Hari Bahagia?

17 3 0
                                    

Hari itu datang.

Hari di mana Saka dan Rachel melangsungkan pernikahan. Segala hal yang telah dipersiapkan kini menjadi nyata dan sesuai rencana. Gedung mewah itu semakin indah disulap sedemikian rupa sebagai tempat pernikahan Saka dan Rachel berlangsung.

Kini Saka dan Rachel sudah resmi menjadi suami istri. Entah senyuman tulus atau bukan, tapi keduanya sejak tadi berusaha menyunggingkan senyum setiap kali para tamu datang dan mengucapkan selamat. Perasaan keduanya sulit ditebak. Di antara meriahnya pesta dan orang-orang yang berbahagia hanya Saka dan Rachel yang perasaannya tak menentu.

Banyak orang yang sedang tertawa. Saling melempar canda dan bertukar kata. Di atas pelaminan, Rachel menatap kerumunan itu dengan tatapan sendu. Tidak ada orang yang sejak lama ia cari. Nyatanya sampai hari ini, setelah semua usaha ia lakukan ibunya tetap tidak bisa ditemukan. Seharusnya hari ini ia merasa senang dan penuh haru, tapi ia tidak dapat merasakan perasaan itu.

"Kenapa?" Kiranya Saka menanyakan itu sudah berkali-kali sejak tadi. Tatapan mata Rachel sulit untuk ia artikan. "Ada yang buat kamu gak nyaman?" tanya Saka hati-hati.

"Ini masih lama, ya? Pegel banget kaki aku." Tidak sepenuhnya berbohong, Rachel menjawab pertanyaan Saka di akhiri seulas senyuman. "Nenek sama Ayah mana?"

Saka membalas senyuman Rachel. "Lepas aja sepatunya. Kamu duduk dulu, biar aku bantu lepas sepatunya," katanya memberi saran. "Kalau Ayah sama Nenek kayaknya ada di sebelah sana deh."

Rachel buru-buru menggelengkan kepala. Mana mungkin ia membiarkan Saka melepaskan sepatu hak yang sedang dipakainya sekarang. "Gak usah, makasih. Aku gak apa-apa kok. Kaki aku masih kuat."

Saka menatap Rachel penuh selidik. "Serius? Kalau gak nyaman mending dilepas aja. Aku minta bantuan sama yang lain deh kalau kamu gak mau dibantu sama aku."

"Aku gak apa-apa. Serius," jawab Rachel meyakinkan Saka.

Setelah itu obrolan mereka terputus ketika beberapa tamu undangan datang dan memberikan selamat. Mereka kembali ke setelan semula. Memasang senyuman dan seolah baik-baik saja. Membalas ucapan dan doa baik yang diberikan orang-orang dengan terima kasih.

"Ini kalau kamu tiba-tiba kesurupan di sini gak lucu loh, Chel." Saka menyentuh lengan Rachel yang kembali membisu.

Rachel tertawa renyah. Sejak pagi perasaannya memang tak menentu. Memikirkan akan menjadi istri Saka Gumilang membuat perutnya merasa mulas. Akan berpindah rumah lalu berpisah dengan neneknya jelas membuat hatinya terasa pedih. Belum lagi memikirkan keberadaan ibunya yang sampai saat ini masih belum ditemukan menambah isi pikiran Rachel.

Orang-orang yang kini sedang tertawa dan datang mengucapkan selamat tidak semuanya ia kenal. Energi Rachel terkuras banyak di saat acara baru setengah jalan dimulai. Rachel tidak tahu jika bertemu banyak orang dan jadi pusat perhatian seperti ini akan membuat energinya cepat sekali berkurang.

Sementara Saka, laki-laki yang kini sebagai suaminya tampak biasa saja dan menikmati acara. Membalas segala ucapan yang datang kepadanya dengan semangat yang menyala. Ia tidak paham bagaimana bisa Saka terlihat begitu antusias sejak acara dimulai.

"Jujur aja aku capek," katanya sambil memamerkan deretan giginya yang rapi. "Aku rasanya mau rebahan di atas kasur aja."

Saka tak berkedip melihat Rachel yang sedang tersenyum. Entah bagaimana harus ia menjelaskan penampilan Rachel hari ini. Semuanya terlihat sempurna dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tanpa celah dan berhasil membuatnya melongo sejak tadi.

"Nanti tidur aja yang banyak kalau udah sampai rumah." Saka tidak kuasa untuk tidak tersenyum kala matanya beradu dengan mata Rachel. "Tidur yang nyenyak dan jangan  mimpi apapun."

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang