Cerita Dalam Semangkuk Mie

39 1 0
                                    

Sebelumnya, Rachel selalu merasakan damai dan nyaman ketika hari libur kerjanya tiba. Tidak bertemu banyak orang, bisa bersantai dengan sang nenek, dan bisa lebih lama di atas kasur. Namun, belakangan ini liburnya terasa tidak menyenangkan.

"Pak Saka gak kerja?"

Saka menggeleng pelan. "Di kafe kondusif, kok. Saya bosan, jadi saya mending ke sini aja."

Pintu rumahnya dibuka sangat lebar. Selain karena takut ada fitnah karena ada laki-laki di rumahnya, Rachel juga sengaja membuka pintu itu agar Saka sadar dan segera pergi. Sialnya, Saka tidak paham dan malah memejamkan mata.

"Pak Saka ke rumah saya mau numpang tidur?" tanya Rachel. "Mending pulang aja, Pak. Tidur di rumah biar lebih enak." Rachel masih di posisi sebelumnya. Berdiri dan tidak berani duduk berhadapan dengan Saka.

Saka membuka mata. Ia menemukan Rachel masih betah seperti sebelumnya. "Kamu gak suka saya main ke sini?"

Rachel menggelengkan kepala. Saka mendengus kesal.

"Saya mau masak mie, Pak. Kalau Pak Saka mau tidur silakan. Kalau mau pulang juga silakan banget."

"Sekalian dong. Saya juga mau mie. Nanti saya bayar deh."

"Oke." Bukan karena bayaran, Rachel memilih setuju karena tidak ingin berdebat terlalu lama dengan Saka. Jadi, ia buru-buru berlari ke dapur dan melanjutkan niatnya yang tadi sempat tertunda.

Dua mangkuk berisi mie soto sudah ada di meja makan. Rachel memanggil Saka beberapa menit yang lalu. Laki-laki itu dengan sigap berlari kecil menghampiri Rachel yang sudah lebih dulu duduk.

Seakan baru mengenal makanan instan itu, Saka sedikit memiringkan kepalanya ketika melihat kepulan asap yang terasa menggelitik hidungnya.

"Jangan bilang Pak Saka gak pernah makan mie instan?" tanya Rachel curiga.

"Enak aja," sanggah Saka cepat. "Saya pernah makan mie instan kok. Cuma bukan yang kayak gini."

"Oh, mie yang biasa Pak Saka makan pasti mahal, ya?" Rachel mulai mengaduk makanan kesukaannya. "Itu mie soto. Pak Saka cobain aja dulu. Kalau gak suka, gak apa-apa gak usah dimakan."

Saka pernah makan mie instan. Namun, sepertinya itu bisa dihitung pakai jari. Mungkin setahun tiga sampai lima kali? Saka selalu menikmati makanan yang sudah disiapkan oleh Bi Ningsih. Kalau tidak makan di rumah, Saka pasti akan memilih makan di restoran atau pesan makanan cepat saji.

Sendok berisi kuah mie itu terlihat menggoda. Kuah itu berhasil masuk ke mulut Saka dan membuatnya terbelalak. "Enak!"

Diam-diam Rachel mengulum senyum melihat mata bosnya yang berbinar. Saka benar-benar orang kaya yang tak pernah memakan makanan dari kalangan menengah ke bawah.

"Pelan-pelan, Pak. Gak bakal saya ambil kok mie-nya." Rachel terkekeh pelan.

Cengiran lebar diberikan oleh Saka sebagai balasan atas perkataan Rachel. Ia tidak merasa malu jika dirinya sekarang seperti orang norak karena merasakan enaknya sebuah makanan. Saka sungguh baru tahu jika ada mie kuah yang rasanya enak seperti ini.

"Pak Saka beneran gak pernah makan mie, ya?" Rachel sekali lagi memastikan. Melihat Saka yang begitu menikmati makanannya membuat ia berpikir kalau Saka belum pernah sama sekali menyentuh makanan bernama mie kuah rasa soto.

Saka mengangguk pelan. "Saya jarang makan mie. Dan kalau saya makan mie, saya gak pernah makan mie kuah. Selalu mie goreng."

Rachel geleng-geleng kepala mendengar pengakuan barusan. Namun, ia membiarkan Saka menikmati mie buatannya. Tangannya bergeser menarik ponselnya yang bergetar.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang