Tidur yang Nyenyak

12 1 0
                                    

"Kamu tahu itu sejak kapan?" Rachel memperhatikan jarinya yang sedang disentuh oleh Saka.

"Kapan ya?" Saka tampak berpikir sejenak, seolah sedang menggali ingatan lama yang sudah lama ia simpan dan ia lupakan. "Kayaknya pas lulus SMA. Aku tahu itu semua karena nemu buku harian Ibu di gudang," papar Saka.

Rachel sepertinya sudah gila. Ia seakan lupa jika dirinya sudah berjanji tidak akan memiliki perasaan lebih pada Saka. Rachel juga lupa jika dirinya sudah berjanji tidak akan pernah ikut campur apapun perihal Saka. Namun, kenyataan yang dibawa Saka tadi siang membuatnya setengah mampus kepikiran sampai sekarang.

Dalam posisi yang sangat langka, Rachel merasa nyaman bersandar di pelukan Saka sembari mendengarkan kisah tentang hidup laki-laki yang sekarang sedang menggenggam tangannya.

"Ayah gak cuma bohong sama kamu, Chel. Ayah juga berbohong sama aku selama bertahun-tahun." Saka sedikit memiringkan kepalanya untuk melihat Rachel. "Tapi aku gak bisa benci apalagi dendam sama Ayah," ujar Saka lalu terkekeh pelan.

Bahkan pada ibunya juga Saka tidak bisa menaruh perasaan benci meski beberapa kali telah membuatnya ketakutan.

"Aku juga gak bisa benci sama Ibu walaupun kadang Ibu suka galak sama aku." Saka tertawa mengingat kilasan masa lalunya.

Jadi seperti ini kah mimpi buruk yang selalu dialami oleh Saka? Tentang masa lalunya yang ternyata membuat Rachel meringis. Saka tertawa. Apa itu jenis tawa bahagia atau hanya sekadar penutup luka?

Saka tersenyum kecil kala melihat tautan tangannya dan Rachel. Ah, tangan Rachel memang diciptakan untuk ia genggam seperti sekarang. "Terima kasih," ungkapnya.

"Tiba-tiba banget bilang makasih." Rachel mengerutkan kening menatap Saka. "Makasih buat apa?"

"Untuk saat ini. Untuk hari kemarin, dan untuk hari berikutnya." Saka mendorong Rachel semakin erat ke dalam pelukannya.

"Lepas, aku mau tidur." Rachel meloloskan tangan dan dirinya dari Saka. "Udah malam, jangan begadang terus. Besok kamu harus kerja lagi kan? Tidur," celotehnya tanpa berniat menatap sang lawan bicara.

Ternyata Rachel kembali ke pengaturan awal. Saka geleng-geleng kepala melihat perubahan sikap Rachel yang begitu cepat. Namun tidak apa. Rachel yang bersedia mendengarkan cerita sembari ia peluk saja sudah jauh lebih baik. Sudah membuktikan jika Rachel sebenarnya peduli.

"Mana gulingnya? Sini biar aku taruh di tengah." Saka berusaha meraih guling yang sejak tadi berada di belakang tubuh Rachel.

Tangan Rachel menahan Saka yang hendak mengambil benda empuk itu. "Gak usah, biarin aja. Malam ini aku mau peluk kamu."

Bisa semakin gila saja Saka rasanya kalau Rachel seperti ini. Bagaimana istrinya mengatakan itu dengan wajah yang super datar dan mata yang terpejam? Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Saka buru-buru membawa tubuhnya untuk tidur di samping Rachel. Senyuman bahagianya tidak bisa ia sembunyikan saat Rachel bersungguh-sungguh atas ucapannya.

"Tidur yang nyenyak, Saka. Jangan sampai bermimpi apapun walaupun itu mimpi yang indah. Terima kasih sudah bertahan. Kamu hebat. Mari bertahan lebih lama lagi dan semoga tetap bisa bersama." Sederet kalimat itu dikatakan Rachel tanpa melihat Saka yang masih membuka mata. Kalimat panjang itu ia katakan seraya mengusap penuh kasih punggung lebar Saka.

Mungkin saja jika dijelaskan hati Saka sekarang sedang seperti taman bunga yang isinya penuh dengan bunga yang berwarna dan bermekaran. Begitu indah dan membuat hati senang. Hatinya terasa hangat sampai ia tidak merasakan hawa angin malam yang cukup menusuk kulit.

Dua kata sederhana yang dari dulu ia harapkan akhirnya bisa ia dengar; kamu hebat. Saka akan sangat berterima kasih pada Rachel. Ia merasa akan semakin jatuh cinta pada perempuan yang sekarang sedang dalam pelukannya ini.

"Terima kasih. Aku sayang kamu." Saka mencium puncak kepala Rachel lalu memejamkan mata.

••••

Saka berlari menuruni anak tangga untuk segera sampai pada Rachel yang sedang menata berbagai jenis makanan di meja makan.

Sangat cantik. Saka tidak akan pernah bosa mengatakan jika Rachel selalu terlihat cantik setiap harinya. Bibirnya tidak kuasa untuk tidak tersenyum saat matanya bertubrukan dengan Rachel. Meski senyumannya tidak dibalas, Saka tidak peduli. Biarkan saja, ia sudah biasa seperti ini.

"Mau ke mana sih? Pelan-pelan aja jalannya, jangan kayak lagi dikejar setan."

"Aku mau ketemu kamu."

Mendengar jawaban itu membuat Rachel mendengus kesal. Semenjak menikah dengan Saka, Rachel mulai terbiasa mendengar gombalan receh seperti itu hampir setiap hari. Rasanya aneh sekaligus menggelitik, sering membuatnya ingin mencubit Saka karena kesal atau sebaliknya, karena salah tingkah.

Saka menarik kursi yang biasa ia tempati kemudian duduk di sana. Matanya terus memperhatikan setiap gerakan Rachel tanpa terkecuali. "Tadi malam aku tidur nyenyak. Berkat bantuan istriku yang paling cantik di seluruh dunia."

Rachel yang sedang memegang garpu langsung ia angkat ke udara, tatapan matanya beralih pada Saka lalu berkata, "Saka Gumilang, kalau garpu ini aku colok ke mata kamu bakal sakit atau enggak, ya?"

Tawa Saka meledak melihat raut wajah Rachel yang di matanya justru terlihat menggemaskan. "Gak usah sok galak. Kamu masih keliatan lucu di mata aku," ledek Saka mengambil alih garpu dari tangan Rachel.

Masih terlalu pagi untuk meributkan hal yang tidak begitu penting. Rachel memilih mengalah dan lebih baik mengisi perutnya saja yang sudah keroncongan.

Suasana pagi di kediaman Saka selalu berlangsung dengan damai. Rachel selalu menyiapkan sarapan dan duduk menemani Saka untuk sarapan. Ia membuat kopi untuk Saka dan menyiapkan makanan apa saja yang sekiranya Saka sukai. Seperti yang ia katakan sebelumnya; Rachel akan tetap menjalani peran sebagai istri yang baik untuk Saka.

"Aku libur. Kamu mau pergi ke panti asuhan gak? Kita udah lama gak ke sana kan?"

Fokus Rachel langsung terpecah. "Aku mau, tapi hari ini aku ada janji mau ke rumah Nenek," jawab Rachel terselip nada kesedihan di jawabannya.

"Ya udah hari ini kita ke rumah Nenek. Nanti aku antar kamu ke sana."

"Aku mau pergi sama Bima."

Lagi? Bima lagi? Saka pikir setelah tadi malam mereka akur hubungan antara dirinya dan Rachel akan membaik. Ternyata tidak. Rachel masih membawa Bima di antara mereka berdua. Rachel masih mengingat laki-laki yang pernah memberi dirinya luka.

"Kamu sama Bima gak mungkin balikan, kan?"

Rachel buru-buru menggelengkan kepala. "Ya enggaklah, Saka. Bima udah punya pacar, ya kali dia balikan sama aku."

"Terus kalau Bima udah gak punya pacar, kamu mau balikan sama dia?"

Sekali lagi Rachel menggelengkan kepala. "Enggak juga. Kenapa sih nanya-nanya terus soal hubungan aku sama Bima?"

"Aku cemburu," jawab Saka terus terang. "Masa hal kayak gitu doang kamu gak paham, Chel." Saka menggeleng tak percaya pada Rachel yang tidak sadar jika ia sedang cemburu melihat kedekatan dirinya dan Bima.

Oh cemburu, Rachel mengangguk paham. "Bima gak suka sama aku. Kamu gak usah khawatir tiba-tiba aku balikan sama dia," jelasnya berharap Saka paham. "Kamu tenang aja, yang boleh jatuh cinta sama aku cuma kamu."

"Kalau itu udah. Nah, sekarang yang jadi pertanyaannya, kamu cinta sama aku apa nggak?"

"Enggak."

•••••

ditulis dalam keadaan mata udah ngantuk bgt. kalo ada typo kabarin soalnya gak aku cek lagi😭😭

besok lagi yess buat part selanjutnya🙏😭

weyyy, ini harusnya aku up kemarin malam, tapi wifinya error terus aku ketiduran🥲🙏🙏

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang