Kebohongan Lain

15 2 1
                                    

Baik Rachel maupun Amanda sama-sama memasang wajah datar. Keduanya sibuk menjaga ekspresi wajah supaya Saka tidak curiga apa yang sedang dibicarakan.

Amanda dengan angkuh menatap Rachel yang kini juga sedang menatapnya. Jujur saja Amanda merasa jika Rachel tidak bisa ia remehkan begitu saja. Bagaimana Rachel yang masih terlihat tenang setelah mengetahui kenyataan yang ia beritakan membuatnya merasa geram. Sial, bahkan Rachel masih bisa tersenyum manis pada Saka yang datang dan berdiri sembari melingkarkan tangan di pinggangnya.

Seharusnya Rachel marah dan langsung mendamprat Saka karena laki-laki itu masih berhubungan dengan seseorang yang membuat ayahnya meninggal. Namun, kenapa Rachel malah terlihat santai?

"Mbak Amanda mau ngucapin selamat sama kita, dan minta maaf karena gak bisa datang ke pernikahan kita."

Sekali lagi Amanda dibuat mengumpat oleh Rachel yang seolah tidak terjadi apa-apa. Membual cerita lain dan terus menatap Saka dengan tatapan yang menyebalkan. Amanda sungguh ingin mencakar wajah Rachel saja rasanya.

Nyatanya Rachel lebih jago bermain peran daripada Amanda. Meski dalam hati begitu marah, Rachel berusaha sekeras mungkin untuk tidak menunjukan semua itu. "Makasih ya, Mbak," kata Rachel mengulas senyumannya. "Kita gak masalah kok kalau kemarin Mbak Amanda gak bisa datang. Lagian aku paham kalau Mbak Amanda pasti sibuk banget."

"Dan sebenarnya lo gak perlu datang ke sini sih." Saka menimpali perkataan Rachel yang terdengar begitu ramah.

Tawa ringan Amanda menanggapi ucapan ketus Saka. Laki-laki yang pernah begitu memuja dan mencintainya kini terlihat begitu berbeda. Semua ini karena Rachel. Amanda yakin jika Saka tidak akan semakin membencinya jika saja Rachel tidak datang dan mengacau pikiran Saka. Meski begitu ia akan tetap tenang dan membuat semua keadaan kembali ke tempat semula. Saka kembali ke dalam pelukannya dan Rachel kembali hidup menderita.

Membuang segala gengsi dan malu, Amanda memberanikan diri mendekati Saka. Bibir yang dipoles oleh lipstik berwarna merah itu membentuk sebuah senyuman. "Aku siap kapanpun saja kalau kamu mau balikan sama aku."

"Apa sih? Ngelantur mulu omongan lo." Saka mendelik kesal. "Saran gue, lo mendingan temuin Fajar aja sana. Gue sama Rachel mau menikmati masa-masa pengantin baru."

Amanda tersenyum miring. Kini, ia merasa sangat penasaran sampai kapan mantan kekasih tercintanya itu bisa bertahan dengan Rachel. Yang sekarang ia yakini hanya satu; hubungan Saka dan Rachel tidak akan bertahan lama. Saka akan mendapat kebencian dari Rachel sehingga laki-laki itu merasakan sakit.

"Jangan gitu," tegur Rachel mencoba menengahi. "Kalau ada tamu tuh disambut dengan baik."

"Ogah. Gue malas disambut dengan baik sama lo. Lagian gue ke sini bukan mau ketemu sama lo. Gue mau ketemu sama Saka." Amanda kembali menunjukan sikap aslinya.

"Gue gak mau ketemu sama lo," sahut Saka enteng. "Kalau gak ada urusan lain lagi, lo mending buruan pulan." Saka kembali terang-terangan mengusir Amanda.

Amanda mengangguk paham. Lagipula sejak perpisahan mereka, Saka memang secara jelas menghindarinya. Jadi, sekarang ia tidak merasa sakit hati sedikit pun kala mendapat penolakan keras. "Oke. Aku bakal pulang dan ketemu sama Fajar, tapi nanti malam kita ketemu ya. Di tempat biasa kita menikmati malam yang indah bersama," ujarnya begitu enteng.

Dalam hati Rachel ingin buru-buru masuk ke dalam. Ia malas menanggapi Amanda dan segala obsesinya pada Saka. Ia jengah melihat tingkah perempuan itu yang entah kenapa seperti tidak punya rasa malu.

Saka semakin geram dengan Amanda. "Gue gak ada waktu buat ketemu sama lo. Yuk masuk, sayang," ajak Saka sembari membawa Rachel ke dalam dan buru-buru mengunci pintu.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang