Kunjungan Tuan Putri

34 5 4
                                    

Rachel sungguh dipecat oleh Saka.

Kemarin malam sepanjang perjalanan menuju rumah mereka berdua terus berdebat mengenai kelanjutan tentang pekerjaan Rachel untuk ke depannya.

Saka yang tetap pada pendiriannya untuk memberhentikan Rachel. Alasannya sederhana. Ia hanya ingin Rachel lebih banyak menghabiskan waktu dan mempersiapkan diri untuk menjadi istrinya. Lagipula ia tidak mungkin memperkerjakan calon istrinya di kafe.

Sedangkan Rachel tak mau kalah dan menyanggah semua alasan yang diberikan oleh Saka.

"Pak, saya harus bekerja. Ya kali cuma karena bakalan jadi istri Pak Saka, saya harus berhenti bekerja."

"Justru karena kamu akan menjadi istri aku, kamu harus segera berhenti bekerja." Saka masih berusaha sabar menghadapi Rachel. "Di rumah saja, Rachel. Aku mau kamu istirahat."

"Jadi, saya beneran dipecat?"

"Loh, dari tadi aku ngomong kamu anggap apa?" tanya Saka mengembuskan napas kasar. "Iya, kamu dipecat. Diam di rumah. Mulai hari ini segala kebutuhan kamu dan Nenek biar jadi tanggung jawab aku."

Rachel resmi menjadi pengangguran.

Sejak lulus sekolah, Rachel langsung mencari pekerjaan supaya ia bisa bertahan hidup dengan neneknya. Kepergian ibunya membuat ia harus mencari uang bukan hanya untuk bertahan hidup, tapi juga untuk melunasi hutang yang ditinggalkan ibunya. Rachel jarang merasakan waktu bersantai jika bukan di hari libur.

Sedangkan hari ini terasa berbeda. Terasa aneh rasanya ia sedang duduk seorang diri sembari menonton saluran televisi yang sedang menayangkan acara berita selebriti. Seharusnya hari ini dirinya sedang melayani pelanggan di kafe. Sayangnya karena keputusan Saka membuatnya malah sedang melamun.

Pintu rumah yang diketuk beberapa kali membuat Rachel menarik diri dari lamunannya. Remote di tangannya ia simpan di sofa lalu bergegas secepat mungkin untuk membuka pintu.

"Sebentar," kata Rachel membuka pintu dan melihat siapa yang datang.

"Lama amat," sentaknya sembari menatap Rachel dari ujung kepala sampai ke kaki. "Rumah lo gak sebesar itu sampai lo lelet buka pintu."

Hari yang benar-benar luar biasa untuk Rachel. Ia bahkan tidak tahu jika dirinya akan kedatangan seorang tamu agung dari kerajaan di seberang sana. Seandainya ia tahu jika tuan putri yang akan datang, Rachel akan menyiapkan karpet merah dan menabur bunga dari gang depan sampai ke rumahnya.

"Lo dipecat sama Saka?" tanyanya jelas sekali tidak suka. "Lo butuh duit berapa sih sampai mau menikah sama Saka?" Amanda sekali lagi bertanya.

Rachel menarik kedua sudut bibirnya. "Mau masuk ke dalam dulu, Mbak?"

Amanda berdecak kesal. "Ogah. Gue takut banyak kuman di rumah lo."

Amanda tidak tahu saja jika Rachel rajin membersihkan rumah setiap hari sebelum berangkat kerja. Namun, jika ia menjelaskan pun rasanya percuma.

Telunjuk Amanda menyentuh bahu Rachel secara singkat. "Jawab pertanyaan gue. Lo butuh duit berapa sampai mau jadi istrinya Saka? Gue bisa kasih duit itu sama lo." Suaranya terdengar ketus sekaligus meremehkan. "Jauhin Saka dan gue bakalan kasih uang yang lebih banyak buat lo."

Kejadian seperti waktu itu terulang lagi? Setelah disuruh menjauhi Bima, sekarang ia disuruh menjauhi Saka. Uang memang mudah membuat keadaan menjadi berubah. Sialnya, Rachel tidak banyak memiliki uang yang banyak sehingga harus kembali mengalami hal yang sama seperti waktu itu.

"Gue tahu lo setuju menikah sama Saka karena uang kan? Berapa ratus juta?"

"Mbak Amanda yakin bisa kasih saya uang yang lebih banyak daripada yang Pak Saka kasih sama saya?" tanya Rachel setelah beberapa saat terdiam. "Kalau Mbak Amanda bisa kasih saya uang itu, saya pikir uang itu mending dipake buat belanja barang yang Mbak mau."

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang