Rangga Sang Pahlawan

16 1 0
                                    

"Udah baikan sama Saka?"

"Hah?" Apalagi kali ini? Apa Rangga juga sudah tahu masalah yang terjadi di antara dirinya dan Saka? "Baikan kenapa? Aku sama Saka gak lagi marahan kok," elak Rachel.

Rangga tersenyum samar. "Bohong banget. Gue udah tahu semuanya. Saka gak bisa bohong sama gue."

Baiklah jadi selain neneknya, Saka juga sudah bercerita pada Rangga. Ah, tapi seharusnya Rachel tidak perlu kaget jika mengingat bagaimana kedekatan antara Saka dan Rangga.

"Gue tahu lo pasti kecewa dan marah setelah tahu semuanya, tapi kalau lo marah dan benci sama Saka, gue rasa itu salah." Rangga menyandarkan diri pada sofa. "Saka beneran gak tahu apa-apa. Lo ingat kan tujuan dia menikah sama lo karena apa? Tujuan Saka dari awal cuma buat warisan, dia gak tahu apapun selain itu."

Apa hari ini orang-orang di sekitarnya sudah berkompromi untuk membuat dirinya memaafkan Saka? Untuk belajar melupakan masa lalu dan membuang rasa benci yang tertanam di hatinya? Setelah neneknya ternyata kali ini Rangga juga mengatakan hal yang sama.

Rangga berdeham pelan. Ia menatap Rachel yang sedang menundukkan kepala. "Lo udah tahu kan kalau Saka tidak sedekat itu sama Ayah atau Ibunya?" tanya Rangga yang langsung dibalas anggukan kepala. "Saka udah terlalu banyak menderita. Dia cukup banyak menerima kebencian dan hal buruk dari Ibunya."

"Maksud Mas Rangga apa?"

"Lo udah tahu kalau Rangga bukan anak kandung Ibunya? Apa lo juga udah dikasih tahu sama Saka apa aja hal buruk yang pernah dia dapat selama Ibunya masih hidup?"

Apa hal itu juga merupakan salah satu mimpi buruk yang datang menganggu tidur Saka? Rachel tidak tahu sampai titik sana. Ia hanya sekadar tahu jika Saka bukan anak kandung tanpa pernah tahu bagaimana ia diperlakukan oleh ibunya.

Rachel menatap Rangga penuh tanda tanya dan penasaran. "Saka pernah mimpi buruk. Di mimpinya dia bilang kalau dia lagi dikurung di ruangan yang gelap," ujar Rachel memberitahu Rangga kejadian yang terjadi tempo hari itu. "Apa itu semua ada hubungannya sama masa lalu dia?"

Anggukan kepala yang pelan dilihat oleh Rachel. "Apa yang terjadi sama Saka? Mas Rangga bisa kasih tahu aku soal itu?"

"Gue gak bisa kasih tahu semuanya sama lo. Nanti lo bisa tanya sendiri sama dia." Rangga semakin membuat Rachel penasaran. "Tapi yang jelas Saka pernah dikurung di kamar mandi karena mainan Fajar rusak, padahal waktu itu bukan salah Saka. Dia juga pernah dipukul berkali-kali karena Fajar jatuh dari sepeda. Saka dibilang gak becus jaga adiknya, padahal waktu itu Fajar jatuh karena kesalahannya sendiri."

Setiap orang ternyata memiliki lukanya sendiri. Entah itu luka yang terlihat atau berusaha disembunyikan. Pilihan itu ada pada diri sendiri. Mungkin saja Saka memilih menyembunyikan luka itu dari banyak orang. Menutupnya menggunakan senyuman ceria dan pembawaan diri yang selalu terlihat bahagia.

Ternyata Saka sama seperti dirinya. Sama-sama memiliki luka tak kasat mata yang berusaha disembunyikan agar terlihat baik-baik saja.

"Ayah gak tahu soal ini?"

"Om Henri tahu. Dia tahu, tapi seakan gak peduli dan tetap sibuk sama dunianya."

"Saka sering mengalami itu? Maksud aku, apa Saka sering diperlakukan seperti itu sama Ibunya?"

"Kalau ada masalah sama Fajar, Saka pasti akan kena dampratnya. Pokoknya Fajar gak boleh lecet dan nangis biar Saka aman."

Napas Rachel tercekat. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana Saka kecil menghadapi itu semua. Sosok yang sekarang selalu tersenyum dan penuh tawa itu ternyata memiliki banyak luka.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang