Sumber Yang Sama

17 2 1
                                    

"Aku gak suka gelap."

"Tadi malam lampunya aku matikan. Kamu gak apa-apa?" Saka langsung mengalihkan pandangannya pada Rachel.

Rachel langsung menggelengkan kepala. "Gak apa-apa," jawabnya seraya tersenyum.

Senyuman cerah terbit di bibir Saka. Ia memandang Rachel lebih lama dan mencoba memastikan jika jawaban barusan bukan kebohongan. Ia ingin Rachel tinggal dengan nyaman bersama dirinya. Jadi, sekarang ia sedang berusaha mencari tahu tentang Rachel sebanyak mungkin.

"Aku tahu kalau kamu tidur harus dalam keadaan gelap. Jadi, nanti malam kamu bisa tetap matikan lampu kamar biar bisa tidur nyenyak."

"Kamu tahu dari siapa?"

"Mas Rangga."

"Kamu habis nanya apa aja sama dia? Kamu kayaknya lebih akrab sama Rangga daripada sama aku." Mendadak Saka ingin menginjak kaki Rangga jika saja temannya itu ada di sini. "Kamu lebih nyaman sama dia ya?" tanyanya mendadak terdengar kesal.

Apa sekarang Saka sedang cemburu? Mata indah Saka terlihat berkedip beberapa kali saat sedang menatapnya. Ada yang salah dengan matanya. Rachel melihat jika saat ini Saka terlihat menggemaskan.

Saka mendengus kesal tak kunjung mendapat jawaban dari istrinya. "Rangga kalau lagi kumat suka gigit orang, Chel. Kamu jangan mau dekat-dekat sama dia."

Tangan Rachel menyentuh pipi Saka. "Kamu gak lagi cemburu kan? Kamu cemburu sama teman kamu sendiri?" tanyanya mencoba memastikan. "Mas Rangga tuh orang yang kasih tahu aku banyak hal tentang kamu."

"Jadi kamu cari tahu tentang aku?"

"Iya. Ini semua terlalu mendadak, tapi aku harus tahu tentang kamu biar pas udah jadi istri kamu gak buat kesalahan."

"Ya udah kalau gitu sekarang tinggal giliran kamu yang kasih tahu aku segala hal tentang kamu," pinta Saka tak sabaran.

Rachel suka senyuman Saka. Cara Saka menatapnya sembari tersenyum membuat bibirnya tak kuasa untuk tidak tersenyum. "Gak perlu aku kasih tahu. Nanti kamu bakal tahu sendiri seiring berjalannya waktu."

"Cih pelit." Saka berdecak tidak suka. "Jangan pelit kayak gitu, Chel. Kamu harus kasih tahu aku semuanya tentang kamu. Kesukaan kamu apa, warna favorit kamu apa, apa yang kamu gak suka, kamu ada alergi apa ...."

Enggan lebih lama mendengar ocehan Saka membuat Rachel membungkam mulut Saka dengan bibirnya. "Jangan berisik. Kamu kenapa cerewet banget sih?" tanyanya menjauhkan diri dari Saka.

"Jangan kayak gitu lah, Chel," pinta Saka nyaris tidak terdengar. "Kamu gak kasihan apa sama jantung aku? Jangan suka ngagetin kayak gitu. Aku masih mau sama kamu lebih lama, aku ...."

"Nah, tuh kan mulai lagi," potong Rachel membuat Saka langsung menutup mulut.

"Tapi ini kalau tiba-tiba besok aku udah cinta sama kamu gimana?" Perkataan Saka mendadak terdengar serius.

Itu adalah hal yang paling ditunggu oleh Rachel. "Bagus dong. Bilang sama aku kalau kamu udah cinta sama aku," ujarnya semangat.

Tidak, tidak. Jatuh cinta pada Rachel tidak ada dalam rencana Saka. Ia menerima tawaran menikah dengan perempuan itu hanya karena ingin mendapatkan warisan. Namun, ia tidak bisa lagi menyangkal jika perlahan perasaan nyaman dan perasaan asing itu hadir di hatinya.

Rasanya sangat menyenangkan menghabiskan waktu bersama Rachel seperti sekarang. Televisi yang dibiarkan menyala itu menjadi saksi bagaimana nyamannya Saka yang sedang merebahkan kepala di atas paha Rachel. Matanya tidak bisa lepas memperhatikan Rachel yang juga sedang menatapnya.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang