Ajakan Selanjutnya

47 1 0
                                    

Demi warisan yang sudah dijanjikan oleh ayahnya, Saka rela menurunkan harga dirinya dan meminta kembali Rachel untuk menjadi istrinya. Wajah wanita itu terlihat terkejut sekaligus kesal. Tampak sekali jelas tidak sukanya.

Di lain sisi, Rachel sungguh tidak paham dengan jalan pikiran bosnya. Selama ia bekerja di sini, dalam benaknya selalu berpikir jika dirinya tidak boleh berhubungan dengan laki-laki menyebalkan seperti Saka. Tidak boleh sama sekali!

"Pak Saka gak kesambet, kan?" tanya Rachel hati-hati.

Saka berdeham singkat. "Kamu punya hutang?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Rachel otomatis mengangguk. "Punya. Kenapa? Pak Saka mau bayarin?"

"Boleh. Asal kamu mau menikah sama saya."

Sial. Seharusnya ia tidak usah menjawab dengan jujur. "Hutang yang saya punya banyak, Pak," katanya berusaha mengulas senyuman. "Dan, saya juga masih bisa bayar hutang saya dengan hasil keringat saya sendiri kok."

Perihal hutang piutang, Rachel baru ingat jika di tasnya sekarang ada sejumlah uang yang cukup besar untuk menutupi utangnya di beberapa orang.

Saka tersenyum miring. Rachel ternyata berani meremehkan dirinya. Apa ini salah satu alasan kenapa ayahnya menyukai Rachel? "Kamu yakin? Saya akan menawarkan beberapa keuntungan asal kamu mau menikah sama saya."

"Pak Saka udah kebelet banget pengin nikah, ya?" tanya Rachel menebak-nebak.

"Sudah saya bilang kalau Ayah menginginkan saya untuk segera menikah. Dan yang Ayah mau, kamu menjadi menantunya."

Mata Rachel melotot sempurna. Mana bisa seperti itu. Rachel memang mengenal cukup baik Henri Gumilang- ayahnya Saka, sejak pertama kali bekerja di sini. Bahkan, ia juga bekerja di sini karena bantuan beliau.

"Pak, tapi saya beneran gak bisa. Saya udah punya pacar loh, Pak." Rachel berusaha memberikan alasan yang masuk akal. "Kan, gak mungkin saya menikah sama Pak Saka, sementara saya udah punya pacar."

"Kamu sama pacar kamu kan udah putus," jawab Saka berhasil membungkam Rachel yang kembali hendak berbicara. "Saya tahu kalau kamu diselingkuhi oleh pacar kamu. Kita sama, Rachel. Jadi, saya pikir gak ada masalah kalau kita berdua menikah."

Salah besar! Rachel kembali mengumpat dalam hati. "Jangan maksa, Pak. Saya gak bisa." Di mulutnya, ia tetap berusaha sabar.

Saka mencoba meredam emosi. Ia tidak tahu kalau Rachel akan keras kepala. Mengenal Rachel dua tahun belakangan ini membuatnya berpikir kalau wanita itu hanya sekadar cerewet dan mudah sekali luluh pada laki-laki. Bukan apa-apa, ia beberapa kali melihat Rachel yang terlihat marah pada pacarnya, lalu ketika laki-laki itu datang menjemput dan membawa sebatang cokelat, Rachel akan mengembangkan senyum dan kembali akur.

"Ini permintaan Ayah saya, Rachel."

"Saya miskin, Pak. Gak mungkin Pak Henri mau punya menantu yang miskin." Rachel blak-blakan dan meringis membayangkan dirinya menikah dengan Saka.

"Maka dari itu." Saka berkata senang. "Hidup kamu bakalan berubah setelah menikah sama saya. Kamu bakal jadi orang kaya dan gak perlu bekerja."

"Semua hutang saya?"

"Saya yang bayar. Kamu tinggal duduk manis, jalan-jalan, belanja, dan lakukan sesuatu yang membuat kamu senang."

Itu memang penawaran yang menarik. Namun, mana mungkin ia menikahi bosnya sendiri. Apalagi sekarang dirinya baru saja putus dari Bima yang notabene adalah laki-laki yang begitu ia cintai.

"Pak, saya baru saja dapat uang panas dari seseorang. Jadi, sepertinya saya bisa bayar hutang sendiri. Tidak perlu menikah dengan Pak Saka." Rachel tetap teguh pada pendiriannya. "Kalau begitu, saya permisi dulu, Pak. Takut di luar lagi banyak pelanggan."

Hidup Rachel memang sedikit menyedihkan, ah atau memang menyedihkan? Sejak lulus SMA, ia mulai bekerja apa saja asal mendapatkan uang. Dimulai dari toko ke toko sebagai pelayan, menjadi guru les untuk anak SD, atau berjualan gorengan dengan modal yang ia kumpulkan dari hasil gajinya.

Ayahnya sudah meninggal sejak Rachel masih duduk di bangku kelas enam sekolah dasar. Ibunya? Entahlah, Rachel bahkan tidak pernah tahu di mana keberadaan ibunya sekarang. Kini, Rachel hanya tinggal berdua dengan neneknya saja.

"Kenapa sih? Galau banget ya abis putus?" Devina melihat wajah Rachel yang tertekuk sedikit prihatin. "Kamu cantik, Rachel. Aku yakin kamu bakalan dapat pengganti yang lebih baik daripada Bima."

Bima. Laki-laki itu datang dan membawakan sejuta kebahagiaan untuk Rachel. Ia selalu bahagia ketika bersama Bima. Namun, apa mau dikata jika cintanya selama ini hanya dijadikan topeng supaya sikap asli laki-laki itu tidak terendus siapapun.

"Mbak, kalau tiba-tiba ada laki-laki kaya raya ngajak nikah, Mbak mau gak?" tanya Rachel balik bertanya.

Devina terkekeh pelan. "Bakalan Mbak terima. Tapi, itu gak mungkin terjadi sama Mbak, Chel."

"Meskipun Mbak gak suka sama dia?"

Sekali lagi Devina tertawa. "Cinta datang karena terbiasa, kan? Mbak mau jadi orang kaya. Jadi, kalau ada cowok cakep, kaya dan baik, ya bakalan Mbak terima," ujarnya sembari tersenyum. "Tapi, sekali lagi itu gak mungkin terjadi. Yang seperti itu hanya ada di film-film. Di kehidupan nyata hanya orang beruntung saja yang mungkin mengalami hal tersebut."

Apa ajakan Saka merupakan sebuah keberuntungan untuknya? Atau sebuah petaka sedang bersembunyi dibalik ajakan dan beribu tawaran manis yang akan ditawarkan oleh Saka nantinya?

Selain karena permintaan ayahnya, Rachel penasaran kenapa Saka mau menuruti dan ikut-ikutan memaksa dirinya seperti ini? Pasti ada sesuatu yang menarik sehingga Saka menurunkan gengsi dan bertingkah tidak seperti biasa.

Memikirkan kisah percintaannya sembari bekerja membuat Rachel tidak menyadari jika waktu tahu-tahu sudah berjalan dengan cepat.

Langit yang semula biru sudah gelap dengan bintang yang bertaburan. Angin cukup kencang membuat pohon-pohon seperti sedang berdansa. Para pengunjung sudah tidak lagi berdatangan dan kursi-kursi telah selesai dirapikan.

"Mari, Pak. Saya duluan." Devina menjadi salah satu karyawan yang pamit undur diri setelah semua pekerjaannya selesai.

Saka mengangguk singkat. "Mau saya antar pulang?" tanyanya ketika Rachel memegang gagang pintu.

"Enggak usah." Rachel tersenyum canggung. "Saya mau naik ojol aja."

"Mantan pacar kamu sepertinya sudah menunggu di luar. Kamu belum kasih tahu dia kalau kamu mau menikah sama saya?"

Apa-apaan?! Kepala Rachel menggeleng cepat seraya berusaha untuk tidak menyumpal mulut bosnya dengan sepatu bututnya sekarang juga. "Saya permisi dulu, Pak," pamitnya terbirit-birit keluar kafe.

Dan benar saja, Bima sedang menunggu dirinya di tempat biasa. Malam ini, laki-laki itu terlihat tampan dengan setelan kasualnya. Hati Rachel pasti akan langsung meleleh kalau tidak ingat kejadian tadi siang. Rachel mengerjapkan mata beberapa kali. Mencoba menyadarkan dirinya jika Bima tidak sebaik yang ia pikir.

"Hai, sayang." Bima maju beberapa langkah saat melihat Rachel keluar dari kafe. "Kenapa gak pakai jaket? Pakai jaket aku, nih," ujar Bima langsung inisiatif melepaskan jaketnya, tetapi langsung ditahan oleh Rachel.

"Kenapa? Aku ada salah sama kamu?" tanya Bima merasa janggal dengan sikap Rachel.

Kedua sudut bibir Rachel tertarik ke atas. "Kita berhenti sampai di sini, Bim," katanya terdengar pelan. "Aku rasa hubungan kita gak akan berakhir bahagia seperti yang aku bayangkan. Mama kamu gak suka sama aku. Dan, kamu gak pernah cinta sama aku."

"Maksud kamu apa sih? Aku cinta sama kamu, Rachel. Dari dulu sampai sekarang," balas Bima mencoba meraih tangan Rachel.

"Enggak." Rachel menggelengkan kepala. "Kamu gak pernah cinta sama aku. Hubungan aku sama kamu cuma dijadikan sebagai topeng supaya orang-orang gak curiga sama hubungan kamu dan Bram, kan?" Setidaknya Bima harus tahu jika dirinya telah mengetahui apa yang selama ini menjadi rahasia besar laki-laki itu.

Bima tersentak dengan ucapan Rachel. "Kamu ... Kamu tahu tentang aku sama Bram?" tanyanya terbata-bata.

Rachel menangguk pelan. "Aku tahu, Bim. Jadi, kita berhenti sampai di sini aja, ya."

"Bram? Bram nama cowok kan? Jadi, pacarnya Rachel selingkuh sama cowok?" Diam-diam Saka mengikuti Rachel dan mengetahui fakta yang luar biasa.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang