Kita Usahakan Baikan Itu

18 0 0
                                    

Jika ada yang menyadari perubahan sikap Saka, mungkin orang itu akan menebak kalau Saka sedang jatuh cinta. Persis remaja yang baru memulai kisah cintanya bersama seseorang yang sangat dicintai. Saka juga seperti itu. Akhir-akhir ini, ia menjadi sering tersenyum tanpa alasan yang jelas.

Sebenarnya ada yang menyadari hal itu. Orang tersebut mulai jengah dan ingin menepuk kepala Saka karena tingkahnya mulai tidak beres. "Lo lagi naksir siapa sih? Muka lo kayak taman bunga banget."

"Sok tahu," cibir Saka meneguk minumannya. "Gue gak lagi suka sama siapa-siapa kok."

"Lo gak pinter bohong, bodoh. Lagian akhir-akhir ini lo jadi sering salah tingkah. Mana kadang senyum-senyum sendiri lagi." Rangga tidak dapat dibohongi Saka begitu saja. Mereka berteman bukan hanya sehari dua hari. "Lo gak mau ngaku lagi suka sama siapa?"

Saka memang belum bercerita pada siapapun jika dirinya sudah bertemu lagi dengan Rachel. Ia ingin menyimpan itu semua sendirian sampai akhirnya Rachel benar-benar bisa menerima kehadirannya kembali. Namun, sepertinya Rangga harus diberitahu. Saka tidak mau membagi cerita sedih saja, ia harus berbagi bahagia juga.

"Gue ketemu sama Rachel. Gue tahu tempat Rachel bekerja." Saka akhirnya memberikan alasan kenapa belakangan ini hari-harinya terasa jauh lebih berwarna.

"Lo? Lo masih suka sama dia?" Rangga menggelengkan kepala tak percaya. "Udah setahun lebih, dan lo masih cinta sama Rachel? Eh, tolol itu cewek-cewek yang suka lo ajak jalan statusnya apaan? Gue kira lo udah move on makanya udah berani jalan sama cewek lain," cerocos Rangga emosi sekaligus gemas. Saat ini ia benar-benar tidak menyangka jika perasaan yang dimiliki Saka masih untuk Rachel.

Saka mengangkat bahu acuh. "Mereka cuma teman gue. Masa lo gak tahu gue masih sayang sama Rachel, sih? Lo gak sadarkah kalau di kepala gue masih ada nama Rachel?"

"Bodo amat. Lo kalau mau deketin Rachel lagi jangan buru-buru. Lo tahu kan gimana dulu sama dia? Pelan-pelan aja," saran Rangga kali ini serius. "Tapi emang dia mau balikan sama lo? Rachel kayaknya udah ogah sama lo, deh."

Mulut siapa yang berbicara seperti itu? Saka tidak segan menginjak kaki Rangga sampai meringis. "Jaga mulut lo. Setidaknya kalau gue gak balikan lagi sama dia, hubungan gue sama Rachel bisa baik-baik aja kayak sebelumnya."

Oh lihatlah, ternyata memang hanya Rachel yang berhasil membuat Saka seperti ini. Rangga sudah lama tidak melihat sahabatnya tersenyum lebar karena sesuatu hal yang tidak jelas.

"Lo mau pergi sama pacar lo gak? Mau gue beliin bunga gak? Gue mau ke tempat kerjanya Rachel." Saka ingin bertemu lagi Rachel, tapi ia ingin mempunyai alasan agar tidak terlalu jelas jika kedatangannya tanpa alasan yang jelas. "Gue beliin yang paling bagus deh. Lo mau ketemu sama Lidya kan?"

"Duit gue masih banyak kalau cuma buat beli bunga. Rachel kerja di toko bunga apa gimana? Kok tiba-tiba nawarin bunga?" Rangga menanyakan itu yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Saka. "Buat alasan lain aja."

Saka menimbang apa yang dikatakan Rangga. Ia memutar otak guna memikirkan apa yang harus ia katakan nanti jika bertemu Rachel. "Gue pergi dulu. Bantu doa yang banyak biar Rachel baik sama gue. Nanti kalau gue sama Rachel baikan, gue kecup ubun-ubun, lo."

Tolol. Rangga selalu heran kenapa mengenai Rachel selalu membuat Saka antusias. Rangga terkadang masih tidak percaya jika Saka justru akan cinta mampus pada Rachel yang pada awalnya hanya dijadikan sebagai jalan agar dirinya mendapat warisan.

••••

Demi Rachel, Saka rela melewati jalan yang macetnya membuat emosi jiwa. Kalau bukan karena akan bertemu Rachel sudah dipastikan sekarang Saka sedang misuh karena macet yang sebenarnya sudah jadi makanan sehari-hari ibu kota. Namun karena ini akan bertemu Rachel, jadi Saka justru sedang tersenyum sembari bersenandung kecil.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang