, Bu. Dan saya jamin kalau uang ini bukan hasil curian."
"Yakin?" Bu Meta masih saja tidak percaya.
"Yakin, Bu," jawab Rachel mantap. "Terima kasih ya, Bu. Kalau gitu saya permisi dulu."
Bu Meta mengalihkan pandangannya pada Rachel. "Ya udah sana pulang. Saya terima uangnya dan hutang Ibu kamu lunas," ujarnya tersenyum senang.
Kaki Rachel melangkah keluar rumah Bu Meta dengan senyuman kecil di bibirnya. Hari ini semua masalah hutangnya sudah selesai. Besok dan seterusnya, ia akan menghadapi masalah baru.
Saka Gumilang.
Bahkan memikirkannya saja sudah membuat kepala Rachel mendadak pening. Sekarang ia malah benar-benar sedang melihat sosoknya. Sedang melambaikan tangan sembari meloncat-loncat kecil. Persis seperti seorang anak kecil yang sedang menyambut orang tuanya datang kerja. Rachel menghela napas, mulai menyiapkan diri jika Saka akan mengoceh banyak hal.
"Selamat malam, Pak." Rachel menarik kedua sudut bibirnya ke atas.
Saka mengibaskan tangan. "Jangan sok formal gitu dong, Chel. Kita kan bakal segera menikah."
Oh, sepertinya beliau ini sudah tahu. Rachel mengangguk kecil. "Siap, Pak."
"Jadi, kapan kita akan menikah?"
"Sebelum kita sampai ke sana, saya mau tanya beberapa hal sama Pak Saka?"
"Apa?" tanya Saka.
"Apa pernikahan ini hanya akan bertahan sampai Pak Saka dapat warisan? Apa ada kontrak tertulis di antara kita berdua?"
Bahkan sejujurnya Saka tidak sempat berpikir sampai ke arah sana. Ia sibuk memikirkan bagaimana caranya Rachel mau menikah dengannya kemudian dirinya dapat warisan. Itu saja. Namun, sepertinya Rachel berpikir lebih jauh darinya.
Saka menimbang sejenak jawaban apa yang seharusnya ia berikan. "Tidak akan ada kontrak di antara kita. Dan, pernikahan kita tidak akan berakhir begitu saja."
"Lantas? Pak Saka menikahi saya hanya untuk mendapatkan warisan kan? Setelah dapat, bukankah semuanya sudah selesai?"
Rachel selalu berharap jika ia menikah dengan laki-laki yang berhati lembut seperti ayahnya. Namun, Rachel justru harus menikah dengan Saka yang tingkahnya saja kadang di luar akal sehatnya.
"Saya bisa saja jatuh cinta sama kamu, kan? Setelah kita menikah, kita akan lebih sering bersama, dan itu tidak menutup kemungkinan kalau saya bisa saja cinta sama kamu."
Saka tidak akan menampik lagi dan mengakui kalau Rachel memang menarik. Ia juga tidak ingin patah hati terlalu lalu setelah berpisah dari Amanda. Bersama Rachel, ia percaya jika suatu hari nanti akan ada perasaan yang tumbuh di antara mereka. Saka juga menginginkan hal yang sama seperti Rachel. Hal baik tentang masa depan dan pernikahannya.
"Pak Saka ada rencana suka sama saya?" tanya Rachel mengerjapkan mata. "Bapak pasti lagi bercanda, kan?"
"Gak boleh? Kamu gak suka sama saya? Saya ganteng, baik, kaya raya lagi."
Kontan Rachel mendelik mendengar jawaban itu. Jawaban luar biasa yang membuat perutnya melilit. "Pak Saka aja yang jatuh cinta sama saya. Saya sih gak minat."
"Kalau saya jatuh cinta sama kamu, itu artinya saya akan membuat kamu cinta sama saya juga." Saka menjelaskan sambil tersenyum manis. "Saya gak suka cinta bertepuk sebelah tangan. Jadi, saya akan berusaha supaya kamu juga cinta sama saya."
"Jadi, Pak Saka gak bakal menceraikan saya begitu saja setelah dapat warisan itu?" tanya Rachel kembali ke obrolan mereka.
Saka menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Rachel. "Saya akan tetap mempertahankan kamu."
Pintu yang terbuka membuat Rachel dan Saka kompak menoleh ke sumber suara. Di ambang pintu ada neneknya Rachel sedang menatap kedua anak manusia itu secara bergantian. "Kamu ngapain ngobrol di luar? Kenapa Saka-nya gak diajak masuk?"
Saka menyentuh tengkuknya seraya tersenyum. Demi Tuhan setiap kali ia kepergok sedang berduaan bersama Rachel dan mengobrol secara sembunyi-sembunyi, Saka merasa jantungnya mau copot. Persis seperti ketahuan guru ketika ia menyontek sewaktu ulangan.
"Ah, gak usah, Nek." Saka berkata ramah. "Saya cuma mau nganterin Rachel aja."
"Nenek belum tidur?" Rachel meninggalkan Saka dan berlari ke arah neneknya.
Melihat Rachel pergi membuat Saka langsung ikut berlari kecil. Mencium tangan Rini, Saka memamerkan senyumannya ketika merasakan lengannya diusap dengan pelan. "Hari ini saya gak bawa apa-apa, Nek. Besok saya bawa nasi goreng yang biasa, ya."
"Gak usah repot-repot. Kamu bisa datang ke sini kapan aja. Gak perlu bawa apa-apa."
Dan Rachel baru menyadari jika neneknya sudah akrab dengan Saka. Ia melewatkan kedekatan keduanya. Saka memang sering datang ke rumah dengan alasan yang kadang tak masuk akal, dan Rachel baru menyadari jika hal itu sepertinya yang membuat mereka akrab.
"Chel, kamu udah kasih tahu Nenek?" tanya Saka tiba-tiba.
Kepala Rachel menggeleng cepat sembari melotot. "Jangan dibahas," pintanya.
"Oke." Saka mengangguk paham. "Nek, saya pulang dulu, ya. Udah malam takut ada setan di jalannya," katanya cekikikan.
Rini ikutan terkekeh. "Hati-hati. Kabarin Rachel kalau udah sampai."
Saka mengangguk semangat lalu meninggalkan Rachel dan neneknya yang masih menatap kepergiannya.
"Apa yang belum kamu kasih tahu sama Nenek?" tanya Rini memutar kepalanya ke arah Rachel.
Apa Nenek gak bakalan pingsan kalau tahu tentang ini? Rachel menggigit bibir bagian dalam.
Semua keputusan memang ada di tangannya. Namun, ini semua terasa mendadak. Rachel yakin neneknya pasti akan sangat terkejut dengan berita yang dibawanya sekarang. Jadi, Rachel memilih menggiring neneknya ke dalam rumah.
Rini membalikkan berhenti dan membalikkan badan. "Kenapa? Ada masalah apa lagi kali ini?"
Entah berapa kali Rachel menarik napas dan membuangnya secara perlahan. Ia gamang akan memberitahu tentang ini. Akan tetapi diberitahu sekarang atau nanti pun neneknya akan tetap tahu, kan?
"Apa Meta terus-terus ngancam kamu lagi?" tebak Rini yang dibalas gelengan kepala oleh Rachel.
"Hutang Ibu udah lunas, Nek."
"Lunas?" Rini memastikan kembali. "Hutang itu kan banyak, Chel. Kamu dapat dari mana uangnya?"
"Pak Saka." Rachel mencoba memamerkan senyumannya. "Aku menerima tawaran Pak Saka. Aku mau menikah sama dia."
Rachel jelas melihat ekspresi terkejut neneknya, tetapi beberapa detik kemudian Rachel kembali melihat seulas senyuman terpatri di bibirnya. Tubuh Rachel dipeluk dan mendapat usapan lembut di punggung.
Menangis memang tidak akan pernah menyelesaikan masalah, tapi Rachel akan selalu menangis jika bebannya terasa begitu berat dan mendapat sandaran dari sang nenek. Usapan di punggungnya terasa begitu menenangkan. Hari ini sungguh melelahkan. Pelukan dari neneknya obat paling mujarab agar semuanya kembali baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You
RomanceDemi mendapatkan warisan, Saka Gumilang rela menurunkan gengsi dan melamar Rachel Samantha yang tidak lain ada karyawannya sendiri. Masalahnya, Rachel sudah memiliki kekasih. Saka bingung bagaimana mendapatkan Rachel yang super cerewet dan keras ke...