Bulan Madu?

16 0 0
                                    

Pertanyaan beberapa hari yang lalu tidak mendapat jawaban yang Rachel inginkan. Nyatanya, Saka memilih berbohong dan memberikan alasan yang sebenarnya tidak masuk akal menurut Rachel.

"Tadi di mimpi. Udah gak usah bahas itu, aku gak apa-apa."

Setelah itu Saka justru memilih membahas hal lain. Mencoba mengalihkan pembicaraan setiap kali Rachel menyinggung tentang mimpi buruknya.

"Katanya gak boleh ikut campur urusan aku. Itu kamu yang minta loh. Jadi, aku minta sama kamu jangan tanya apa pun lagi soal mimpi itu ya."

Sial. Rachel terjebak permainannya sendiri. Kalau seperti itu Rachel sudah pasti hanya bisa penasaran dan berharap suatu hari nanti Saka akan secara suka rela menceritakan semua padanya. Meskipun itu sepertinya sangat tidak mungkin mengingat Saka selalu menghindari pembicaraan tersebut.

Rachel menutup novel tebal di hadapannya. Pikirannya melayang memikirkan Saka yang belakangan ini sering sekali hadir di kepalanya. Laki-laki itu sudah mulai kembali bekerja dan tetap bersikap seperti biasa meski sesekali ia melemparkan tatapan tidak suka.

Semuanya tampak berjalan normal. Rachel sedikit tidak menyangka jika Saka akan tetap bersikap baik dan biasa saja pada ayahnya setelah semua kenyataan itu diketahui olehnya. Saka menepati janjinya untuk tidak membahas apapun. Saka menepati janjinya untuk tidak mencampuri urusan Rachel, termasuk jika Rachel pergi bersama Bima.

"Sayang, kamu di mana?"

Ah, bahkan panggilan itu juga tetap ada. Tidak peduli sekeras apapun Rachel meminta pada Saka untuk berhenti memanggilnya dengan sebutan seperti itu, Saka tetap kukuh pada pendiriannya.

"Kenapa pulang?" tanya Rachel memutar sedikit tubuhnya untuk melihat Saka yang kini berjalan ke arahnya. "Ada yang ketinggalan?"

Saka tersenyum lebar kala melihat Rachel sedang duduk bersama novel kesayangannya. "Aku mau makan."

"Oh. Bentar aku siapin dulu." Rachel berdiri dan hendak meninggalkan Saka tetapi gerakannya terhenti saat Saka menarik tangannya. "Kenapa? Katanya mau makan, biar aku siapin makanannya dulu."

Saka membawa Rachel ke dalam pelukannya. Mengelus lembut punggung Rachel dan menghirup aroma tubuh perempuan yang kini ia cintai. "Sebentar aja."

Rachel tidak membalas pelukan itu. Ia memilih diam dan membiarkan Saka begitu saja. "Tiga menit. Aku kasih izin kamu meluk aku selama tiga menit."

Senyuman bahagia itu tidak dapat disembunyikan oleh Saka. Ia menenggelamkan kepalanya di antara perpotongan leher Rachel. "Terima kasih."

"Aku sayang kamu," aku Saka hampir tidak terdengar.

"Aku tahu."

"Kamu gak sayang sama aku?"

"Enggak."

Terdengar kejam sekali istrinya ini. Namun Saka tidak peduli. Ia yakin jika sebenarnya Rachel juga menyayangi dirinya. Saka akan menunggu sampai Rachel yang mengakui perasaannya sendiri.

Rachel menarik diri dari Saka, ia berdeham pelan lalu menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. "Aku siapin makanan buat kamu dulu," pamitnya lalu berbalik meninggalkan Saka.

"Hari ini kamu gak mau ketemu Bima?" Di belakang, Saka mengikuti Rachel sembari tersenyum. "Kalau mau ketemu Bima jangan pakai parfum kamu, ya."

"Enggak. Aku mau di rumah," sahut Rachel langsung. "Kalau mau keluar, aku palingan mau ke rumah Nenek."

Sudah dibilang bukan kalau Rachel sebenarnya tidak benar-benar membencinya. Rachel yang mengatakan tidak usah ikut campur urusan masing-masing nyatanya selalu menjadi pihak pertama yang memberitahu akan pergi ke mana dan apa saja kegiatan yang akan ia lakukan. Rachel akan tetap meminta izin pada Saka dan mengabari apapun jika terjadi sesuatu pada dirinya.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang