Bunga Tidur

15 1 0
                                    

Sedikit memiringkan kepala, Rachel menatap Saka dalam diam. Mata yang akhir-akhir ini sering menatapnya dengan berbinar itu sedang terpejam. Wajahnya terlihat damai. Disertai sedikit keraguan, Rachel mencoba menyentuh pahatan wajah Saka.

Sementara Saka yang merasa tidurnya terusik mulai membuka mata."Aku ngantuk sedikit," adunya menyentuh tangan Rachel yang berada di pipinya. "Kamu udah pulang dari tadi?"

"Enggak. Aku baru datang." Rachel menjawab pertanyaan Saka dengan jujur. "Aku pulang diantar sama Bima," ujar Rachel tiba-tiba.

Mendengar nama laki-laki lain disebut otomatis membuat Saka mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk begitu tegap. "Kok Bima? Kamu ketemu dia di mana? Kenapa kamu bisa ketemu sama dia? Kenapa gak minta jemput sama aku aja?"

Pertanyaan beruntun itu membuat Rachel tertawa. "Aku ketemu Bima di rumah."

Dahi Saka mengerut semakin dalam. "Ngapain? Kenapa dia ada di rumah kamu?"

"Mau ketemu aku," jawab Rachel enteng. "Sama kayak Mbak Amanda, dia juga mau ngucapin selamat sama aku."

Jujur saja Saka tidak begitu suka jika Rachel masih berhubungan dengan Bima. Meskipun ia tahu kalau Bima tidak mencintai istrinya, tetapi tetap saja rasanya ia kesal melihat Rachel dekat pada laki-laki itu.

Namun akal sehatnya mencoba diajak bekerja sama. Kali ini ia hanya tersenyum dan mencoba memahami situasi Rachel yang mungkin saja mengharuskan pulang bersama Bima.

"Jangan cemburu. Kamu tahu kan Bima kayak gimana?" tanya Rachel yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Saka.

"Aku paham, sayang." Saka mengulurkan tangan untuk membantu Rachel berdiri dan menuntutnya duduk di kasur. "Barang apa yang habis kamu ambil?" tanyanya mengingat kembali tujuan yang tadi sempat diutarakan oleh istrinya.

"Ada di tas," jawab Rachel singkat. "Aku mau tanya sesuatu sama kamu."

Tangan Saka yang sedang mengelus punggung tangan Rachel mendadak berhenti. "Tanya apa? Aku bakal jawab sebaik mungkin nantinya."

Rachel tampak jelas sedang memikirkan sesuatu. Saka bisa melihat jika Rachel tampak gusar dan terlihat kurang nyaman. Apa ada yang salah dengan dirinya? Apa ia telah berbuat salah sampai Rachel terlihat tidak nyaman di dekatnya? Baru sebentar menjadi suami dan mencoba mencintai Rachel, Saka benar-benar dibuat takut jika ia berbuat salah tanpa sadar dan Rachel memilih diam.

"Aku ada salah sama kamu?" Maka biarkan Saka mencari jalan tengah untuk memecahkan rasa penasaran yang kini menyerangnya. "Kamu kelihatan aneh. Kamu kayak gak nyaman dekat sama aku," ujar Saka terus terang.

Kali ini Rachel memamerkan senyuman manisnya seraya menggeleng pelan. Tangannya ia lingkarkan pada perut Saka. "Aku gak apa-apa kok."

Saka mencoba percaya dan membalas pelukan Rachel. "Ya udah tadi kamu mau nanya apa?"

"Kamu pernah dendam sama seseorang? Maksud aku, kamu pernah gak merasa benci sama seseorang sampai kamu berjanji sama diri sendiri untuk membuat orang itu menderita?"

Mata Saka bertubrukan dengan Rachel. Ia mencoba mencari lebih dalam atas alasan apa Rachel bertanya seperti ini. Saka yakin Rachel tidak mungkin bertanya hanya karena penasaran atau iseng semata. Ah, jika sudah seperti ini Saka merasa kalau dirinya memang belum mengenal Rachel sepenuhnya. Rupanya masih ada banyak hal yang belum ia ketahui tentang Rachel.

"Enggak pernah. Aku gak pernah dendam sama siapapun." Saka tetap menjawab pertanyaan itu dengan lembut.

"Ya, hidup kamu memang terlihat damai sih. Jadi, mana mungkin kamu punya masalah sama orang lain."

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang